Marsha membuka-buka sosial medianya, yang kebanyakan diisi oleh kebersamaannya dengan dokter. Tidak terasa dia sudah sebucin itu selama satu tahun. Well, hari ini mereka seharusnya merayakan hari jadi itu. Tapi Oscar sedang melakukan tugasnya sebagai ahli forensik, yang biasanya memang akan sangat lama. Akhirnya dia harus merayakan hari jadi sendiri. Yah, bukannya bisa juga sih.
18 Agustus - Bali 🏖️
19 Agustus - Sleepy Bear 🐻
5 Oktober - Ultah Marsha🎂
30 Oktober - Halloween 🎃
24 Desember - Natal🎄
2 Januari - Tahun Baru🎆
3 Januari - Concert🎷
4 Januari - Sisters ❤️
14 Februari - Valentine💐
2 Maret - First meet Anniversary⛸️
18 April - Ultah Oscar🍾
29 Mei - Tokyo🎎
2 Juni - Disney🎠Semakin lama melihat social medianya, Marsha semakin gemas tidak bisa merayakan anniversary pertama mereka. Kemudian, Marsha memutuskan sesuatu. Mungkin dokter tidak bisa merayakan saat siang, tapi dia bisa merayakan saat malam kan. Tentu saja dia harus pulang, masa dia menginap di rumah sakit atau markas polisi. Marsha memberi tahu mamanya dia tidak akan pulang malam ini. Tentu saja tidak memberikan alasan yang sesungguhnya. Setelah dia mencari makanan menarik di pinterest, Marsha mulai belanja untuk membersiapakan kejutannya malam ini.
Jam sebelas malam, Oscar tidak kunjung pulang juga. Marsha yang tadinya siap di sofa dengan rapi, sekarang mulai selonjoran sambil menonton tv. Matanya mulai terpejam karena capek seharian bersiap-siap. Chocolate fondue yang dia siapkan juga sepertinya mulai mengering. Tidak lama, Marsha mendengar suara pagar terbuka. Dia segera bangkit dari tidur, dan mematikan tv. Dia membawa panci kecil berisi coklat ke kompor, dan menyalakan api kecil. Kemudian dia bersiap dengan konfeti popper di depan pintu.
"Marsha?" panggil dokter, mungkin karena melihat mobilnya di depan.
"Surprise!!" pletak.. Marsha membuka konfeti didepan dokter dengan gliter, kertas, dan slime, hingga wajahnya terciprat sedikit. Marsha tertawa kecil sambil merapikan wajah itu.
Dokter tersenyum maklum, mungkin ini resiko pacaran dengan anak milenial. Dia menarik Marsha untuk memeluknya dan menduselkan wajahnya pada rambut wangi wanita itu. Mentransfer energi baik wanita itu pada dirinya sendiri. Hari yang melelahkan.
"Kamu bau." kata Marsha bercanda.
"Sorry." balas dokter sama sekali tidak terdengar seperti permintaan maaf, hanya 'sowi'. Mereka diam selama satu dua menit di posisi itu.
"Kamu mau mandi dulu? Habis gitu aku pijet." tawar Marsha setelahnya. Dokter mengerang kecil sebelum akhirnya mengikuti usul Marsha. Dia juga merasa badannya kotor, dan barusan pikirannya juga.
Lima belas menit kemudian, Marsha sudah berada di kamar dokter. Bersama dengan fondue yang dia sudah siapkan. "Ini gapapa?" tanya Marsha.
"Iya, gapapa. Enak kok. Lagi.. lagi.."
Marsha menggoyang kakinya lagi, membuat dokter mendesah keenakan. Marsha yang berada di atas tubuh dokter kemudian berjalan turun, ke bokong dokter. Sedangkan dokter yang telungkup dibawahnya mencoba menggapai stroberi dimeja. Marsha mulai iseng, dan menepuk patat yang padat itu dengan kakinya.
"Aduh, pelecehan." ucap dokter bercanda. Dia menarik kaki Marsha hingga hilang keseimbangan dan jatuh di sebelahnya. "Katanya mau mijetin." hardiknya.
"Emang aku ga berat?" tanya Marsha. Dokter menggeleng. 46 kilo sama sekali tidak berat baginya.
"Kalo kamu mijetin aku pake tangan, yang ada kamu yang capek." jelasnya.
"Aku ga capek." kata Marsha sambil mengelus lengan dokter. Kemudian tangannya mengelus punggung dokter yang tidak memakai apa-apa. Tanpa disadari dia sudah berada diantara kedua lengan dokter.
"Yakin?" tanya dokter. Tanpa perlu pernyataan lebih lanjut, merekapun merayakan hari jadi setahun mereka di kasur tersebut selamaman.
-M-
Ketika membuka mata, Marsha sudah tidak bisa mendapati dokter dimana-mana. Baru saat dia membuka hp. Ternyata dokter sudah pergi dari jam lima pagi. Itu berarti dokter hanya tidur dua atau tiga jam. Kasihan sekali.. batin Marsha. Padahal dokter-dokter lain kan menganjurkan untuk tidur 6-8 jam. Sedangkan Marsha baru bangun empat jam kemudian, karena lapar.
Sehabis mandi, Marsha membuka lemari dokter, dan memakai kaus pertama yang dia lihat. Begitu juga dengan pakaian dalam. Kemudian Marsha mulai membuat roti panggang buat dirinya sendiri. Santainya karena hari ini tidak ada kuliah, lagipula dokter berjanji mau mengajaknya pergi nanti sore setelah selesai bekerja. Jadi daripada membuang waktu di jalan, Marsha memilih menunggu di rumah dokter.
Ting..tong..! Bel rumah berbunyi. Marsha yang sedang membuat telur dadar diam, memastikan bahwa itu bel rumah dokter. Ting..tong..! Bel berbunyi lagi. Marsha melongok ke depan rumah, memang ada orang.
"Siapa pagi-pagi gini?" batin Marsha. Dia membuka pagar, dan mendapati seorang tacik-tacik* yang berdandan sederhana, namun dia dapat melihat barang bermerk di setiap benda yang di pakai. Rambutnya disasak tidak terlalu tinggi, dengan riasan yang tidak menonjol. Dia bisa merasakan bahwa tacik itu mungkin memiliki masa muda yang cukup cantik, dia memprediksi umurnya mungkin sudah setengah abad. Tapi ada yang menarik dengan matanya, dia memiliki mata yang cukup tajam ke atas, dan tidak memiliki kelopak alias monoloid. Sama dengan yang dilakukan Marsha, tacik itu juga sedang menilai dandanannya. Acak-acakan.
*Tante-tante
"Ini rumah Oscar kan?" tanya tante itu akhirnya.
"Em.. iya, te." jawab Marsha. Tidak salah lagi. Ini jelas mama Oscar. Mama dokter. Marsha agak panik. Dia pernah bertemu kakak perempuan Oscar sebelumnya, dan sangat ramah.
"Kamu pembantu?" tanya mama Oscar.
Jegerr.. Marsha terasa tersambar petir. "B-bu..kan tan..te, say-a em.. pa..car..nya.?" jawab Marsha tebata-bata. Dia mempersilahkan wanita tua itu masuk, sebelum menutup pagar. Dia bisa mendengar wanita itu bergumam dalam bahasa yang dia tidak mengerti.
"Oscar dimana?" tanya mama Oscar yang kali ini terdengar ketus.
"Em.. kerja, tante. Mau saya telponkan?" tawar Marsha.
"Ga usah." Mama Oscar duduk disofa sambil melihat sekitar rumah. Lalu dia bergumam lagi dengan bahasa asing. Marsha hanya tersenyum kaku.
"Em.. tante sudah sarapan?" tanya Marsha mencoba ramah.
"Kamu tinggal disini? Sama Oscar?" tanya mama Oscar lagi, mengacuhkan pertanyaannya.
"Em.. enggak kok, tante. Kebetulan." jawab Marsha singkat. Dia tidak tahu harus menjelaskan apa. Bahwa dia menginap disini semalam karena merayakan hari jadi? Bahwa dia sering menginap karena Oscar 'minta'?
Marsha agak kecewa sebetulnya karena nyatanya dokter tidak pernah bercerita tentang dirinya pada orangtuanya. Padahal Marsha bercerita tentang Oscar ke hampir seluruh keluarganya. Oscar juga sudah sering bertemu keluarganya. Bahkan sepupunya yang jurusan kedokteran dijadikan mata-mata bila Oscar genit dengan mahasiswi lain. Yang untung saja tidak pernah dilakukan.
"Kamu pelacur?" tanya mama Oscar membuat Marsha tersedak, tanpa perlu minum. Tidak yakin tersedak apa. Sepertinya dia salah mengambil udara.
Ah.. apakah ini cue-nya untuk pergi? Tapi bukannya dia harus berjuang demi cinta? Memangnya dia cinta?
"Bukan, tante. Saya pacar Oscar." jelas Marsha kali ini lebih berani. Tapi tatapan mata mama Oscar cukup untuk membuatnya mengerti bahwa dia tidak diterima.
"Saya ada kuliah, tante. Saya permisi dulu. Di meja makan ada sarapan kalau tante mau." kata Marsha. Dia mengambil barang-barangnya sebelum keluar pintu, tidak lupa mengucap permisi saat melewati mama Oscar.
-----------------------------------------------------------
Add this story to your library, vote and follow me. 😽
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Yourself
ChickLitIf you like the way you look that much Oh baby, you should go And f#©k yourself -justin