Chapter 6 : Putus

8 1 0
                                    

Sore itu dokter berusaha menelponnya berberapa kali, tapi Marsha tidak mengangkat telpon. Dia bukan marah, hanya merasa perlu sendiri. Lagipula dia tidak punya alasan untuk marah. Kemudian tanpa bisa menghindari lagi. Mereka bertemu di kampus pada hari Senin. Marsha sedang bersama teman-temannya di kantin saat dokter melihat dan menghampirinya.

"Kita bicara bentar?" ajak dokter seraya menyentuh tangannya. Marsha tau dia tidak mungkin menghindari dokter. Dia pamit ke temannya, kemudian mengikuti dokter. Dokter membawanya ke area gazebo yang kosong, dengan pohon rindang.

"Kamu udah ketemu mama?" tanya dokter basa-basi. Tidak seperti biasanya, dia terlihat agak kesal. Marsha belum pernah melihatnya begitu. Dokter itu selalu terlihat ramah, ceria, dan percaya diri yang kadang agak berlebihan.

"Iya." jawab Marsha kemudian.

"Mama bilang apa sama kamu?" tanya dokter lagi. Sepertinya dia sudah bisa menebak apa yang terjadi. Bagaimana bisa? Apa mamanya memang suka melarang dia? Tapi dia kan sudah berumur 30 tahun. Memang pantas untuk dilarang-larang?

"Gak banyak." jawab Marsha pendek.

Dokter menghela napas. Dia menatap Marsha yang sedang melihat ke arah lapangan. Dia kemudian memeluk Marsha dari samping.

"Bear.. kalo dilihat orang gimana..?" Marsha mendorong kepala dokter yang sudah menempel di pundaknya. Walaupun sekitarnya tidak banyak orang, dan kemungkinan tidak tahu mereka siapa. Tapi dokter ini cukup terkenal di kalangan mahasiswa kedokteran. Tentu saja akan ada gosip yang tidak jelas nanti. Selama ini mereka mencoba untuk tidak pacaran di kampus karena menjaga profesionalitas. Meski begitupun banyak teman yang menggodanya.

"Dengerin aku.." kata dokter sambil membalik badan Marsha untuk berhadapan dengannya. "Aku gak punya cincin sekarang buat aku kasih ke kamu. Tapi gimana kalau kita nikah?" tanya dokter.

Marsha terdiam lama. Dia tidak bepikir apa-apa, hanya shock. Tanpa sadar dia menggeleng pelan, menatap dokter ngeri.

"Kenapa? Aku serius." kata dokter.

"Aku yang mestinya tanya kenapa? Kenapa tiba-tiba?" tanya Marsha.

"Mama gak suka kamu. Aku udah tau dari awal, makanya aku gak pernah ajak kamu ketemu dia waktu kita ke (Ibu Kota)."

"Kamu tau dari awal?" tanya Marsha lagi. Dia tidak ingat pernah berbuat salah apa-apa sampai mamanya bisa tidak suka.

"Just a mom's preference." jawab dokter mengangkat bahu tidak peduli.

"Trus kenapa malah nikah?" tanya Marsha mengembalikan topik awal.

Kali ini dokter yang terdiam. Tapi kemudian dia berkata. "Aku suka kamu. Mama gak punya hak untuk ngatur itu. Yang ngejalanin kan kita."

Marsha setuju dengan itu, tapi disisi lain dia juga merasa restu orangtua itu penting. Marsha membalikan posisi, kalau dia dilarang mamanya untuk berhubungan dengan dokter apa dia akan nurut atau memberontak?

"Aku gak mau nikah." kata Marsha akhirnya.

"Karena..?"

"Aku setuju sama mama kamu. Kalau beliau gak suka aku, berarti aku memang gak pantes buat kamu." jawab Marsha. Walaupun berbicara seperti itu, dia merasa hatinya sedikit tertusuk karna menjelekan dirinya sendiri.

"Kamu pantes. Kita nikah." putus dokter.

"Kalo mama kamu gak setuju?" tanya Marsha.

"Aku punya cara terakhir." kata dokter.

Jangan bilang kawin lari. batin Marsha.

"Apa?" tanya Marsha lagi.

"Aku hamilin kamu."

"Hah?" Marsha hanya bisa menatap dokter melongo. Tapi sedetik kemudian tawanya pecah. Kenapa pembicaraan mereka jadi seperti ini?

"Kamu mau kan?" tanya dokter sambil mencium punggung tangan Marsha. Sepertinya dokter menyalah-artikan tertawanya.

"No." jawab Marsha disela-sela tawanya. "Aku gak siap punya anak. Lagipula yang ada aku bakal digoreng mamaku sebelum sampai pelaminan."

"Trus sekarang gimana?" tanya dokter. Wajahnya mulai keras lagi.

Marsha terhenti dari tertawanya. Bukannya sudah jelas? Tidak ada jalan lain bagi mereka. Marsha tidak mau memperjuangkan apapun yang mereka miliki sekarang. Dia tidak takut untuk kembali menjalani hari-harinya sendirian. Dia sangat menghargai keputusan ataupun nasehat orang tua.

Marsha mencium bibir dokter sekilas. "It's my last goodbye kiss." jelasnya.

-----------------------------------------------------------
Add this story to your library, vote and follow me. 😽

Love YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang