Berpisah

1K 151 10
                                    


"Thanks bang!" Arman menjabat tangan supir pickup yg mengangkut rombongan mereka.

"Yoi ! Sorry yee kagak bisa deket lagi ke lokasi, kudu balik kerja nih."

"Selow bang, udah deket juga ini. Hati hati bang!"

Dan mobil pickup yg membawa mereka pun putar balik arah. Tapi tidak dengan gerombolan anak stm ini, mereka justru terus menuju lokasi demo.
Tidak ada yg bisa menghentikan mereka. Untuk sekarang.

"Rik, Wahyu mana?" Tanya Arman.

"Tuh." Erik menggunakan dagunya, menunjuk Wahyu yg sedang berjongkok berusaha menyalakan rokok.

"Ah elah yu, ntar aja. Kita musti buru buru kesana, udah hampir siang nih." Arman mengomel.

"Ya kalian kesana gih, gw sama Erik cover dari belakang. Kan elu koordinatornya." Wahyu melirik Arman.

"Oke. Ayo gaes! Keburu siang !" Arman dan lainnya mulai berlari kecil. Wahyu dan Erik? Mereka berjalan sambil merokok, membuntuti rombongan itu.

Sambil mengobrol kecil dengan Erik, rombongan yg di pimpin Arman 50 meter di depan mereka hampir saja di tabrak suv bmw putih yg akan keluar dari kfc. Tapi anak anak itu cuek dan tetap lari tidak memperdulikan klakson dari mobil itu.

"Buset! Ngaconya dah mereka! Mana mobil mahal lagi yg hampir nabrak.. ckckck." Erik menggelengkan kepala melihat tingkah teman teman mereka.

"Ya mau gimana lagi." Wahyu masih menghisap rokoknya.

Suv bmw putih tadi terlihat meneruskan perjalanan setelah keluar dari kfc, menuju lokasi demo.

20 menit berlari di kombinasikan dengan sesekali berjalan, mereka sudah tiba di lokasi demo.
Mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai universitas dilengkapi almamater beraneka warna tumpah ruah di jalanan depan gedung dpr.
Tidak ketinggalan poster, spanduk, potongan kardus berisi ocehan dan omelan protes bergaya millenial.

"Maaf kaka kaka kami telat. Tadi harus remedial dulu~"

"Maaf kak kami telat. Masuk kelas dulu tadi !"

Mengibarkan bendera merah putih dan bendera slank, derap kaki dan teriakan mereka tentu saja menarik perhatian semua orang yg dilewati mereka.

Kagum, heran, kaget dan bingung terlihat dari raut muka seluruh mahasiswa yg ada di lokasi.
'Serius nih bocah bocah ikut demo?' Mungkin begitu yg ada di benak mereka.

Karena mereka beda kasta, MAHAsiswa dan siswa.
Yg di perjuangkan juga berbeda.
Mahasiswa berjuang agar RUU itu di batalkan, demi kepentingan rakyat indonesia.
Bocah bocah itu berjuang supaya bisa ikut tawuran dan selamat dari tawuran juga.
Segampang itu.

Wahyu yg masih mengawasi teman temannya dari belakang, memakai topinya.
Agak malu juga sebenarnya, walaupun dia cuek aja sih.

"Gak ikut lari sama mereka dek?"

Wahyu melirik ke sebelah kiri. Ada mahasiswa bertubuh mungil yg bertanya ke dirinya.

"Nggak kak, biar aja. Gw mantau dari jauh soalnya."

"Sma mana dek?"

"Stm kak."

"Oohh."

"Kakak sendiri kuliah di UI ya?" Giliran Wahyu yg bertanya

"Iyaa. Kok tau?"

"Kan dari almamaternya kak." Wahyu melirik almamater kuning yg dipakai mahasiswa itu.

"Oohh hehee." Sambil terkekeh kecil, dia membuka kardus air mineral. "Mau minum? Nih mumpung dingin." Dan menawarkannya kepada Wahyu.

Dan bagi Wahyu, mahasiswa bertubuh mungil itu sungguh menarik.
Mukanya yg imut serta manis, cerah bersinar. Bibirnya yg tipis kemerahan. Senyumnya yg menawan sukses membuat pandangan Wahyu terpaku pada dirinya.
Sosok yang dia lihat benar benar gemerlap di terpa sinar matahari, seperti bermandikan glitter. Sparkling.

Dari Demo Turun Ke HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang