8. Gue Pasti Bisa!

222 14 0
                                    

Hari ini adalah hari Minggu, hari dimana semua orang rehat sejenak dari rutinitas mereka selama satu minggu penuh, hari dimana keluarga berkumpul untuk sekadar quality time, termasuk hari khusus dimana Abrar bermain ke rumah Ardan.

"Ardaaaann, main yooook!!" seru Abrar dari luar, sebelum pintu rumah Ardan terbuka.

Mendengar suara khas itu, Ardan segera menuruni tangga dan menuju pintu utama rumahnya, untuk membukakan Abrar pintu.

"Wah, waalaikumsalam Bapak Ardan!" sambut Abrar ceria, lalu Ia masuk sebelum dipersilahkan oleh sang empunya rumah.

"Anak laknat. Perasaan yang namu dia, yang jawab salam dia, yang nyelonong masuk juga dia." rutuk Ardan sambil menutup pintu.

"Eh gak baik lo melontarkan sumpah serapah ke tamu. Tamu adalah raja, bawa berkah." sindir Abrar.

"Iya, raja terakhir, Yonglek." sahut Ardan.

"Sepi amat kayaknya ni rumah. Gede doang, isinya pada kemana?" Abrar melihat sekeliling.

"Isi isi isi, lo pikir rumah gue lemper ada isinya?! Bokap belom balik golf, nyokap arisan, mas Iyal ya di markasnya, Ardi tepar abis balik futsal." cerita Ardan.

Abrar menghembuskan nafasnya berat.

"Kenapa?"

"Gapapa, mau tarik nafas aja." ujar Abrar asal.

Ardan antara kesal dan menahan tawa melihat kelakuan konyol sahabatnya itu.

"Ayo pengakuan dosa dulu." seru Abrar.

Ardan memutar bola matanya, kesal sedikit.

"Ya ya ya, gue minta maaf kemaren ninggalin lo terus gak balik lagi. Maaf ya ya ya? Aaaahh udah ah elah kayak orang tolol gue."

Pasalnya, posisi mereka saat ini adalah Abrar duduk santai di atas sofa dan Ardan duduk sila di lantai sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

"Lagian! Sembarangan amat ninggalin orang! Berangkat bareng gue, baliknya bareng siapa! Tau gitu gue bawa motor aja!" gerutu Abrar.

"Iya kan udah minta maaf. Lagian juga kan gue ninggalin lo karena ada yang lebih urgent, hehehe."

"Ya ya ya.. Andira emang lebih penting."

"Gak gitu, Brar. Kan gue udah lama gak ketemu sama Andira, gue juga gak tau kalo dia tiba-tiba dateng." jelas Ardan.

"Terus? Gimana kabar dia?" tanya Abrar.

"Gitu deh. Baik sih, cuma ya lagi banyak pikiran aja. Ya.. lo tau kan ortunya divorce. Terus tau gak sih, Brar?!" tanya Ardan yang mendadak antusias.

"APA? APA?!" Abrar tak kalah antusias.

"Si Kadir mau nyusul bokapnya!" seru Ardan.

"Hah?! Ke Pakistan? Anjir lah. Emang si Kadir bisa bahasa Pakistan? Ke Kemang aja kadang dia masih nyasar, gimana ke Pakistan?!"

"Aduh gak tau dah gue urusan bahasa gimana tuh nanti dia." sahut Ardan.

"Ya pake bahasa Inggris lah!" seru Abrar setelah berpikir sejenak.

Mantra CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang