12. Hayo, Ketauan!

161 9 0
                                    

"Enak kan roti bakarnya?" tanya Andira antusias.

"Palingan juga Bi Tum yang bikinin."

"Enak aja lo! Gue tuh yang bikin! Spesial buat Mas Ardan ganteng."

"Geli ah, Dir!" seru Ardan cuek.

"Nih, mending lo bantuin gue. Gue mau beli bunga." lanjut Ardan.

"Hah? Buat apaan?"

"Mau nembak cewe." jawab Ardan lugas.

"HAH?!" Andira terkejut.

"Hah hoh hah hoh, ngapa lo?"

"Kok tiba-tiba?" tanya Andira heran.

"Ya emang kenapa?"

"Hah? Ya gapapa sih.. Kaget aja." ujar Andira.

Tentunya Andira merasa senang karena pada akhirnya sahabatnya itu akan menyatakan cinta pada gadis yang dikasihi dan menjalin hubungan yang serius, bahkan kalau bisa ke jenjang yang lebih serius lagi, melihat usia mereka sudah memasuki usia 'siap' menikah.

Tapi ada yang menjanggal perasaan Andira. Ia seperti...tidak rela. Perasaan seperti ini kerap kali Ia rasakan apabila Ardan sedang dekat dengan gadis lain, dalam konteks lebih dari teman tentunya.

"Kenapa? Jealous lo?" tembak Ardan to the point.

"Gak gitu... Gue cuma belum siap aja."

"Belum siap apaan?" tanya Ardan heran.

"Belum siap kalo lo bakalan bagi waktu dan prioritas lo buat dia. I mean.. Udah hampir setahun kita ilang-ilangan, terus udah ada momen ketemu dan bisa seru-seruan kayak dulu lagi, eh lo udah mau jadian aja. Hehe maaf kalau gue egois." jawab Andira panjang lebar.

"Yaelah, santai si. Lagian belum tentu diterima juga." ucap Ardna santai.

"Ayo deh gue bantuin!" seru Andira.

"Bantuin apa?"

"Itu.. Katanya mau nembak gebetan lo kan?"

"Gaboleh, nanti kena Pasal KUHP."

"Ih buka nembak yang itu maksudnyaaaa!!" rutuk Andira.

"Udah ah mau sholat dulu." ucap Ardan sembari bangkit dari duduknya.

"Hah? Sholat apaan?"

Ardan menyentil dahi Andira. "Sholat Magrib! Makanya kalau ada adzan dengerin!" seru Ardan.

"Aw sakit!" keluh Andira.

"Yeeess! Imamin gue yaaa!!" seru Andira antusias seraya bergegas ke mushola rumahnya.

Andira selalu antusias bila diajak sholat berjamaah dengan Ardan, alias Ardan yang menjadi imam sholatnya.

Papanya yang dulu sangat sibuk, membuat Andira jarang bahkan tidak pernah merasakan rasanya sholat berjamaah dengan keluarga. Apalagi sekarang Papanya tidak tinggal satu rumah dengannya.

Andira lebih dulu selesai berwudhu daripada Ardan, Ia menunggu Ardan di dalam mushola dan sudah siap dengan mukena yang sudah dikenakannya.

Begitu Ardan datang dengan rambutnya yang basah karena wudhu, Andira sempat terpana selama beberapa menit.

"Ngapa lo?" tanya Ardan heran.

"Emang bener ya, cowo tuh ganteng banget kalo abis wudhu dengan air yang menetes dari rambutnya..." kata Andira sambil memandang Ardan takjub.

"Heh istigfar! Mau sholat juga lo!" rutuk Ardan.

"Yuk! Thanks to me, iman gue masih kuat kok." celetuk Andira.

Mantra CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang