HERA SEVILEN RAWNIE

516 66 8
                                    

"Good attitude itu penting. Modal tampang doang buat apa?"

—Hera Sevilen Rawnie.

GADIS dengan kulit putih bersih dan indah turun dari mobilnya. Kemudian ia melambaikan tangannya hingga mobil yang dikendarai oleh Ayahnya itu melesat pergi.

Hera memasuki gedung sekolahnya yang terbilang cukup luas dan berkelas. Pagi ini, genap 2 bulan Hera bersekolah di SMA Dandelion. Gadis ini memiliki pesona yang cukup berbeda, sangat displin, tidak suka keributan, dan cowok berandal.

Namun, kelemahan Hera cuma satu: tidak bisa melihat orang lain kesakitan. Khususnya, cowok. Apalagi jika cowok itu menangis, maka luluh lah hati Hera saat itu juga.

Semenjak lulus SMP Hera tak lagi menjalin hubungan dengan siapapun, entahlah hati sedang dalam fase rehat dan tidak ingin memberikan ruang untuk siapapun.

Ia tidak tau siapa yang akan menemukan kunci hatinya dan berhasil masuk ke dalamnya, menempati hati Hera yang mungkin sudah berdebu.

Rambut Hera yang dikucir satu bergoyang mengikuti gerakan kakinya. Ia membalas senyuman siapapun yang menyapanya, udara sejuk di pagi hari membuat suasana hatinya baik.

Tak terasa ia sudah sampai di depan kelasnya, XI IPA 1. Kelasnya anak pandai, namun juga berisik. Tak semua anak pandai itu kalem dan sunyi, contoh saja si Geri tidak ada kata kalem di dalam kamus hidupnya.

Geri adalah teman dekat Althea dan Lavida. Dan, kedua gadis itu termasuk teman pertama Hera ketika masuk di SMA Dandelion, otomatis Geri juga dekat dengan Hera.

"Eh, Neng Hera. Makin bersinar aja, Neng." Siapa lagi jika bukan Geri. Cowok itu menyambut Hera dengan senyum manis disertai lesung pipitnya. Yang membuat siapa saja otomatis tersenyum, termasuk Hera.

Althea memutar bola matanya malas ketika mendengar ujaran Geri. Althea tidak suka ucapan yang mengandung unsur buaya, seperti ucapan Geri tadi.

"Buaya banget, Ger. Semua cewek lo katain makin bersinar, lo kira mereka lampu?" ketus Althea.

"Jangan baper sama Geri. Ceweknya banyak," celetuk Lavida.

Sedangkan, Hera hanya terkekeh seraya meletakan tas ranselnya. Sudah biasa ia mendengar perdebatan antara Geri, Althea, dan Lavida.

"Iya deh, yang doinya lebih buaya daripada gue," sindir Geri.

Althea melotot, tangan kanannya langsung memukul lengan Geri dengan buku cetak yang ada di sebelahnya. "Enak aja, Angkasa nggak buaya! Awas lo ngejek Angkasa lagi, gue gorok lo."

"Udah, Al." Hera hanya sebagai penengah di sini.

Sedangkan, Lavida hanya tertawa dan kembali melanjutkan aktivitas bucinnya bersama Darren.

Geri menjulurkan lidahnya, lalu berlari menjauhi singa betina Althea sebelum cewek itu mengamuk lebih parah. Setelah Geri pergi, barulah Hera terkekeh geli ketika mengingat perdebatan kecil.

"Lo udah berapa lama suka sama Angkasa, Al? Keknya gue kudet banget deh, nggak tau Angkasa yang mana," celetuk Hera.

Althea langsung menoleh dengan cepat ketika mendengar celetukan temannya ini yang sangat tidak masuk akal. "What?! Lo bilang apa? Nggak tau Angkasa? Ngigo lo?"

Lavida pun langsung meletakan ponselnya dan menatap Hera dengan aneh. "Lo juga nggak tau Darren?"

Hera menggelengkan kepalanya. "Gue taunya dia cuma pacar lo aja."

Cewek itu menghela napasnya sejenak. Ia memegang pundak Hera. "Udah berapa lama sekolah di SMA Dandelion yang penuh dengan anak geng motor ini?" tanya Lavida.

"Dua bulan," jawab Hera dengan polosnya.

"Dan lo nggak tau siapa Angkasa?" Pertanyaan Althea dibalas gelengan oleh Hera. "Anak buahnya aja nggak tau, apalagi ketuanya," sarkas Althea.

Alis Hera mengangkat satu. Apakah ia sekudet itu sampai ia tidak tau?

"Temen gue emang kudet banget ya?" dumel Althea seraya membuka ponselnya, entah mencari apa.

"Mana gue tau, emang gue perlu bacain name tag satu per satu?" balas Hera.

"Ya, nggak gitu. Emang lo nggak kerasa kalo ada yang mencolok di sekolah ini? Kaya semacam kumpulan cowok dengan pakaian urakan?" timpal Lavida.

Untuk sejenak, Hera berlagak memikir dan mengingat sesuatu. "Em, pernah sih. Ada yang pakai bandana di kepala, terus cuma pakai atasan kaos item sama celana osis. Oh, iya satu lagi yang suka banget dua kancing teratasnya dibuka."

Althea menjentikkan jarinya tepat di depan muka Hera. "Nah! Itu mereka, Graziano. Geng motor yang paling ganas dari SMA Dandelion."

"Yang suka pakai bandana itu Angkasa. Dan yang suka banget dua kancing teratas di buka itu Ares, ketua gengnya." Althea tersenyum penuh arti.

"Selamat termakan pesona mereka, Hera," ledek Althea.

TBC

Hai... Malam

Sepi banget keknya, gapapa deh yaa

Buat yang tanya kapan Raja up, aku baru nulis prolognya doang. Jadi mungkin bukan hari, bisa aja besok atau lusa atau minggu depan. Semoga sabar menunggu :")

Makasi yang udah baca, vote, komen❤💜

Jangan lupa ikutan PO Aksara! Jangan lupa follow ig Numerous Publisher biar gak ketinggalan info Aksara di sana❤

See you!👋

Cilacap, 9 Juli 2020


HERESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang