Bab 4

367 15 0
                                    

"Cublak-cublak suweng,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cublak-cublak suweng,...

Suwenge ting gelenter.
Mambu ketudhung gudhel,..
Pak Gempong lera lere,...
Sapa ngguyu ndelikake.
Sir, sir pong dele gosong
Sir, sir pong dele gosong"

Sa'Diah memilih mengaji manakala 3 adiknya sedang bermain "Cublak-cublak Duweng" yang memang permainan kesukaan adik-adiknya.

Ia bisa mendengar suara riang dan tawa mereka dari teras rumah ketika memainkan itu. Di tengah ia membaca rentetan huruf arab di depanya, tiba-tiba...., Perasaan sa'Diah mendadak menjadi tidak enak dan saat itu juga, ia tidak lagi mendengar suara adik-adiknya. Penasaran, Diah mengintip...

Kamar sa'Diah tepat berada di samping teras sehingga ia hanya perlu berjinjit untuk bisa melihat apa yang menyebabkan adik-adiknya berhenti bermain.

Rupanya..., Ketiga adiknya masih di sana. Berdiri memutar. Namun..., Anehnya mereka hanya diam, seolah-olah bagai patung tak bergerak.

Bingung.... sa'Diah keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Dek lapo kok meneng-menengan?"

("Dik kalian ngapain diem-dieman disana?")

Bukan jawaban yang ia dapat, melainkan kesunyian yang menghantam sa'Diah dimana hari mulai petang.

Sa'Diah hanya ingat...., Saat itu, tidak ada apapun yang bisa ia rasakan. Semuanya seolah-olah sepakat untuk diam. Bahkan angin pun tidak berhembus.

Mendekatlah sa'Diah ke arah adik-adiknya. Namun.., belum beberapa meter, sa'Diah di buat diam tercengang. Manakala dia melihat, sesosok siluet hitam yang rupanya sedari tadi memperhatikan. Siluet hitan yang sedari tadi luput oleh mata sa'Diah, kini menjadi fokusnya.

Hanya mengandalkan cahaya rembulan, sa'Diah melihat siluet hitam itu yang tidak lebih tinggi dari sa'Diah. Dengan cemas dan takut, sa'Diah memaksakan kakinya mendekati adiknya.

Sembari tetap memperhatikan sosok siluet hitam yang hanya memperhatikan, sa'Diah mulai mengetahui apa itu. Rupanya, siluet hitam yang sedari tadi memperhatikanya adalah seekor kambing hitam. Namun...., Entahlah.

Kambing siapa yang belum di kandangkan ketika petang sudah datang.

Sa'Diah menarik adik-adiknya, mengatakan mereka harus masuk karena malam sudah menjelang.

Ketiga adiknya menurut, dan mengikuti langkah sa'Diah. Tepat ketika mereka sudah masuk ke dalam rumah dan sa'Diah berniat menutup pintu, serta memperhatikan kembali dimana kambing itu tadi berdiri.

Akan tetapi, tidak ada apapun disana. Hanya tanah lapang kosong tanpa kehadiran kambing hitam yang ia lihat tadi. Mendadak, perasaan buruk itu kembali muncul. Dan seolah-olah, memberitahu malapetaka sedang menyambangi keluarganya.

Bila ada yang berbeda dari hari ini, maka pak Wanto adalah salah satunya. Semenjak kematian jabang bayi yang sudah ia damba-dambakan. Yang kabarnya berkelamin laki-laki itu meninggal, pak Wanto kini menjadi pribadi yang tertutup bahkan ia sudah lupa cara menyapa tetangganya.

BISIKAN IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang