Bab 5

365 13 0
                                    

"Mbak"

"Mbak"

Seseorang menggoyang tubuh sa'Diah.

Sebelum ia menyadari siapa yang membangunkan dirinya. Ia melihat Rina, wajahnya panik.

"Opo Rin?"

"Ada apa Rin?" tanya Diah ikut panik.

"Atun gak ada di tempatnya"

Diah melirik tempat dimana Atun biasanya tidur. Kosong....

Sempat terdiam beberapa saat, karena entah bagaimana menjelaskan kepada Rina, Diah tau dimana Atun berada. Masalahnya..., Sejak kejadian itu, Diah tau. Dirinya seperti selalu di awasi. Entah oleh siapa, namun perasaan itu membuatnya terus khawatir.

Dengan berusaha tetap tenang, meski ketakutan meliputi perasaan Diah. Ia beranjak dari tempat tidurnya, melangkah keluar kamar. Ia hanya mengatakan, mungkin Atun ada di kamar orang tuanya. Karena ini bukan kali pertama si bungsu pergi dan berpindah ke kamar orang tuanya.

Diah menutup pintu kamarnya, yang terbuat dari triplek tipis. Karena memang, keluarganya bukanlah keluarga yang di gelimangi harta.

Sempat ragu, namun Diah membulatkan tekat. Sebelum, ia mendengar suara Atun. Ia sedang mendendangkan sebuah nada permainan kesukaanya.

"Cublak-cublak suweng
suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong"


Suaranya terdengar dari halaman belakang rumah, sa'Diah berjalan mendekatinya. Ia yakin, itu suara Atun, tetapi.....

Atun tidak sendirian. Ia mendengar, ada 2 atau 3 suara lain sedang menyanyikanya bersama-sama.

Yang jadi pertanyaan adalah, untuk apa Atun bermain Cublek-cublek Sueng, tengah malam seperti ini.

Berusaha mengintip, sa'Diah mendekati gubuk rumahnya yang terbuat dari bambu. Di sela-sela lubang itu, ia mendekatkan wajahnya. Melihat dengan seksama. Namun, tepat ketika sa'Diah melihat figur Atun yang tengah duduk bersila. Nyanyian mereka berhenti, berganti menjadi kesunyian.

Kesunyian itu membuat suasana saat itu menjadibegitu mencekam. Seolah-olah mereka tahu, seseorang sedang mengamatinya.

Di tengah pikiranya tentang "mereka" sa'Diah melihat Atun. Kepalanya menoleh tepat dimana sa'Diah berdiri menatapnya. Jantung sa'Diah rasanya seperti mau copot.

Belum berhenti sampai disana, sa'Diah seperti ingin lari saja dan kembali ke atas ranjangnya. Namun, semua ini membuat sa'Diah penasaran, berbuah nekat. Sa'Diah mengintip kembali. Namun yang dia dapat?, Tepat di lubang itu, mata mereka saling bertemu.

Atun tahu, sa'Diah melihatnya.

"Mbak" kata Atun,

Ia memanggil nama Diah,

"Ayok maen"

("Ayo kita maen")

Karena seperti tertangkap basah, maka sa'Diah melangkah keluar. Membuka pintu belakang rumahnya. Dan di lihatnya Atun, mengamatinya dengan senyuman ganjil yang menakutkan.

Sa'Diah mengikuti langkah Atun, penasaran dengan suara siapa saja yang ia dengar tadi. Sa'Diah di buat diam mematung, manakala ia melihat di hadapanya...., Ada Rina dan Yuni, duduk bersila seolah menunggu mereka.

Bila Rina dan Yuni ada disini bersama Atun. Lalu, siapa yang ada di kamar?

Meski puluhan pertanyaan muncul di dalam pikiranya, sa'Diah mencoba untuk tenang dengan apa yang terjadi. Ia duduk bersila sama seperti yang lain, sampai ia mendengar Atun mengatakan,

"Sing dadi pak Empo sampeyan dulu ya mbak"

("Yang jadi pak Empo kamu dulu ya mbak")

Awalnya ragu, namun sa'Diah mengiyakan permintaan Atun.  Ia tahu, akhir-akhir ini hubungan mereka seperti berjarak dan Diah tidak tahu apa alasanya. Jadi, bila menjadi pak Empo bisa membuat Atun dekat lagi dengan Diah, maka Diah akan melakukanya.

BISIKAN IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang