Chapter 5

51 9 74
                                    

Jakarta, 5 July 20XX

Alletha terdiam di dalam kamarnya,  memandangi dirinya sendiri di hadapan cermin. Kaos hitam polos ditutup dengan kemeja kotak-kotak merah yang cukup panjang, ditambah dengan celana jeans pendek sudah melekat di tubuhnya.

Hari ini adalah hari dimana ia akan pergi bersama dengan Ray ke pesta sahabatnya. Dan sepanjang waktu di hari itu dihabiskan oleh Alletha dengan menyibukkan diri untuk mencari pakaian yang cocok untuk dirinya.

Tring!

Suara notifikasi masuk tertangkap di kuping Alletha. Dengan cepat, ia segera meraih benda elektronik tersebut yang berada di atas tempat tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, sungguh bukan waktu yang baik untuk keluar. Alletha mengetahui hal tersebut, ia juga merasa ragu untuk pergi pada pukul segitu, namun ia sudah berjanji, ia bahkan akan dijemput dan diantar pulang oleh Ray. Hal tersebut membuat Alletha menjadi lebih tenang.

Tanpa menunggu lama, Alletha membuka notifikasi tersebut dan terlihatlah pesan masuk dari Ray.

R : Kami sudah berada di depan.

Alletha segera membalas pesan Ray dengan semangat. Rasa gugup memenuhi hatinya, ia tidak begitu yakin bila hal ini akan berjalan dengan baik.

Lakukan sesuai perencanaan : A

R : Baiklah

Setelah itu, tidak ada lagi pesan masuk dari Ray. Tidak lama Alletha mendengar suara bel rumah yang dibunyikan oleh seseorang ditambah dengan suara pintu rumah yang terbuka.

"Oh, Casey!" Suara Lia--ibu Alletha--terdengar sampai ke dalam kamar Alletha. Hal tersebut membuat jantungnya berdetak tidak karuan, namun ia memutuskan untuk membuka pintu dan melihat percakapan antara ibunya dan juga sahabatnya.

"Masuklah!" kata Lia lagi dengan ramah.

"Selamat malam, Tante," sapa seorang gadis dengan sopan, gadis itu--Casey--rupayanya sedang melancarkan aksinya untuk meluluhkan hati Lia. "Astaga Tante, beberapa minggu ga ketemu, Tante terlihat kurusan!"

Lia tampak tersipu malu, "Kau bisa saja, Casey." Lalu tatapannya tanpa sengaja melayang ke arah Alletha yang baru saja keluar. "Lho, kamu belum tidur?"

Alletha hanya membalasnya dengan menggelengkan kepalanya secara pelan-pelan. Ia merasa sangat takut dan canggung.

Lalu Casey mulai membuka suara untuk memecahkan kecanggungan yang ada di sana. "Jadi begini Tante, saya kesini untuk menjemput Alletha. Dia mau menginap di rumah saya hari ini."

Lia mengerutkan keningnya, tampak sekali jawaban tidak setuju terlihat di wajahnya. "Mengapa tiba-tiba?"

"Karna di rumah saya dekat dengan tes masuk perguruan tinggi, jadi Alletha mau mendaftar sepagi mungkin agar ia tidak begitu gugup. Dan juga dia bisa belajar bersama di rumah saya, tante," jelas Casey. Tentu saja dengan berbohong supaya Lia semakin percaya.

"Tenang saja tante, Alletha akan aman-aman saja, supir saya akan mengantarkan kami ke rumahku." Casey menunjuk ke sebuah mobil yang berada di depan rumah Alletha.

Lia masih terlihat tidak begitu percaya, namun melihat Alletha yang sudah memeluk buku yang tebal, ditambah dengan senyuman manis Casey, akhirnya hati ibunya luluh. Lia sangat berharap bila Alletha dapat lulus di perguruan tinggi dengan cepat, dan menjadi sukses. Itu adalah impian setiap orang tua tentunya. "Baiklah," kata Lia pada akhirnya.

"Oh iya," Casey dengan cepat mengambil sebuah kotak dari dalam tasnya, kotak itu terlihat sangat mahal dengan tulisan louis vuitton di atasnya, "Ini untuk Tante, dari mama saya," lanjut Casey sembari memberikan kotak tersebut ke Lia.

AllethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang