Jakarta, 29 Juni 20XX
Sinar matahari pagi mulai menyinari kota-kota yang ada di bumi, salah satunya adalah Jakarta, sebuah ibu kota yang sangat terkenal dan modern. Bagaimana tidak? Di kota ini terdapat ratusan bangunan tinggi dan mewah yang menghiasi jalanan menjadikan kota ini menjadi iconic. Salah satu bangunan mewah yang berdiri dengan gagah di sana adalah Chemistry President School.
Bangunan itu merupakan sebuah sekolah khusus menengah atas yang cukup elit, dengan warna putih bersih yang mendominasi dan juga bentuk arsitektur bangunan itu sendiri yang mengikuti gaya khas Eropa. Hal ini menjadikan bagunan tersebut memiliki banyak daya tarik dari para murid dan orang tua. Tidak hanya merupakan sekolah yang elit namun juga merupakan penghasil murid-murid yang jenius, terutama di bidang kimia.
Kala itu, di tengah-tengah tenangnya suasana pagi di sekolah, semua murid berkumpul di lapangan sekolah. Mereka berbaris dengan rapi untuk melakukan sebuah upacara bendera yang merupakan kegiatan wajib diikuti oleh seluruh murid di dunia ini. Dihadapan para murid tersebut, sudah ada seorang pria paruh baya yang memandu mereka.
Pria itu berdeham, matanya yang tajam terus memperhatikan gerak-gerik puluhan murid yang ada di hadapannya. Bersiap-siap untuk menangkap bila ada salah satu murid yang diam-diam melanggar aturan. Setelah merasa kalau murid-muridnya sudah cukup teratur. Pria tersebut menarik secarik kertas dari kantung kemejanya, sembari membenarkan kaca matanya yang sedikit miring ia membaca secara cepat apa yang ada di kertas tersebut. Lalu menyimpannya kembali. Ia menarik mic yang ada di depannya supaya suaranya terdengar jelas nantinya.
"Selamat pagi anak-anak ...," sapa pria paruh baya tersebut dengan suara yang berat. "Terima kasih atas kedisiplinan kalian, kita dapat melaksanakan upacara bendera dengan tenang. Sebelum kita bubar, ada satu hal yang ingin bapak sampaikan ...."
Pria itu menjeda ucapannya untuk menarik nafas. Para murid sudah tidak sabar dengan apa yang akan dikatakan oleh pria tersebu, sebagian dari mereka menggerutu kecil sebab sudah merasa sangat lelah akibat berdiri selama hampir 2 jam.
"Yang pertama bapak ingin mempersilakan seorang murid berprestasi untuk maju kedepan, ia adalah salah satu pemenang olimpiade kimia tingkat nasional tahun ini, hal ini tidak hanya membanggakan nama keluarganya, tapi juga membanggakan nama sekolah kita tentunya. Tanpa menunggu lama lagi, bapak akan persilakan ... Alletha Frances Arnold, silakan maju ke depan!"
Diantara semua murid-murid yang tengah berbaris, keluarlah seorang gadis berambut coklat yang diikat satu, gadis itu meninggalkan barisannya dan berjalan dengan pelan menuju pria paruh baya tersebut. Semua tatapan baik dari guru maupun murid beralih ke arahnya. Setiap kali ia melangkahkan kakinya, kupingnya menangkap banyak bisikan dari para murid yang ada di sekitarnya.
"Astaga dia menang lagi ...."
"Anak itu otaknya terbuat dari apa sih? Setiap ikut lomba menang mulu."
"Ih, pinter banget sih dia, apalah dayaku yang otaknya cuma seperempat otak udang?"
"Kalo aku menang seperti dia kayaknya, orang tua aku bakal sujud 1000 kali di hadapanku."
Bisikan-bisikan kagum sekaligus iri dari murid-murid disana berhasil membuat gadis yang bernama Alletha itu mengukirkan senyum di wajahnya. Sesampainya di hadapan pria paruh baya tersebut, Alletha segera menyalaminya, lalu beberapa guru-guru lain berjalan ke arah Alletha sembari memberikan sertifikat, piala yang tinggi, dan juga medali emas. Salah satu dari mereka membawa kamera dan mengabadikan momen tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alletha
Aksi# Apocalypse Survival Series 1 Alletha adalah seorang gadis yang sangat pintar di kotanya, suatu hari saat sedang berpesta bersama temannya. Tiba-tiba ia diculik dan dikumpulkan dengan orang-orang asing seusianya. Dan di saat itu juga, dia disuruh u...