Chapter 2

27K 596 26
                                    

Keyra melanjutkan makannya dalam diam. Dengan sepenuh hati mencoba mengabaikan kalau pria itu ada di sini bersamanya. Pria yang sepenuh hati dia abaikan bahkan tanpa adanya sebuah pertemuan tiba-tiba memunculkan diri tanpa dia harapkan sama sekali. Bahkan dengan keadaan di mana orangtuanya tidak ada di sini.

Sudah cukup buruk dengan Keyra bertemu dengan Ezra. Tapi segalanya bertambah buruk dengan mereka akan tinggal berdua saja. Sepertinya langit tengah coba ingin mengujinya. Ujian yang sangat berat. Apakah dia sanggup menahan dirinya? Itulah yang menjadi pertanyaannya saat ini.

Keyra sendiri ragu dengan dirinya jadi bagaimana bisa yang lainnya yakin.

Suara langkah kaki terdengar menuruni tangga. Dia jelas tahu siapa itu dan pria itu memang sudah berada di meja makan bersama dengannya. Membalik satu piring yang terlungkup dan mulai mengambil roti dengan santai.

Keyra hanya bisa menatap lewat bulu matanya. Melalui ekor matanya tanpa bisa menatap pria itu secara langsung. Dia takut pandang mereka akan bertemu dan jelas Keyra akan selayaknya kambing bodoh jika itu sampai terjadi.

Berpandangan dengan Ezra adalah hal haram untuknya. Pria itu memiliki bola mata tajam dengan warna mata grey yang seolah memiliki asap di mana misteri terketak di dalam bola mata itu.

Ezra memiliki sikap dingin juga tidak pandai dalam berbasa-basi. Dia tidak pandai menggoda orang lain apalagi bersikap baik pada sesuatu yang tidak dia sukai. Telah lama menjadi putra bungsu yang dimanjakan, juga pemilik saham tertinggi di perusahaan membuat Ezra menjadi demikian.

Dulu Keyra sangat yakin kalau Ezra tidak demikian. Mereka sering bercanda bersama. Bermain bersama juga bagaimana Ezra begitu melindunginya seolah Keyra adalah benda berharga miliknya.

Bahkan pernah suatu ketika Ezra memukul teman Keyra yang membuatnya menangis. Padahal yang dia pukul adalah anak kecil dan Ezra tidak menahan tenaganya saat itu. Semua orang panik. Tuntutan dilayangkan terhadap Ezra dan beruntung mereka adalah orang kaya jadi Ezra tidak dimasukkan ke penjara. Saat itu juga Ezra baru berusia sembilan belas tahun dan Keyra sembilan tahun.

Terpaut umur yang cukup banyak tidak menghalangi mereka untuk tetap bersama.

Tapi segalanya tidak lagi sama saat Ezra sudah berumur dua puluh lima tahun. Pria itu menjadi jauh untuk berada dalam jangkuannya. Terlalu jauh untuk menjadi teman bahkan sangat jauh untuk menjadi keluarga. Ezra bersikap seperti Keyra tidak pernah ada di hidupnya. Dia bahkan seperti membenci Keyra.

Tapi lama-lama sikap dingin Ezra malah mengubah Keyra dengan sangat buruk. Tidak hanya berubah sikap namun Ezra juga berubah pesona menjadi pria yang diidamkan banyak orang. Menjadi pria tampan yang membuat Keyra harus beberapa kali menahan sesuatu yang mengganjal di hatinya.

Keyra terlambat sadar kalau rupanya semua itu adalah kecemburuannya. Lalu segalanya menjadi lebih buruk saat dia sadar ada perasaan aneh menysup ke hatinya. Dia ingin menghentikannya sayangnya segalanya sungguh terlambat.

Perasaan itu telah mengakar dengan hebat. Tidak ada celah untuk menghentikanya selain menerimanya. Juga menghindarinya sebab perasaannya hanya akan mendatangkan bencana.

Tapi kini bagaimana dia menghindar saat pria itu malah ada di depannya? Di usianya yang sudah dua puluh tahun, Keyra tidak pernah meminta sebuah kejutan seperti ini. Tapi rupanya kejutan itu memiliki pikiran sendiri.

"Makan, Key. Berhenti menatap."

Keyra tersedak makananya sendiri. Melihat pada Ezra dengan kesal karena dia ketahuan. Apa pria itu memiliki mata di kepalanya hingga dia tahu apa yang dilakukan Keyra?

"Minumlah." Ezra mendorong segelas susu lebih dekat pada Keyra. Gelas besar yang tadi diisi pria itu.

"Aku tidak apa-apa."

Ezra mengangat pandangannya dan segera Keyra mengalihkan pandangannya. Dia tidak akan mau beradu pandang dengan mata grey itu.

"Kau hanya harus minum tanpa harus apa-apa."

Keyra berdehem. Dia memegang gelas besar itu dan mulai mengarahkan bibir gelas ke bibirnya. Meminum susu tersebut dengan perlahan. Hanya sedikit. Cukup untuk mengikuti perintah pria itu tanpa harus mendengarnya bersuara lebih banyak. Ezra bisa menjadi cerewet tanpa didugakan.

"Kudengar kau ulang tahun dua hari yang lalu. Aku berniat datang tapi ada pekerjaan jadi maafkan aku."

Keyra mendengus. "Niatmu hanya setengah hati," cetusnya dengan nada lemah.

Ezra memandang dengan setengah kesal. "Aku sungguh tidak bisa datang."

"Sudahlah. Tidak masalah. Itu hanya sebuah ulang tahun saja. Aku merayakannya setiap tahu jadi tanpa atau hadirmu, segalanya sama saja."

"Tidak akan menjadi hanya jika itu dirimu."

Keyra menatap pria itu dengan setengah tidak yakin. Ingin bertanya apa maksudnya namun dia lebih dulu dikejutkan dengan kotak kecil yang diserahkan Ezra. Kotak yang didorong ke depanya dengan pita merah muda di kotak itu.

"Apa ini?" tanya Keyra meraih kotak itu.

"Hadiah ulang tahun yang datang terlambat."

Keyra tidak percaya Ezra memberikannya kado ulang tahun. Harusnya pria itu hanya cukup saja dengan memberikan ucapan selamatnya dan itu akan tetap menyenangkan bagi Keyra. Tapi hadiah yang ada di tangannya juga memberikan kebahagiaan yang tidak sedikit.

Ezra bangun saat tangan Keyra tepat membuka kado itu dan melihat isinya. Wajah gadis itu tampak terkejut dengan isinya dan Ezra segera berjalan ke arah Keyra. Berdiri di belakangnya.

Ezra mengambil benda itu dan segera memakaikannya di leher Keyra.

Keyra beku atas apa yang dilakukan Ezra. Tidak banyak yang bisa membuat gadis itu beku. Ezra dan sikap tidak tertebaknya adalah salah satu hal yang bisa membuat dia berdiam suka. Cara pria itu memakaikan kalung tersebut padanya membuat jantung Keyra berdegup dengan tidak menentu.

Dia memegang mata kalungnya dengan bahagia.

***

Kiss With My Uncle | Sin #3 ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang