Mereka bertiga keluar dari perpustakaan dengan matahari yang siap terbenam. Keyra menatap langit dengan sebuah senyuman yang tertangkap oleh dua pasang mata yang berjalan bersama dengannya dengan keduanya berada di sisi yang berbeda. Senyum merekah di bibir Keyra dan itu menular kepada salah satunya.
"Sangat suka langit?"
Keyra menatap Gandi dan lebih banyak senyum darinya. Dia mengangguk. "Kau tahu bagaimana aku suka."
"Memang indah. Walau dirimu lebih menggoda untuk dilihat."
Keyra tercekat dengan kata-kata yang diberikan Gandi. Bukan masalah kalimat itu yang membuat dia hampir tersedak ludahnya sendiri. Hanya saja di sana mereka tidak sendiri. Ada Ezra bersamanya dan itu tidak menyamankan bagi Keyra mendengar Gandi berkata seperti itu di depan pria yang dicintai gadis itu.
Gadis itu melirik ke arah Ezra untuk melihat seperti apa reaksi pamannya itu. Tentu saja sesuai dugaannya. Ketidakpedulian. Seperti itulah Ezra.
Dan gadis itu kembali menyakiti dirinya dengan memberikan harapan pada hatinya tanpa dia menyadarinya. Dia selalu menekankan pada dirinya tentang tidak membubuhkan harapan sekecil apapun pada Ezra. Dia tahu akhirnnya dan dia tahu seperti apa Ezra.
Sayangnya hatinya memang kerap bertindak di luar inginnya. Di mana dia tidak bisa mengendalikan perasaannya sendiri.
"Kami akan makan malam. Kau ikut?"
Ezra bersuara. Berdiri di antara dua orang yang sudah menghentikan langkahnya saat mereka sampai di anak tangga terakhir depan perpustakaan. Ezra mengajak Gandi.
"Aku tidak lapar," ujar Keyra. Dia sungguh tidak suka berada di antara dua lelaki tersebut. Terlalu beban bagi hatinya.
"Kau harus makan."
"Tidak. Sudah kukatakan aku tidak..."
"Ikut apa kataku, Key. Jangan membantah. Jadi Gandi, kau ikut?"
Gandi menatap pada Keyra. Melihat ketidaksukaan gadis itu akan rencana makan bersama yang ditawarkan Ezra. Dia tidak suka dengan ketidaksukaan gadis itu. Jika saja tidak lancang maka Gandi juga akan meminta Ezra tidak memaksa Keyra untuk melakukan apa yang tidak ingin dia lakukan.
Sayangnya jika Gandi bersikap demikian maka itu akan membuatnya terlihat buruk di depan Ezra. Jadi dia hanya harus melakukan apa yang harusnya dia lakukan.
"Tidak, aku ada acara dengan teman-temanku. Jadi aku tidak bisa ikut makan malam. Maafkan aku."
"Oh tidak apa-apa. Kalau begitu kita berpisah di sini?"
Gandi mengangguk dan segera memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah Keyra. "Bertemu besok."
Keyra mengangguk segera. "Bisakah kau rapikan rambut itu?"
"Ya?"
Keyra mengangkat tangannya dan menyentuh kepala Gandi. Merapikan rambut lelaki itu dengan perlahan dan membuat rambut berantakannya lebih rapi terlihat. Gandi memiliki wajah yang begitu lembut di pandang mata. Kebaikan ada di mata itu dan itu sebabnya Keyra bertahan dengan Gandi walau dia tahu ada cinta yang dimiliki Gandi untuk dirinya.
Cinta yang tidak dia tahu sebesar apa itu tidak mengganggunya. Kebaikann Gandi bisa membuatnya menahan semua itu.
"Itu lebih baik."
Gandi tersenyum saat tangan Keyra telah meninggalkan kepalanya. Bahagia mengiringi senyuman itu. Sentuhan tangan lembut itu membuatnya amat bahagia.
"Kalau begitu aku pergi." Gandi mengedipkan matanya dan meninggalkan tempat itu. Dia hanya memberikan anggukan sopan pada Ezra yang sejak tadi hanya diam menunggu.
Kepergian Gandi membuat Keyra bersedekap dan menatap pada Ezra. Kesal ada di wajahnya dan itu tidak bisa diabaikan sama sekali. Bagaimana dengan mudah pria di depannya membuat dia kehilangan selera pada apa yang namanya hari.
"Kenapa kau memaksa aku seperti itu di depan temanku?" tuntut Keyra pada sebuah penjelasan.
Ezra menatap dengan tenang. "Apa salahnya aku perhatian pada keponakanku? Kau di dalam sana hampir tiga jam lamanya. Tanpa makanan bahkan sekedar minuman. Aku tidak suka kau melakukan itu jadi sekarang kau harus makan sebelum aku tambah khawatir."
"Itu adalah kebiasan, Ezra. Kau tidak paham?"
"Harus berapa kali kukatakan, panggil aku paman. Aku pamanmu, walau kau tidak suka dengan fakta. Tapi cobalah untuk menerimanya. Paham?"
Keyra mendengus. Menatap marah pada sosok di depannya. "Paman? Sejak kapan kau bersikap seperti paman bagiku?"
Ezra diam. Menatap dengan riak emosi yang sudah mulai muncul di mata grey nya. Dia tahu inilah saatnya. Pada kesalahannya di masalalu terungkitkan. Pada apa yang tidak bisa dia kemukakan kebenarannya. Gadis ini telah memulainya.
"Kau meninggalkan aku lima tahun yang lalu, kau ingat? Atau kau sedang mencoba lupa?"
"Aku tidak meninggalkanmu. Kau yang pergi. Kau. Kakakku. Pergi. Meninggalkan rumah dan meninggalkan keluarga demi keluarga sederhana yang kalian idam-idamkan. Jadi..."
"Kau bisa datang. Kau bisa berkunjung tapi bahkan kau tidak pernah menginjakkan kakimu di kota ini. Lalu kenapa datang sekarang?"
"Aku tidak memiliki waktu."
"Waktu? Berapa banyak waktu yang kau butuhkan untuk keponakanmu? Berapa banyak waktu yang kau perlukan saat kau sibuk terus menghindari aku bahkan di acara kelurga kita? Hah?"
Ezra mendekat. Tapi Keyra memilih mundur.
"Jangan mendekat padaku. Kau sudah bukan bagian dari perjalanan hidupku, Ezra. Kau sudah membuat aku mengubur terlalu dalam tentangmu. Kau tidak lagi dekat denganku bahkan menyematkan kata paman lewat panggilan, tidak lagi menjadi apa yang aku inginkan. Kau yang pergi jadi jangan harap aku menunggu dengan bodoh."
"Keyra, jangan bertindak kekanakan seperti ini. Bagaimanapun, kita adalah keluarga."
Gadis itu mendengus dengan pandangan meremehkan. "Kau harus melihat sendiri bagaimana kau saat ini. Apa sebenarnya tujuanmu datang ke sini?"
"Kau sungguh ingin tahu?" tantang Ezra lewat matanya.
"Tidak. Jangan katakan apapun. Aku tidak pernah lagi ingin tahu apapun tentangmu. Atau alasan bodoh di balik semua sikap ini."
"Maka terima aku tanpa sebuah alasan, Key. Aku datang sebagai pamanmu dan itu berlaku sampai kau yakin kalau aku memang adalah pamanmu. Jika kesalahan di masalalu membuatmu marah padaku maka aku terima itu. Jika apa yang menjadi keputusanku di masalalu membuat marah maka aku terima itu. Hanya saja bagaimana kau menolaknya, aku tetaplah pamanmu. Aku adalah adik dari ayahmu. Aku adalah anak dari nenekmu dan aku adalah satu-satunya paman bagimu."
"Terserah padamu. Lakukan yang kau inginkan dan yakini segala apa yang kau anggap benar. Namun aku tidak lagi sama, Ezra. Aku bukan keponakanmu yang telah kau tinggalkan."
Keyra segera beranjak pergi. Ezra hanya diam berdiri mengepalkan tangannya dengan amarah menyelimuti matanya. Dia diam beberapa saat seperti itu. Dia tidak ingin beranjak dulu sebab dia takut akan hilang kesabaran dan membuat sebuah kesalahan fatal.
"Andai kau tahu alasannya. Aku takut kau saat ini tidak lagi akan menganggap aku bahkan sebagai Ezra. Aku hanya pecundang. Pecundang yang datang dengan sebuah harapan akan mendapatkan maaf darimu."
Suara pria itu terbawa angin. Hanya angin yang mendengarnya dan hanya angin yang mengertinya.
Setelah merasa lebih baik. Segera Ezra beranjak menyusul Keyra.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss With My Uncle | Sin #3 ✓ TAMAT
RomanceTamat di watty dan dihapus sebagian. Beli di playstore untuk versi lengkapnya *** Sudah sejak lama Keyra Andira memuja sosok Ezra Chase, pamannya sendiri. Pemujaan itu tidak hanya berasal dari betapa kagumnya dia melainkan juga dari hatinya yang dia...