Chapter 3

24.9K 603 19
                                    

Keyra sudah membuka sabuk pengamannya dan siap menyongsong kebebasannya dari Neraka yang bernama Ezra Chase. Pria itu sungguh tidak mau kalah dalam berkeinginan. Meminta Keyra naik ke mobilnya dan dia menjadi sopir yang mengantarnya.

Jelas Keyra awalnya tidak masalah dengan keinginan Ezra mengantar. Itu lebih baik dari naik bus dan berjejalan dengan banyak orang. Yang menjadi masalahnya adalah mobil pria itu. Tidak hanya mencolok tapi juga begitu luar biasa dalam warna dan modelnya.

Hanya satu tatapan dan orang-orang akan tahu kalau mobil itu adalah mobil limited edition. Hebatnya adalah Ezra memakai mobil itu datang ke rumahnya dan memakai mobil itu untuk mengantarnya. Dengan warna merah metalik, mobil itu telah membuat Keyra ngeri sendiri melihatnya. Lalu ditambah dengan pintunya yang harus diangkat cara dibukanya. Semakin membuat jantung Keyra bergetar ngeri.

Jelas yang paling dia khawatirkan adalah tanggapan teman-temannya pada siapa yang mengantarnya. Tidak akan ada yang menganggap buruk namun mereka akan berpikir dengan berlebihan. Itu mengganggu hanya dengan memikirkannya.

Ayahnya memang memilih hidup dengan biasa. Tanpa ada kekayaan dengan rumah sederhana juga tanpa asisten rumah tangga di rumahnya. Sesederhana itulah hidup mereka dan itu semua tidak akan cocok dengan gaya hidup Ezra yang penuh dengan kekayaan.

Ezra sangat tahu cara menikmati harta mereka.

Sayangnya Sang Neraka belum mau melepaskan cengkaramannya pada Keyra. Dia sudah membuka sabuk pengamannya dan siap keluar. Namun pintu mobil itu tidak mau terbuka.

Keyra tidak kolot dengan tidak bisa membukanya. Hanya perlu menekan tombol di dekat kacanya dan pintunya akan terangkat. Tapi sejak tadi dia menekan, tidak ada respon. Awalnya ia pikir ada yang salah dengan mobil tersebut.

Sayangnya tidak ada yang salah. Pria itu sengaja menahannya. Itulah letak salahnya. Segera dia menatap ke arah Ezra dan tanpa kata memintanya membuka pintu.

"Jangan marah lagi. Setelahnya aku akan membukanya."

"Aku tidak marah," sungutnya.

Ezra menyeringai. Hanya sesaat. "Benarkah?"

"Tentu saja. Kau pikir aku tidak ada kerjaan?"

Ezra hanya mengangguk dengan perlahan. "Kalau begitu tentu aku bisa menjemputmu nanti bukan?"

Keyra melesatkan pandangannya pada pria itu. "Kau bercanda?"

"Tidak. Apa terlihat seperti itu?"

"Tidak perlu. Aku akan pulang sendiri."

"Kenapa? Kau memiliki aku di rumah dan kenapa malah memilih pulang sendiri?"

Rasanya Keyra ingin menghilang saja dari peradaban ini. Bagaimana bisa dengan entengnya Ezra meminta akan menjemputnya saat Keyra sendiri harus mengerahkan segala kendali dirinya untuk bersama dengannya.

Banyak hal yang harus dia tahan juga banyak hal yang wajib tidak dia pikirkan. Pria itu bisa bersikap biasa tapi Keyra tidak. Karena di sini Keyra adalah orang yang jatuh cinta dan bukan lelaki itu.

"Aku memiliki hal untuk dikerjakan jadi aku akan mampir ke perpustakaan."

"Tidak masalah bagiku menunggu."

"Aku akan lama dan itu membosankan. Jadi..."

"Kau tahu betapa sukanya aku pada buku. Jadi tidak masalah. Aku tidak akan bosan dan aku akan menunggumu dengan sabar."

Keyra menatap tidak yakin. Ada apa dengan Ezra sebenarnya? Ke mana sikap dingin dan antipati yang dulu dia berikan pada Keyra. Lima tahun tanpa banyak pertemuan telah mengubahnya lagi. Ezra memiliki sikap plin-plan yang tidak biasa.

Sikap yang dia pakai pada Keyra. Pada apa yang membuat gadis itu bingung sendiri.

"Jujur padaku, Ezra," pinta Keyra.

"Paman. Kau sungguh tidak mau memanggil aku seperti itu?"

Keyra mengibaskan tangannya. Tampak setengah hati menanggapi keinginan Ezra untuk dipanggil paman. Dunia akan lebih dulu beku sampai Keyra mau memanggil pria itu seperti itu.

"Itu bukan hal yang ingin aku bahas."

Ezra siap menyela namun Keyra dengan segera menempelkan jari telunjuknya di bibirnya. Menghentikan selaan Ezra yang hanya akan membuat mereka tidak menemukan titik temu untuk percakapan mereka.

"Hanya jujur padaku. Berapa ayahku menggajimu untuk mengawasi aku?"

"Apa?"

Keyra menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. "Aku sudah bisa menebaknya. Ayahku pasti menawarkan hal yang fantastis. Itulah sebabnya kau bersikap demikian."

"Yang mana kau sebut sikap demikian?"

Tangan Keyra berada di depan tubuhnya. Terlentang telapak itu seolah menunjukkan sikap Ezra di telapak putih tangannya. "Yang ini," jawabnya tanpa setitik ragu.

Ezra menatap dirinya. "Aku merasa tidak ada sikap aneh dalam diriku. Atau kau sendiri yang ada sesuatu tentangku?"

Mata gadis itu membeliak tidak percaya. Warna biru pada bola matanya seolah menyumpah. Andai mata itu memiliki hak bicara mungkin memang hanya akan ada sumpah serapah di sana.

"Kau gila? Siapa yang ada sesuatu?"

Ezra mengangkat bahunya dengan enteng. "Sikapmu mencurigakan. Jadi kupikir..."

"Ah sudahlah!" serunya dengan bara kemarahan. "Kau ingin jemput maka jemput saja. Susah sekali." Gadis itu melengos menyembunyikan merah pada wajahnya. Gugup pada tubuhnya.

Seringaian muncul di bibir Ezra. Harusnya Keyra melihatnya agar dia tahu seperti apa sisi terpendam pria tersebut.

"Sekarang buka pintu mobilmu atau aku berubah pikirkan," ancam gadis itu.

"Sesuai inginmu."

Pintu mobil itu terbuka. Tanpa menunggu satu detik saja berlalu, Keyra sudah turun dari mobil. Berjalan mengintari bagian depan mobil dan siap meninggalkan pria itu pergi. Menghilang jika dia bisa.

"Key," panggil Ezra.

Keyra segera memutar tubuhnya dan melihat Ezra juga ikut keluar dari mobil. Pria itu sudah membuat semua perhatian tertuju padanya. Hebat sekali. Kini banyak penjelasan yang harus dia berikan.

Tidak hanya sampai di sana Ezra mengejutkannya. Pria itu dengan langkah santai mendekat ke arahnya.

"Apa yang kau lakukan," eja Keyra pada setiap bait katanya.

Ezra berdiri di depannya dengan menjulang. Pria itu begitu tinggi hingga Keyra hanya sampai bahunya saja. Keyra harus mendongak untuk mensejajarkan tinggi mereka. Membuat gadis itu kewalahan dalam bersikap lebih menakutkan.

Jelas mereka tahu siapa dominan di antara mereka. Tidak hanya pada tinggi namun dalam segala hal.

"Kau meninggalkan kalungmu." Ezra mengangkat kalung di tangannya.

Keyra dengan segera meraba lehernya dan kosong. Astaga. Dia bahkan tidak sadar kalung itu terlepas. Beruntung Ezra menemukannya. Kalau tidak, dia akan pusing mencari keberadaan benda itu. Mengingat Ezra adalah orang yang memberikan benda itu padanya.

"Berikan." Keyra sudah akan mengambil.

Ezra menahan kalung itu. Membuat tatapan Keyra berubah geram.

Tapi harusnya Keyra tahu kalau Ezra memang hadir sebagai pengganggu dalam hidupnya. Dengan gampangnya pria itu meraih lengannya. Memutar tubuhnya dan memasangkan kalung itu padanya. Disaksikan oleh semua orang yang berlalu-lalang di depan kampusnya. Dengan mata penasaran mereka.

Keyra sungguh ingin mengubur dirinya.

***

Kiss With My Uncle | Sin #3 ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang