Disebuah kamar terlihat seorang gadis tertidur dengan lelapnya. Selimut yang ia pakai untuk menghalau rasa dingin semalam, sudah tak terletak sebagaimana mestinya. Masih dengan mata terpejam, Gyura bergerak mencari posisi yang nyaman.
Nit... Nit... Nit...
Bip
06.00
Gyura bangun seraya bangkit, duduk untuk mengumpulkan kesadaran sepenuhnya. Cukup lama berdiam dengan kantuk yang masih terasa, Gyura bergerak meraih handuk berniat untuk mandi.
Sesaat akan membuka pintu kamar mandi, terdengar notif dari ponsel diatas nakas yang menandakan ada pesan masuk. Karena Gyura yang terbilang antisosial, dia jadi berpikir bahwa tidak mungkin notifikasi di ponselnya itu dari seorang teman yang hanya sekedar mengucapkan selamat pagi kepadanya.
Akhirnya, Gyura melangkah memilih mengambil ponsel tersebut.|_08xxx
|Sore ini, jangan sampe telat!_Pesan itu ternyata dari Rio. Alih alih membalas pesan, Gyura melempar ponselnya ke atas kasur dan kembali berbalik untuk mandi.
Setelah selesai mandi, Gyura merasa jadi lebih segar. Ia mulai bersiap seperti biasa, memakai celana training panjangnya dan rok setelahnya. Tak lupa hoodie andalannya setelah selesai dengan seragam sekolah.
Jika ingin tahu mengapa Gyura selalu memakai pakaian tertutup seperti itu alasannya hanyalah satu. Untuk menutupi semua memar dikulitnya yang keunguan ataupun luka luka yang mulai mengering.
Setelah selesai dengan penampilan, Gyura bergerak meraih tas beserta ponselnya dan keluar dari kamar lalu berjalan menuju dapur. Di ambilnya beberapa roti yang sudah ia oleskan dengan selai lalu memasukkannya kedalam Tupperware sebagai bekalnya nanti saat disekolah. Setelahnya, Gyura langsung saja menuju pintu utama, tanpa sarapan terlebih dahulu. Itu sudah menjadi kebiasaan.
Pintu dibuka, bersamaan dengan Gyura yang keluar dari rumah. Gyura diam sebentar menatap sekitar rumah yang ia tinggali sendirian itu sembari menudungkan hoodie nya.
Gyura memang hidup sendirian dan akan selalu sendirian. Mungkin.
***
Setibanya disekolah, Gyura berjalan santai dikoridor seperti biasa, dengan hoodie yang masih menudung dikepalanya.
Masih dengan ekspresi tenang dan pandangan lurus kedepan, Gyura kembali mendengar bisikan yang bersumber dari beberapa orang yang berpapasan dengannya.
Cih,
Gyura berdecih pelan saat melihat cowok sialan yang tengah melayangkan senyum meremehkan kepadanya yang tak lain adalah Hendra.
Dari jarak 5 meter, Gyura melihat cowok itu berjalan hendak berpapasan dengannya.
"Brengsek ternyata."
Ucap Gyura saat Hendra berjalan tepat disampingnya. Hendra yang mendengar itu, tiba tiba menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Gyura yang terus berjalan tak menghiraukan sekelilingnya. Apa maksdunya Gyura berkata seperti itu?
Setelah diam sejenak, Hendra kembali menghadap ke depan, dan berjalan dengan perasaan yang sedikit cemas. Entahlah, mendadak perasaannya tidak enak saat mendengar sesuatu yang keluar dari mulut Gyura barusan.
***
Dikelas, Gyura menatap jengah kepada Guru mata pelajaran di jam pertamanya yang sedari tadi hanya berceloteh masalah gaji yang belum diberikan dari bulan lalu, kepada Guru lain disampingannya. Parahnya, pembahasan mereka yang melencang dari pelajaran yang seharusnya guru itu terangkan, semakin menjurus ke pembahasan lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Life
Teen FictionTerlahir penuh cerita namun tumbuh tidak sesuai harapan. Penuh peraturan dalam hidup agar menuju titik harapan. Segala kekangan yang membelenggu, memaksanya berpaling. Hidden Life adalah pilihan.