Jake menatap bangku yang berada di depannya. Dengan posisi bersandar pada bangku dan juga tembok di sebelah kanannya, Jake tersenyum dan sesekali terkekeh.
Dua bulan.
Sudah dua bulan lamanya dirinya pergi tanpa kabar, tanpa meninggalkan jejak. Begitu pun sama dengan adik kembar teman yang duduk tepat di depannya.
Teman ya?
Rasanya Jake ingin sekali menertawakan dirinya yang begitu bodoh. Bodoh karena ia terlambat menyadarinya. Jake rasanya ingin tertawa karena drama yang telah keluarganya mainkan.
Bodoh, sangat bodoh. Bahkan kini dirinya terus memukul kepalanya sendiri dengan lima tumpuk buku paket yang berada di depannya. Buku paket yang rata-rata memiliki ketebalan sampai lima ratus lembar.
"Jake, hentikan bodoh!" seru salah satu temannya yang hanya dibalas oleh senyuman lebarnya.
"Bodoh? Apa aku seperti itu? Ya, memang seperti itu. Aku bodoh, hahahaha, aku menjadi satu-satunya pria terbodoh di sekolah ini. Aku bodoh? Iya kan aku bodoh?"
Kelas tiba-tiba saja menjadi gaduh akibat jeritan Jake di akhir kalimat pertanyaannya. Terlebih lagi, kini anak dari pemilik sekolah tengah membanting apapun yang ada di sekitarnya. Tak sekali dua kali ia memukul kepalanya sendiri.
Entah mengenakan tangan kosong, pulpen yang ada di tangannya, atau dirinya yang terus membenturkan kepalanya di dinding ataupun kaca jendela.
Jangan tanya bagaimana kondisinya saat ini. Dahinya yang perlahan merah dan juga mengeluarkan cairan pekat karena Jake terus membenturkan kepalanya pada ujung meja.
Seolah tidak merasakan sakit, Jake justru tertawa dan memperhatikan sekelilingnya. Jake melangkah kearah depan kelas dengan langkah yang menunjukkan ia tak bisa lagi berdiri dengan tegap dan juga berjalan dengan benar. Jake menyapu seluruh kelasnya dimana ia dapat melihat temannya yang menatap takut kearahnya.
Namun, ada dua yang menjadi pusat perhatian Jake. Lima perempuan yang berdiri di belakang paling ujung sembari berpelukan, dan juga bangku serta meja yang berada di depan tempat duduknya yang sama sekali tidak ia sentuh. Kemudian Jake kembali tersenyum. Bukan tersenyum seperti biasa, namun senyum seperti seorang penjahat yang baru saja menangkap mangsanya.
Mengerikan, sangat. Siapapun yang melihatnya, mereka pasti beranggapan bahwa Jake adalah seorang psikopat.
Ya, mental Jake sedikit terganggu sejak beberapa minggu yang lalu. Seperti yang terkadang dirinya suka menangis lalu tiba-tiba tertawa, menyakiti dirinya sendiri, mengumpat, menyumpah serapahi siapapun yang ia anggap salah, seringkali marah dan mengamuk seperti sekarang ini.
Jake hanya ingin satu orang. Hanya satu orang yang bisa membuatnya sembuh. Satu orang yang menjadi satu-satunya alasan agar ia tetap bertahan sampai sekarang ini.
Satu orang yang kini entah pergi kemana.
Tanpa memperdulikan teman-temannya, Jake melangkah kearah tempat duduk yang berada di depan tempat duduknya. Setelahnya, ia mengambil earphone yang berada di dalam sakunya.
Earphone berwarna biru dan juga ponselnya yang ditempeli stiker kartun pinguin berkacamata. Stiker yang berada di casing HPnya dan menutup satu foto polaroid di dalamnya.
Jake memasang earphone biru itu ke telinganya. Tangannya kembali membalikkan ponselnya dan mencari salah satu folder di ponselnya. Jarinya menekan salah satu folder yang hanya ditaruh emotikon benda langit bergambar matahari dan juga bulan.
Jake tersenyum menikmati lagu yang ia putar. Lagu yang selama tiga bulan menjadi lagu kesukaannya. Sesekali ia terkekeh saat masa lalu tanpa aba-aba melintas di pikirannya.
Meskipun Jake tertawa, namun nyatanya matanya tidak bisa diajak kerja sama. Meskipun ia tersenyum sangat lebar, namun air mata telah menjelaskan betapa rapuhnya seorang anak yang biasa terlihat ceria.
Betapa rapuhnya sosok penyemangat.
Betapa rapuhnya seorang laki-laki yang seringkali membuat suasana kelas menjadi hidup.
Betapa rapuhnya seorang anak yang biasa rusuh.
Betapa rapuhnya sosok pengembali senyum dan juga gelak tawa.
Hal itu membuat sebagian kelas menangis.
Menangis karena mereka merasakan hal yang sama dengan Jake.
Baru kali ini mereka melihat sisi lain dari Jake.
Sisi yang menunjukkan bahwa pemuda itu benar-benar rapuh.
Sisi yang menunjukkan bahwa Jake memang kehilangan hampir seluruh kehidupannya.