"Bagaimana keadaan adikmu?"
Pertanyaan itu secara spontan keluar dari bibir seorang pemuda yang tengah bersandar pada pagar balkon kamarnya. Malam ini, rupanya langit tengah tersenyum. Buktinya, terdapat banyak bintang dan juga satu rembulan yang menemaninya.
Pemuda itu menoleh kearah gadisnya yang tengah tiduran di kasur empuk miliknya sembari menatap langit-langit kamarnya. Terdengar helaan nafas yang membuatnya menoleh dan beranjak dari tempatnya.
"Sama seperti biasanya," jawab gadisnya yang kemudian bangun dan melangkah mendekat kearahnya.
"Aku pulang ya, Kak," pamit gadisnya yang kemudian mengecup pipinya meskipun sedikit berjinjit.
"Y/n," panggilnya yang membuat gadis yaitu dirimu menoleh kearahnya.
"Mau sampai kapan?" tanyanya yang membuatmu menoleh dan tersenyum tipis.
"Sampai dia tau yang sebenarnya, Kak. Maaf kalau aku udah buat kakak kecewa dengan keputusan aku," ucapmu sembari menunduk.
Kamu menghindari tatapan Seonㅡkekasihmu semenjak dirinya masih duduk di sekolah atasㅡyang menyiratkan rasa kecewanya. Kamu dapat mendengar langkah kaki yang mendekat, kemudian sebuah tangan terulur mengelus kepalamu lembut.
"Untuk apa meminta maaf? Kamu tidak salah. Hanya saja, semesta tengah mempermainkanmu."
Setelahnya, dirimu merasakan tangan yang melingkar di pinggangmu. Kamu juga merasakan Seon yang menarikmu ke dalam dekapannya. Kamu dapat mendengar suara debaran di dadanya, kamu dapat merasakan helaan nafasnya di ceruk lehermu, terasa hangat dan membuatmu enggan untuk melepas dekapanmu. Namun dekapan itu tak berlangsung lama. Terdengar suara pintu kamar yang diketuk dan membuatmu melepaskan pelukannya.
"Eh, Y/n belum pulang?" tanya seorang perempuan yang baru saja membuka pintu kamar Seon.
"Belum, Kak. Ini mau pulang. Terima kasih ya," ucapmu lalu berpamitan untuk pulang.
.
.Rupanya langit malam ini tengah berbahagia dengan teman-teman yang menemaninya. Kamu tersenyum sembari melangkah dengan kepalamu yang kamu menatap langit malam bertabur bintang di atasmu. Namun, dirimu terfokus pada satu benda angkasa di langit malam.
Yaitu sebuah rembulan yang bersinar sendiri tanpa ditemani bintang-bintang yang ada di atas sana. Namun, tiba-tiba saja ada sebuah bintang yang mendekati rembulan itu. Mereka pun bersinar bersama seolah-olah bulan tengah tersenyum karena setidaknya ada satu bintang yang menemaninya.
Kamu menoleh saat merasakan ada yang mengaitkan jemari tangan kirimu. Saat kamu menoleh, ternyata ada seorang pemuda yang tengah tersenyum ke arahmu yang tentu saja kamu balas dengan senyum tipismu.
"Anak cantik nggak boleh pulang sendirian."
Kamu memukul pelan bahunya yang membuatnya terkekeh kecil lalu membawa tanganmu masuk ke dalam saku sweaternya.
"Malam ini nggak dingin, kok kamu pakai sweater tebal, sih?" tanyamu namun ia menangkapnya itu adalah sebuah protes darimu.
"Memang kenapa? Ada peraturannya memang?" tanyanya yang membuatmu menggeleng pelan kearahnya.
"Ngomong-ngomong, sejak kapan kamu berani menggombali aku?" tanyamu yang dibalas kekehan pelannya.
"Sejak.. tadi, mungkin?"