Matahari yang indah mulai menunjukkan dirinya dari ufuk timur. Angin pagi menerpa halus wajah-wajah yang terlihat riang. Dengan sekeranjang susu terakhir yang terisa dua kaleng, seorang gadis mengayuh sepedanya dengan riang ke rumah pelanggan terakhir.
Ting tong
Suara bel menggema di seluruh penjuru rumah saat gadis itu menekan bel yang berada di dinding samping pagar. Netranya tak lepas dari rumah besar di depannya. Begitu pun senyumnya yang tak kunjung luntur begitu saja.
Indera pendengarannya menangkap suara pagar yang dibuka. Ia pun membungkuk sopan lalu mengatakan, "Selamat pagi, ini susu pesanan anda. Jangan lupa sarapan sebelum melakukan kegiatan, jangan lupa memakan makanan yang sehat."
Namun, saat ia mendongak, ia dikejutkan oleh satu hal.
"Jake?" tanyanya memastikan apakah di depannya ini adalah teman sekelasnya, atau seseorang yang mirip dengan teman sekelasnya.
"Eh, Y/n? Pagi-pagi sudah mengantar susu. Sudah sarapan belum? Ingin sarapan dulu denganku dan juga keluargaku? Kamu kesini naik apa? Bukannya, jarak dari kedai penjual susu ke rumahku itu jauh? Apaㅡ"
"Tidak Jake, terima kasih. Aku harus lekas pulang, membuat sarapan untuk adikku, lalu berangkat sekolah. Ini susu pesananmu," ucap gadis itu kepada pemuda di depannya.
Gadis itu adalah kamu, yang setiap pagi harus mengantarkan susu ke setiap rumah yang sudah menjadi pelanggan sehari-hari. Namun, baru kali ini kamu mengantar susu ke rumah Jake, karena biasanya yang mengantarnya adalah Sunghoonㅡteman kerja paruh waktumu untuk mengantar susuㅡnamun kini dirinya izin tidak masuk karena tidak enak badan.
Sembari memberikan selembar uang bernilai besar, Jake kembali bertanya yang membuatmu tersenyum tipis. "Adikmu? Adikmu yang mana? Apakah ia juga sekolah di sekolah yang sama dengan kita? Kemana orang tuamu?"
"Maaf menyela perkataanmu. Itu adalah masalah pribadiku. Kamu disini sebagai pelanggan dan aku sebagai pelayan. Disini, kita masih sebatas penjual dan pembeli bukan Jake dan Y/n yang merupakan teman sekelas. Kalau begitu, aku permisi. Semoga kamu menikmati hari yang menyenangkan ini, Jake!" ucapmu lalu kembali mengayuh meninggalkan Jake dengan dua kaleng susu di tangannya yang tersenyum tipis saat melihatmu hampir menabrak kucing yang tiba-tiba saja berlari.
"Jake, lama sekali."
Suara ayahnya yang berasal dari belakang membuatnya menoleh dengan tangan yang masih memegang susu berbeda rasa itu. Jake menyodorkan susu yang memiliki rasa vanila ke ayahnya, sedangkan yang masih ada di genggamannya adalah susu rasa cokelat.
.
."Kyungmin!"
Merasa terpanggil, pemuda bernama Kyungmin itu menoleh dan mendapati dirimu yang melambai ke arahnya. Kyungmin pun mendekat kearahmu dan mengucapkan selamat pagi padamu dan juga Sunwoo.
"Ada apa, Kak?" tanyanya yang kemudian kamu balas dengan senyumanmu.
"Tolong antar Sunwoo ke kelasnya, ya. Aku ada urusan sebentar dan mungkin akan terlambat masuk," ucapmu yang kemudian diangguki olehnya.
Saat kamu hendak melangkah, namun baju yang kamu kenakan ditarik oleh Sunwoo yang membuatmu menoleh kearahnya. Kamu dapat melihat Sunwoo yang menggeleng kearahmu namun kamu hanya tersenyum meyakinkan dirinya.
"Tidak apa-apa. Hanya sebentar," ucapmu lalu melepaskan tangan Sunwoo yang masih menarik bajumu.
Kamu pun berbalik dan saat itu pula sebuah mobil mewah melintas dengan tidak sengajaㅡmungkinㅡmenabrak genangan air yang berada di sampingmu yang membuat pakaianmu menjadi kotor. Namun, dirimu tidak memperpanjang masalah, kamu langsung melangkah ke kedai ayam di depan sekolahmu.
Sedangkan diposisi Jake, pemuda itu tengah mengoceh pada ayahnya yang menabrak genangan air dan membuatnya terkejut. Sementara sang ayah hanya memasang wajah datarnya seolah tidak mendengar anaknya yang tengah mengomeli dirinya.
"Sudah selesai? Kalau sudah kita turun," ucapnya yang dibalas dengan decakan Jake.
"Menyebalkan sekali Pak Tua itu," gumam Jake yang ternyata didengar oleh ayahnya.
"Siapa yang kau katakan 'Pak Tua' anak nakal?" tanya ayahnya yang kemudian terjadilah aksi kejar-kejaran antara ayah dengan anak laki-lakinya.
.
."Hai Jake."
Sapaan sepulang sekolah itu membuat Jake menoleh dan mendapati dirimu yang tengah tersenyum kearahnya. Melihat dirimu yang tersenyum, Jake ikut mengangkat kedua sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan yang manis.
"Lihat deh langitnya, cerah ya?" tanyamu sembari menunjuk langit yang ada di atas kalian.
Kebetulan, kalian masih berada di depan sekolah. Sepertinya Jake tengah menunggu untuk di jemput. Yang membuatmu penasaran adalah, tumben sekali pemuda itu tidak menunggu di halte bus.
"Tumben kamu tidak menunggu di halte bus," ucapmu pada akhirnya.
"Aku akan pulang bersama ayahku. Kamu sendiri? Tumben sekali keluar duluan." Kamu hanya tersenyum ke arah Jake yang membuat dirinya tak kunjung memudarkan senyumannya.
"Aku harus bekerja di kedai ayam depan sekolah hari ini. Setelah selesai, aku baru pulang ke rumah."
Jake hanya mengangguk namun netranya tak lepas dari langit yang berada di atasnya. Memang benar, langit tampak cerah. Sepertinya, musim panas akan segera tiba.
"Jake," panggilmu yang membuat Jake menoleh kearahmu.
"Kamu tahu tidak, kenapa hari ini langit cerah?" tanyamu yang dibalas dengan gelengannya.
"Sebab, semesta mewakili perasaanmu hari ini, Jake. Kamu tengah tersenyum dengan keadaan hati yang baik, begitu pula dengan matahari yang sepertinya akan menjadi teman yang selalu mengerti perasaanmu."
Jake tengah mencerna apa yang kamu maksud. Dengan wajah bingungnya, ia menoleh ke samping dan ternyata kamu sudah tidak ada di tempat meninggalkan Jake dengan menatapmu yang tengah melangkah dengan riang. Namun tiba-tiba dirimu menoleh kearahnya dan menunjukan cengiran bodoh milikmu.
"Sampai jumpa esok, matahariku!"
Lalu dirimu kembali berbalik dan melanjutkan langkah kakimu. Tanpa sadar, kamu membuat pipi Jake berubah menjadi kemerahan, begitu pula dengan telinganya.
Sepertinya, Jake sudah dibuat malu dengan panggilan itu. Panggilan yang menurutnya istimewa darimu. Kemudian, dirinya terkekeh dan berbalik mencari ayahnya yang masih di dalam ruang kepala sekolah.
"Ayah, aku jatuh cinta!" teriaknya sepanjang koridor dan tentunya dibalas oleh tawa teman-temannya.
Jake, pemuda yang katanya tidak bisa jatuh cinta kini termakan oleh ucapannya sendiri. Jake sepertinya sudah terlanjur jatuh dalam pesona gadis pintar yang merupakan teman sekelasnya. Gadis pintar yang memiliki kesederhanaan dalam hidupnya. Gadis yang selalu ceria disetiap harinya. Gadis yang ternyata sudah lama memperhatikannya.
Betapa beruntungnya dia. Ah, atau mungkin betapa beruntungnya kamu?
Entahlah, hanya semesta dan juga takdir yang tahu.