Kamu melangkahkan tungkaimu dengan rasa tidak bersemangat. Kepalamu terasa sedikit sakit jika harus memikirkan semuanya. Dimulai dari Sunghoon, Jake, dan yang terakhir kekasihmu sendiri yaitu, Seon.
Kamu mendudukkan tubuhmu pada salah satu bangku taman kampus dimana acara lomba digelar. Menunggu kehadiran kekasihmu yang sebelumnya sudah kamu kirimkan pesan lebih dulu dan tentunya diangguki olehnya. Meninggalkan acara penutup hanya demi kekasihmu.
Suara langkah kaki membuatmu menoleh dan mendapat Seon yang tengah memasang raut wajah datarnya kearahmu. Tidak seperti biasa, pikirmu. Kemudian, ia duduk di sampingmu sembari bersandar pada bahumu. Netranya mengarah ke depan menatap rumput hijau yang terbentang luas.
"Kak," panggilmu yang membuatnya menoleh.
Seon menoleh menatap wajahmu dengan jarak yang cukup dekat. Ia dapat melihat beberapa luka yang membekas di rahang dan juga pipimu. Jika dilihat sedekat ini, rasanya sangat jelas, namum beda lagi jika hanya dilihat dengan jarak seperti biasa.
Tangannya sedikit terangkat untuk mengusap lembut bekas luka di pipimu. Namun, niatnya terurungkan saat ia mendengar helaan napas pelan darimu. Ia kembali menegakkan tubuhnya lalu menoleh kearahmu.
"Bukannya akuㅡ" Ucapanmu terpotong saat kamu merasakan tanganmu yang digenggam. Kamu menunduk dan mendapati kedua tangan Seon yang tengah menggenggam lembut tanganmu.
"Aku mengerti, dan aku sangat memahami. Lalu, apa maumu setelahnya?" tanya Seon yang membuat dirimu semakin dalam menundukkan pandanganmu.
"Tolong dengarkan aku, jangan menyela sampai aku mengakhiri ucapanku," ucapmu dan diangguki olehnya.
Seon beranjak dari tempatnya dan duduk tepat di depan kakimu. Tanpa beralas apapun yang membuat celana putihnya langsung bersentuhan dengan rumput yang ia duduki. Menghadap kearahmu sembari mendongakkan kepalanya menatapmu dengan tersenyum.
"Tetapi kalau kamu bertanya, aku boleh menjawabnya, kan?" tanyanya yang tentu saja kamu angguki pelan.
"Silahkan, aku persilahkan kamu untuk berbicara sepuasmu. Aku akan mendengarkannya, jika kamu meminta pendapat padaku, akan kubantu untuk menjawabnya," tuturnya kemudian mengambil salah satu tanganmu untuk ia genggam.
"Kamu tau kan kalau aku itu egois?" tanyamu memulai pembicaraanmu dan dijawab dengan gelengan oleh Seon.
"Aku adalah yang egois dari yang teregois. Aku lebih memilih urusanku daripada dirimu yang tengah membutuhkanku. Aku dekat dengan banyak laki-laki sementara aku melarangmu dekat dengan perempuan lain selain aku dan keluarga atau sahabatmu. Aku bukan dari keluarga yang baik. Semua keluargaku penuh dengan kekurangan. Aku pernah menjadi seorang pembunuh yang lebih mengejutkannya lagi adalah adikku korbannya. Aku bukan perempuan yang baik, Kak."
Kamu menunduk menghindari tatapan mata Seon. Seon masih setia dengan senyumannya dan juga mata teduhnya yang menatapmu. Jika boleh, kamu ingin sekali pergi sekarang juga, namun kamu yang memintanya untuk menemuimu, padahal kamu sendiri tidak tahu bahwa saat ini ia sedang ada kelas meskipun tidak ada dosen yang mengajar.
"Sunwoo tertabrak mobil karena aku. Kecelakaan itu terjadi karena aku yang memaksanya dengan ancaman jika ia tidak menurutinya, aku akan pergi meninggalkannya. Kecelakaan yang membuat sumsum tulang belakangnya menjadi rusak. Ia lumpuh total dan tidak bisa berjalan atau berlari seperti anak sebayanya. Aku orang jahat, aku yang menyebabkan ayahku masuk penjara dengan hutang dimana-mana. Aku perempuan nakal, karena aku masih sering berkelahi tanpa memandang jenis kelamin ataupun usia. Aku dekat dengan lain lain terutama Sunghoon dan juga Jake. Meskipun kamu tau alasan mengapa aku dekat dengan Jake, tapi bukankah itu sebuah kesalahan?" jelasmu yang diakhiri dengan pertanyaan.
Seon hanya menggeleng, ia menunggu kelanjutan akan ucapanmu. Ia adalah pendengar yang baik, ia adalah laki-laki yang baik. Hanya saja, kebaikannya itu salah dinilai oleh banyak orang. Banyak yang beranggapan bahwa Seon adalah pemuda yang tidak peduli dan terkesan cuek dengan sekitarnya, namun pada kenyataan yang sebenarnya adalah, ia jauh dari dua sifat itu.
"Aku tau ini sangat tiba-tiba. Tapi kak, boleh aku meminta satu permintaan?" tanyamu yang langsung diangguki olehnya.
"Kamu laki-laki sempurna. Banyak perempuan yang mengantri sebagai kekasihmu. Seperti teman-teman fakultasmu ataupun teman-teman ditempatmu bekerja. Aku berterima kasih atas lima tahun ini. Aku sangat berterima kasih atas apa yang sudah kamu berikan padaku selama lima tahun ini. Kak, kamu pantas mendapatkan perempuan yang sebanding denganmu. Perempuan yang lebih cantik, lebih baik, lebih sempurna daripada aku."
Kamu mendongak dan menatap matanya. Matanya terlihat merah, bahkan kamu mengetahui bahwa pemuda di hadapanmu itu tengah menahan emosinya. Jelas dari raut wajahnya yang tadinya tersenyum kini terpasang datar dan ia mengeraskan rahangnya. "Jadi?" tanyanya pada akhirnya.
Kamu tersenyum kearahnya. Kamu mencondongkan tubuhmu kearahnya dan menangkup salah satu pipinya. "Ayo kita akhiri semuanya," tuturmu yang langsung membuatnya menunduk.
Tanganmu yang satunya terulur yang membuat kedua pipinya yang kamu tangkup dengan kedua tanganmu. Kamu mendongakkan kepalanya dengan kedua tanganmu hingga kalian saling bertukar pandangan. Kamu tersenyum, tetapi setetes air terjun dari pelupuk matamu. "Kita mengawalinya dengan keputusan bersama tanpa ada satu pihak yang merasa keberatan. Dan aku ingin, kita mengakhirinya dengan cara yang serupa. Kamu dengan hidup dan masa depanmu dan aku dengan hidupku."
Seon tersenyum tipis meskipun matanya terlihat berkaca. Tangannya terulur menghapus air matamu. Ia mengangguk kemudian menaruh kedua tangannya di bahumu.
"Ayo, jika itu maumu. Kita akhiri hubungan ini tanpa ada satu pihak yang merasa sakit. Kamu dengan dirimu, dan aku dengan diriku. Tetapi aku meminta beberapa hal darimu. Bolehkan aku mengatakannya?"
Kamu mengangguk kemudian menarik tanganmu dari pipi Seon. Seon langsung berdiri namun netranya tetap menatap lembut matamu. Tatapan seperti biasa jika kamu tengah bersamanya. Tidak ada Seon yang dingin. Tidak ada Seon yang cuek. Dan tidak ada Seon yang pendiam.
"Pertama, jangan pernah tinggalkan Jake kapanpun itu. Kamu harus benar-benar mengawasinya. Bukan hanya Jake, tetapi dengan Sunghoon, Kyungmin, dam juga Geonu. Aku tahu mereka meskipun melalui ceritamu. Aku tahu mereka orang baik, bahkan lebih baik dariku."
Seon tersenyum sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Kepalanya sedikit tertunduk menatap sepatunya namun itu tak lama, sebab ia kembali mendongakkan kepalanya seraya melebarkan senyumannya. "Untuk yang kedua atau kamu bisa menganggapnya ini yang terakhir. Aku mau kamu selalu bercerita kepadaku. Aku ingin menjadi orang yang pertama mendengarkan keluh kesahmu. Meskipun kita bukan lagi sepasang kekasih, tetapi kamu bisa menganggapku sebagai kakak laki-lakimu. Seorang kakak yang siap mendengarkan keluh kesah adiknya. Seorang kakak yang siap berdiri di depan sebagai pelindung adiknya. Kamu tau mengapa aku melakukan ini untukmu?" tuturnya yang diakhiri dengan kalimat yang berupa sebuah pertanyaan.
Kamu menggeleng bertanda kamu tidak mengerti. Seon melebarkan senyumannya, tangan kanannya terulur mengusak lembut kepalamu. Kamu yang diperlakukan seperti itu ingin sekali menangis, namun tidak bisa. Akhirnya, kamu memilih untuk ikut tersenyum menanggapi perlakuannya.
"Because, I'm your boy. Because I wanna be your favorite boy," ucapnya diselingi kekehan pada akhir ucapannya.
"Udah sana, balik lagi ke gerombolan kelompokmu. Aku ingin kembali ke kelas. Aku duluan saja, deh. Dadah adik kecil," ucapnya lalu mengusak kepalamu dan berlalu dari hadapanmu dengan berlari kecil.
"Celanamu kotor, Kak!" serumu dan dibalas dengan acungan ibu jarinya.
Kamu menatap punggungnya yang perlahan menghilang dari pandanganmu dengan tersenyum. Kamu tidak ingin menangis, sebab Seon tidak suka dengan perempuan yang cengeng. Jadi, sesakit apapun perasaanmu saat ini, kamu hanya ingin menunjukkan senyum terbaikmu. Senyum yang membuat orang lain mengira bahwa kamu adalah satu-satunya orang yang paling bahagia di bumi ini.