Duduk di salah satu tempat duduk dengan satu gelas teh hangat di genggaman tanganmu. Kamu masih memikirkan apa yang diucapkan Jake semalam. Semalam, Jake datang ke rumahmu selang beberapa menit ayahmu pulang. Ia datang dengan senyumnya lalu meminta izin untuk keluar denganmu sebentar.
"Aku ingin meminta beberapa hal padamu," ucapnya lalu menenggak minuman kalengnya.
"Apa?" tanyamu pelan namun tak menatap matanya.
"Aku minta maaf karena aku hubunganmu dengan Kak Seon menjadi berakhir. Aku minta padamu, jangan pernah tinggalkan aku sendiri. Aku minta padamu untuk selalu ada di sisiku sampai kapanpun. Aku meminta padamu agar kamu dengan cepat melupakan Kak Seon. Aku minta padamu jangan jatuh dalam pesona Sunghoon. Aku minta padamu, belajarlah untuk mencintaiku sebagaimana aku jatuh cinta pada dirimu," tuturnya yang membuatmu menoleh dengan tatapan bingung milikmu.
"Tiba-tiba?" tanyamu dan diangguki olehnya.
Jake merubah posisi duduknya lalu menghela napasnya. Tangannya bergerak untuk menyapu rambutnya ke belakang. Tak lama ia menoleh kearahmu dengan tersenyum lebar. Tubuhnya ia condongkan ke arahmu hingga kamu dapat merasakan hembusan nafasnya.
"Tolong aku, karena aku merasa hanya bersamamu aku akan aman," ucapnya lalu menegakkan kembali tubuhnya dan terkekeh.
Kamu menghela napas. Bahkan masalah satu saja belum selesai, mengapa harus tambah lagi? Kamu tidak habis pikir dengan pola pikir Jake. Hanya dengan kamu yang menyelamatkannya dan ia sudah jatuh cinta?
"Tidak bisa, Jake," ucapmu yang membuat senyumannya luntur digantikan dengan raut wajahnya yang terlihat bingung.
"Kamu tidak bisa jatuh cinta denganku. Atau lebih tepatnya aku melarang dirimu untuk jatuh cinta padaku," lanjutmu kemudian beranjak dari tempatmu.
"Kamu akan tahu sebuah rahasia besar dan aku tidak ingin kamu merasakan sakit, Jake," lanjutmu lalu pergi dari hadapan Jake yang masih terdiam di tempatnya.
"Tapi, apa boleh aku menganggapmu adalah kekasihku, Y/n?" tanya Jake dengan sedikit berteriak karena kamu yang memang sudah melangkah lumayan jauh dari hadapannya.
"Iya, untuk saat ini. Tapi setelah mengetahui rahasia itu, aku tidak mengizinkanmu lagi untuk menganggap aku adalah kekasihmu," jawabmu lalu kembali melangkahkan kakimu pergi dari hadapan Jake.
Langkahmu terasa sangat ringan, namun tidak dengan pikiranmu. Pikiranmu kembali mencerna apa yang telah kamu ucapkan tadi. Kamu tersenyum miring lalu berdecih saat mengetahui betapa bodohnya dirimu. Namun itu tak lama, sebab kamu merasakan ada tangan yang melingkar di bahumu dan ikut menyamakan langkahmu.
"Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendiri. Aku yang menjemputmu, berarti aku juga yang akan mengantarmu pulang," ucapnya namun tidak kamu balas.
"Tidak peduli nantinya kamu akan menganggap aku apa, Y/n. Yang jelas, aku benar-benar mencintaimu sejak masa orientasi."
Oh, mungkin itu adalah satu fakta yang belum kamu ketahui. Kamu hanya tersenyum tipis saat ia melepaskan pelukannya dan berjalan di sampingmu dengan menggenggam tangan kananmu.
Di bawah terangnya sang rembulan, Jake tersenyum begitupun denganmu. Kamu tidak mengerti apa yang kamu rasakan, namun kamu mengerti apa yang Jake rasakan. Pemuda itu tengah berbunga-bunga, jelas dari raut wajahnya yang sangat gembira.
Kamu menyeruput segelas teh hangat yang berada di genggamanmu. Kamu merasa sedikit baik daripada yang tadi. Kamu terus memperhatikan kemana kaki Geonu dan juga Youngbin melangkah. Bahkan berkali-kali kamu terkekeh saat melihat Heeseung yang kewalahan menangani fansnya dibalik meja kasir. Rasanya sedikit lega saat melihat mereka baik-baik saja meskipun sudah bekerja lebih keras. Bahkan kekasih Geonu ikut membantu melayani para pelanggan yang memesan pesanan mereka. Kedai ini cukup luas, bahkan bisa dikatakan ini adalah sebuah restoran daripada kedai.