05; A ─ get bumped

5 1 1
                                    

hereabouts

Seingatku, setelah kegiatan "berjalan-jalan" dengan bersaudari Paramartha, aku langsung menidurkan diriku begitu saja diatas sofa. Tanpa membersihkan pakaianku, atau bahkan melepas sepatuku. Saat pagi harinya seperti sekarang ini, aku menemukan tubuhku dengan baju yang sama dan belum melepas sepatuku, persis seperti ingatanku. Hanya saja perbedaannya, aku baru sadar seberapa kotor dan berantakannya diriku. Tasku tergeletak diatas meja, tepat disebelah berkas-berkas revisi naskah dan laptopku. Kepalaku terasa berputar-putar dan badanku juga seperti terbelah menjadi dua. Aku tidak mengonsumsi alkohol, namun rasanya seperti hangover saja. Aku juga merasa tenggorokanku sedikit kering, perih. Aku buru-buru bangkit dari ranjang dan berjalan menuju dapurku, mencari apapun yang bisa membuat keadaanku jauh lebih baik dari sekarang.

Aku menemukan sebotol Ibuprofen yang masih cukup banyak isinya. Aku mengambil satu tablet dan meminumnya dengan botol air yang kutemukan dari kulkas. Aku juga mengecek persediaan makanan yang masih tersisa di apartemenku ini. Tidak banyak, hanya bahan-bahan instan yang mudah dimasak. Tidak ada bahan segar seperti buah-buahan atau sayur-sayuran. Sepertinya sore ini aku harus pergi berbelanja. Ya, kebetulan aku tidak memiliki kegiatan apapun hari ini. Mungkin aku akan mengerjakan bab terakhir hingga siang, menonton salah satu serial yang sedang aku ikuti, lalu pergi ke swalayan sore harinya. Terdengar sangat menyenangkan bagiku. Tapi pertama-tama, aku harus mandi. Lalu membuat sarapan. Dilanjutkan dengan membersihkan ruangan.

Aku menghabiskan waktu 30 menit pas untuk membersihkan tubuhku dan mencuci rambutku. Setelah berpakaian dengan kaus dan celana santai yang selalu kugunakan di rumah, aku mulai membersihkan setiap sisi apartemenku. Vacuuming, mengumpulkan pakaian kotor dan meletakannya di laundry apartemen, merapihkan lemari pakaian (aku terbiasa terburu-buru untuk mengambil pakaian, sehingga lemariku hampir selalu berantakan), dan merapihkan meja kerjaku. Aku juga membersihkan kulkas, menyingkirkan bahan-bahan makanan yang sudah tidak aku konsumsi sekaligus membuat catatan berisi bahan-bahan yang harus kubeli sore nanti. Aku berhasil menyelesaikan semua kegiatanku tepat pada pukul 11 pagi. Impressive, batinku. Setelahnya, aku beralih untuk memasak mie instan untuk sarapan (atau makan siang?).

Sejenak, aku teringat soal Partha dan Julio. Aku ingat, kemarin saat aku tiba di apartemen aku memang berpapasan dengan Julio yang kelihatannya ingin pergi. Agak janggal memang, pakaiannya rapih dengan setelan jas. Seperti akan menghadiri acara formal. Julio juga hanya tersenyum menyapaku dan langsung beralih menuju lift. Tapi bisa saja ia memang ada urusan formal, bukan? Mungkin makan malam keluarga? Atau pertemuan bisnis keluarga? Seperti yang sering Partha lakukan, atau bahkan sedang Partha lakukan di Padang saat ini. Siapa yang tahu? Aku juga tidak berada ditempat yang tepat untuk mengira-ngira seperti itu.

Lagipula, apa gunanya aku memikirkan mereka berdua? Partha tidak mau menjelaskan apa-apa sementara tingkah laku Julio sejauh ini tidak patut untuk dicurigai. Dasar laki-laki. Selalu saja membuat pusing. Tidak tahu saja kalau pusing karena pekerjaan sudah mampu membuatku kehilangan akal sehatku.

Aku menyantap sarapanku, mie instan rasa ayam bawang favoritku sambil menyaksikan serial yang sedang aku ikuti. Judulnya "Anne With An E" dan aku sudah berada di season 3. Sedikit lagi aku akan menyelesaikannya, makanya aku ingin buru-buru menyaksikannya. Rasa penasaranku harus terjawab segera.

Sebuah notifikasi dari ponselku mengalihkan perhatianku dari gadis berambut merah di layar televisiku. Sebuah pesan dari Hala. Tumben sekali, sepagi ini? Hala biasanya baru akan bangun sekitar pukul 3 sore di hari libur seperti ini. Aku mengeceknya dengan satu tanganku.

[3] hereaboutsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang