"Byee Amii! Fiska sekolah dulu yaa!" pamitnya sembari menyalami tanagn ibunya dengan lembut. Ibunya pun hanya mengangguk dan memperhatikan beberapa anak anak yang mulai masuk ke gerbang sekolah. Ibunya pun menepuk bahu anaknya, gadis itu pun menoleh cepat, lalu sang Ibu menunjuk kearah yang ia maksud.
"Tuh ada cogan Kak! Ganteng ih!" Sang ibu hanya tersenyum senyum sambil menatap laki laki itu dengan nata berbinar. Fiska pun hanya menghela nafasnya pelan.
"Ibunya ini memang lihat saja, kalau ada yang ganteng ganteng"pikirnya.
Alisa berdecak, "Ish, mama yaa! Dah ah, bye!!" setelah mengucapkan itu Fiska pun melambaikan tangan pada Ibunya. Gadis itu segera menyebrang jalan, dan memasuki gerbang dengan semangat.
Hari ini adalah hari ke 7 Fiska telah bersekolah di SMP 17 Mangajaya. Ya, memang dia adalah anak lulusan SD, masih kecil? Tentu saja, namun Fiska telah belajar banyak perbedaan saat ia masih duduk fi bangku SD dan SMP. Seperti ibunya gang hanya boleh menunggu anaknya dilaur gerbang, peraturan yabg semakin diperketat, lingkungan yang lebih luas. Bukan hanya datu kelas yang bisa berteman dan saling mengenal. Namun, lingkup yang lebih luas, yaitu satu sekolah bisa mengenalnya.
Fiska pun berjalan menuju kelasnya dengan santai. Sesekali ia menoleh pada beberapa kaka kelas yang menatapnya sinis dengan mata elangnya, ada juga yang menertawakannya. Apakah aku terlihat aneh menggunakan baju olahraga ini? Ya, memang sekarang adalah hari Selasa. Hari dimana pelajaran Penjaskes adalah pelajaran pertamanya. Jadi, dipastikan dari rumah ia telah memakai baju itu, dan juga membawa baju sekolah putih biru setelah selesai olahraga.
Saat sampai didepan kelas ia segera membuka sepatunya, berjalan masuk kedalam kelas, dan menaruh sepatunya di rak sepatu.
Lalu gadis itu menatap pakaian teman temannya dengan bingung. Kenapa berbeda denganku? Tapi apa bedanya?
"Fis! Kok baju lo dimasukin si?" tanya Ika menahan tawa. Gadis itu tak mengerti maksudnya apa. Memang apa bedanya dengan baju teman temannya yang lain?
"Eh eh, emang apa bedanya eh?" balas Fiska salah tingkah dan gadis itu terlihat mulai tak percaya diri setelah dirinya dilihat beberapa teman sekelasnya.
Ika pun hanya terkekeh-kekeh. "Sini!" ajak Ika untuk duduk dibangku sebelahnya.
Fiska pun habga menurut saja, dan duduk disebelah Ika sesuai perintahnya. "Ini baju yang salah! Napa dimasukin coba?" ujar Ika sembari mengeluarkan baju olahraga yang malah Fiska masukan kedalam celananya. Gadis itu pun hanya mengerutkan keningnya, dan menggaruk kepalanya.
"Emang dikeluarin gini yaa?" ucap Fiska dengan wajah tak yakin nya.
Ika pun memutar bola matanya malas, "Yaiya lah! Gue tebak lo pasti diliatin kan sama kakel?" tudingnya memojokkan Fiska.
Fiska pun mengangguk cepat. "Iya bener, emang salah ya?" tanyanya lagi polos.
Sungguh, anak ini sangat tidak peka. Ika pun cukup gondok meladeninya. "Ya salah! Lo malah keliatan kek cabe cabean tau ga? Haha!" sindirnya pada Fiska.
Tetapi Fiska menuliskan telinganya, ia pun segera pergi meninggalkan Ika dan duduk dibangkunya yang berada di paling belakang. Ika pun menoleh kebelakang dengan wajah bingung, dan kembali mengerjakan PR nya dengan fokus sebelum bel masuk berbunyi.
Ucapan temannya itu cukup membuat hati Fiska sakit, memang hanya bercanda, namun seakan itu benar-benar mengekspresikan dirinya. Apakah temannya itu tak suka padanya? Akh, buang pikiran itu jauh jauh. Mungkin, aku yang terlalu sensitif untuknya yang suka blak blakan. Tapi, apa benar katanya tadi? Jangan jangan kakel tdi melihatku karena aku baru saja menempati sekolah ini tapi sudah banyak gaya? Seperti cabe cabean? Akh! Malas sekali, aku memikirkan itu lebih baik aku jalan jalan saja. Tetapi mengajak siapa? Akh, masa bodo lah! Aku ajak saja si Ika. Hehe, teman dekatku sebenarnya ada lagi selain dia. Namun, aku lebih senang pada Ika karena dia lah yang paling banyak omong diantara kami. Entah hari berikutnya aku dengan siapa. Sebab, sejak dulu aku tak pernah memiliki teman yang benar-benar menetap. Kadang yang ku anggap asik, malah sering menyakitiku. Huft.
KAMU SEDANG MEMBACA
•®TRUE LOVE®
Teen FictionMengisahkan tentang perjuangan mereka berdua untuk saling mengenal satu sama lain. Kelas mereka terbentang cukup jauh, terlebih rasa penasaran diantara keduanya membuat kisah cinta mereka sulit untuk disatukan, dan mereka mengenal hanya lewat obrola...