@@@@
Pada hari ini, sekolah mengadakan lomba bernyanyi, Dan menari tradisional Yang digelar disetiap hari agustusan. Tiap kelas diharuskan untuk menyiapkan satu orang wakil tiap lomba. Kelas Fiska pun telah menyiapkan wakilnya, dan yang tak mengikuti tetap diharuskan untuk masuk, dan menjadi pendukung tiap perwakilan kelasnya masing-masing. Termasuk Fiska, dan teman temanya yang lain.
Kali ini, jam telah menunjukkan pukul 6.4, Fiska teklah sampai disekolah dengan sebuah ponsel yang tak lepas dari genggamannya. Sengaja ponsel itu dibawa bawa, bermaksud untuk berfoto-foto sekaligus berkenalan dengan teman temannya yabg belum terlalu akrab dengannya. Berkali-kali ia menghubungi Ika, namun telponnya tak kunjung diangkat. Sebenarnya sekolah kami tak dibolehkan untuk membawa ponsel, namun karena kegiatan ini di lakukan karena memang sedang ada lomba, jadi dibolehkan saja membawa, walau jika hilang bukan tanggung jawab sekolah. Namun, sepertinya ucapan seperti itu tak lagi membuat siswa siswi takut membawa ponsel. Sebab, kata kata itu seringkali kali terlontar. Toh, siswa siswi hanya akan mengiyakan, dan tetap membawa ponselnya dengan senang.
"Dorrr!!"
Fiska merasakan jantungnya seperti berhenti berdetak, sebab Ika baru saja membuat nya terkejut. Ika pun hanya tertawa renyah, sembari memasukkan beberapa stick snack kedalam mulutnya dengan semangat.
Fiska pun menoleh cepat pada Ika dengan raut wajah malas. "Lo tuh udah tau gue kagetan! Masih aja ngagetin muluu, sialan!" gerutunya, sembari menatap Ika tajam. Namun, Ika hanya mengangkat kedua bahunya, lalu tertawa lagi.
Hal itu membuat Fisks geram, lalu meninggalkan Ika begitu saja.
Ika pun segera mengejar Fiska, dan mensejajarkan dirinya dengan Fiska.
"Maaf yaa, gue ngangetin lu, gue lupaa!" ucap Ika sembari menahan tawanya yang hampir meledak lagi.
Fiska pun menghela pelan, dan membiarkan saja Ika berbicara apapun. Fiska tak akan menjawabnya lagi.
"Fis! Kantin yuk? Ntar gue jajanin deh!" tawar Ika mencoba untuk membaik baiki Fiska yang tetap tak bersua.
"Kalo tidur tiduran di UKS aja, gimana?" ucapnya pada Fiska sembari tersenyum lebar pada Fiska. Namun, Fiska segera menbuang mukanya, dan semakin mempercepat jalannya.
Ika pun kembali berlari, dan berucap lagi. "Kalo Wifi-an dideket kelas 9? Gimana?" godanya dengan nada merayu, sembari mengangkat kedua alisnya bergantian. Fiska menoleh pelan, dan tersenyum lebar.
"Ayoo!" balasnya semangat.
Ika menatap malas Fiska. "Huhuu!" sorak Ika tepat ditelinga Fiska, lalu berlari cepat sebelum Fiska meneriaki balik telinganya. Lagi dan lagi Fiska geram, dan berusaha mengejar Ika kearah ruang kelas kaka kelasnya disana.
Dan kejadian tak terduga pun terjadi, tubuh Fiska menabrak seseorang dengan tubuh tinggi, kira kira wajahnya pun setara dengan dada lelaki yang menggengam sebuah es jeruk yang membasahi wajah Fiska. Fiska pun terkejut sebab rasa dingin diwajahnya benar-benar membuatnya seketika segar. Haha! Tak apa, sepertinya seorang Fiskakali ini tidak bisa marah sebab dari aroma bajunya ini gadis itu bisa menebak siapa orang yang berada di hadapannya ini.
Fiska dengan cepat menoleh, dan menatap takut pada Kak Fatih yang menatapnya sinis. Lalu tangannya pun bergerak membersihkan baju milik ka Fatih yang hanya sedikit terkena es dibagian perutnya. Fiska pun mengelus pelan, lalu tersenyum kecil dibalik kegiatannya.
Namun, ka Fatih menyentak tangan Fiska yang dengan beraninya mengelus perutnya. Fiska pun sontak terkejut, lalu menjauhkan tubuhnya darisana.
"Buta lo? Mata lo dimana?" sentaknya kasar, lalu segera menabrak tubuh Fiska hingga terdorong kebelakang. Fiska merasakan hatinya seketika sakit, dadanya pun sesak. Rasa apa ini? Mengapa rasanya tak seperti biasa?
KAMU SEDANG MEMBACA
•®TRUE LOVE®
Teen FictionMengisahkan tentang perjuangan mereka berdua untuk saling mengenal satu sama lain. Kelas mereka terbentang cukup jauh, terlebih rasa penasaran diantara keduanya membuat kisah cinta mereka sulit untuk disatukan, dan mereka mengenal hanya lewat obrola...