PART5-NOMER WA?

2 2 0
                                    

Tring!!!

"Anjir! Pulang cepet nih ceritanya? Mak gue tau kaga ya?" decak Ika kesal sembari menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Fiska pun mengerucutkan bibirnya, sembari menoleh sekelilingnya yang dengan semangat membereskan buku-bukunya ke dalam tas. Mereka semangat karena pulang cepat. Berbeda dengan Fiska yang terlihat lesu, sebab dipastikan mamanya tak akan tahu. Kalaupun berita pulang cepat itu disebarkan di grup ibu-ibu, mamanya pun tetap tak tau. Mamanya itu memang jarang membuka ponselnya. Mungkin, terlalu sibuk di rumah.

Fiska pun mau tak mau hanya membereskan peralatan tulisnya, menaruhnya kedalam tas. Lalau segera menggendong tasnya dengan hanya bahu sebelahnya. Keluar dari kelas bersama kedua temannya. Ika dan Lessa.

"Woi! Jangan lupa sabtu depan kelas 7 pramuka! Jam 06.30 udah sampe sekolah!" ucap sang ketua kelasnya dengan suara lantangnya memberi tahu teman temannya. Mereka pun bersamaaan menoleh pada sang krtua kelas dengan gembira. Terlihat didalam pikirannya terpancar, mengapa mereka begitu senang dengan kegiatan pramuka ini, haha. Termasuk Fiska.

"Boleh bawa hp ngga?" tanya sosok laki-laki bertubuh pendek, dan mungil. Yang muncul dari segerombolan temannya.

Sang ketua pun mencari asal suara tersebut, lalu menatap lelaki itu dengan senyum lebar dibibirnya, seprti ikut senang. "Boleh,"

"YEYY!!!" seru semua teman temannya dengan girang, dan saling menatap satu sama lain.

Fiska pun begitu, gadis itu menoleh pada sosok temannya yang masih Setia menemaninya di sampingnya. Ya, Ika. Ika pun mengangkat sebelah alisnya, menatap Fiska dengan senyum miring, lalu melibatkan kedua tangannya di dada.

"Ntar foto yaa!" pesan Fiska pada teman jangkungnya.

Ika menoleh dengan malas, lalu berdecak kesal. "Sabtu!" balasnya.

"Iya! Maksud gue itu! Hp gue kameranya jelek, hp lo aja ya!" ucap Fiska dengan nada memohon pada Ika yang tampaknya malas untuk berdebat dengan teman pemaksanya ini.

"Iyaa!"

"Fis!" panggil Kila dengan senang.

"Pulang bareng yuk?" ajaknya sembari menarik pergelangan tangan Fiska. Gdis itu mengkerutkan keningnya dengan bingung. Tumben, temannya ini mengajaknya pulang. Sebenarnya tak aneh juga, rumah mereka pun memang satu perumahan, berbeda gang saja.

"Kamu bawa motor Kil?" tanya Fiska dengan mata berbinar.

Kila menggeleng pada Fiska. "Ngga, maksud aku kita jalan bareng gitu," jelasnya.

Fiska pun menghela pasrah. "Oh, jalan,"

Fiska pun kembali menatap Ika yang sedang memainkan gantungan kunci rumah bergambar keropie itu. "Ka!" gadis itu pun hanya menghela pelan. Mengerti maksud Fiska memanggilnya.

"Iya, ntar kalo ada tuh cowo buleeee, gue sampein salam lo ke dia! Et dah lo, pulang sono pulang!" usirnya dengan nada tak bersahabat. Namun, tentu saja hal itu tak ia masukkan dalam hati. Huft, Ika seperti ini bukan hanya hari ini kan?

"Lo ngga pulang?" tanyanya berbasa-basi.

"Nginepp! Ya, pulanglah, naik angkot kan bisa gue!" balas Ika malas.

Ika mengangguk anggukan kepalanya. "Oh iyaa, gue do'ain semoga lo satu angkot sama dia!" ucapnya dengan senang. Ika pun tersenyum lebar, lalu menoleh pada Fiska dengan tatapan sumringah.

"Maksud lo, lo mau ikhlasin dia buat gue Fis?" tanyanya dengan kagum.

"Ngga lah, ya kan kalo lo satu angkot sama dia, lo gampang tanya-tanyain nya!" balasnya polos.

•®TRUE LOVE®Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang