Chapter 1

109 5 0
                                    

Senin, macet, upacara, bangun pagi, apalagi di tambah dengan aksi lari-lari di jalan karena mobil mogok. Lengkap sudah penderitaan.

Begitulah kira-kira yang ada di pikiran gadis cantik dengan rambut dikuncir kuda yang tengah berteriak di depan gerbang SMA Harapan Bangsa.

"Pak satpam, tolong bukain gerbangnya, Pak!" Teriak gadis dari depan gerbang sekolah yang tidak lain adalah Venus.

Hari ini tepat hari Senin dimana upacara sedang dilaksanakan. Anak-anak sudah berbaris rapi mengikuti upacara bendera, tapi lain halnya dengan Venus yang malah telat datang ke sekolah karena semalam membaca wattpad sampai jam tiga pagi.

"Ngga bisa, Dek." Jawab pak satpam yang Venus tidak tahu namanya.

Venus memang sudah dua tahun sekolah disini, tapi tidak tahu siapa nama satpam sekolahnya. Menurutnya menghapal nama orang yang jarang muncul di kehidupannya adalah hal yang tidak berguna.

Bisa habis kapasitas otak Venus jika menghapal semua nama orang, lebih baik menghafal pelajaran, jadi pintar plus disayang guru.

Tapi bohong, Venus memang anak yang pintar, tapi tidak pernah juga di sayang guru. Entah jenis murid seperti apa yang gurunya cari untuk dijadikan murid kesayangan.

Sambil menyipitkan mata pandanya karena terkena sinar matahari, Venus berusaha menatap pak satpam yang ada di balik pagar yang menjulang tinggi

"Kenapa ngga bisa, Pak? Bapak kan punya tangan." tanya Venus disertai cengiran kudan khasnya.

"Ngga di bolehin sama mas Jupiter" Ucap pak satpam.

"Mana sini orangnya, biar saya yang ngomong langsung.

"Gue disini, mau ngomong apa?" muncul laki-laki dari balik gerbang dengan tampang triplek nya, ya datar persis seperti triplek. Siapa lagi kalo bukan Jupiter si ketua OSIS teladan SMA Harapan Bangsa tempat Venus bersekolah.

"Mmpp, hahaha." Belum apa-apa Venus sudah tertawa di depan Jupiter, pasalnya saat melihat wajah Jupiter dia selalu teringat dengan salah satu merek motor. Kalian tau ngga ada salah satu merek motor yang namanya Jupiter?

Apalagi di tambah dengan namanya yang seperti nama planet, Jupiter. Aneh sekali. Kenapa tidak sekalian komet atau meteor saja.

Sebenernya Venus kadang bingung harus bagaimana dia memanggil orang didepannya ini. Kalau dipanggil Jup kedengarannya aneh sekali, Jup siapa ? bagaimana jika nanti dia dikira memanggil Jupri, adik kelasnya yang tingkat kepedean-nya diatas rata-rata.

Apakah dia harus memanggilnya Ter? tidak, sepertinya ini lebih aneh.

Lebih baik Venus memanggil Jupiter dengan nama lengkapnya saja.

Sebenarnya Venus sedikit tidak sadar diri kalau namanya sendiri juga sebenarnya aneh. Apa bedanya dengan Jupiter? Namanya sendiri juga di ambil dari nama planet. Bukan sedikit tidak sadar diri, tapi banyak tidak sadar diri.

"Kenapa ketawa?" tanya Jupiter dengan raut wajah datar tanpa ekspresi.

"Ngga papa, Jup. Jupiter maksudnya." Jawab Venus dengan tawa yang ditahan.

Jupiter hanya menaikkan satu alisnya sembari menatap Venus. "Lari di lapangan sepuluh putaran!"

"Yah, kok,,,"

"Oke kalo itu mau, Lo. Gue tambahin lima putaran." Setelah mengucapkan itu Jupiter pergi tanpa menghiraukan Venus yang masih mencak-mencak di depan gerbang.

Venus jelas geram setengah mati, tadi niatnya hanya ingin menawar supaya diberi keringanan hukuman. Malah jadi nambah hukuman.

Sudah capek karena lari takut telat malah tetep telat, lebih baik tadi jangan lari saja.

PlanetWhere stories live. Discover now