05

6 3 0
                                    

Merasa sudah terpojokkan dan juga terpancing emosi, Shelly maju ke depan kemudian langsung menjambak rambut Rena.

"Heh lo sekolah disini cuman karena beasiswa ya, jangan sok belaga deh, dasar orang miskin."

Merasa tak terima Rena mendorong Shelly hingga terjatuh dilantai, ia menduduki badan Shelly kemudian menamparnya.

"Gue memang miskin setidaknya ada yang bisa gue banggain yaitu otak gue. Sedangkan lo cuma bisa banggain duit orang tua. Lo banyak duitkan? Coba perbaiki otak dan kelakuan lo, setidaknya biar ada yang berguna di diri lo, jangan muka doang yang dirawat. Biar Tuhan gak sia-sia nyiptain manusia kaya lo."

Shelly menarik rambut Rena dan bergantian duduk diatas badan Rena.

"Gue udah kesel ya sama kata-kata lo."

"Gue lebih gedeg sama lo."

Nindy yang juga gatal ingin menjambak dan menampar Shelly. Akhirnya kesampaian, ia mendorong Shelly menyingkir dari tubuh Rena. Nindy langsung menerjang Shelly dibantu oleh Rena.

Mereka bertiga terlibat baku hantam. Berguling dilantai, mencoba unggul dalam adu fisik, yang jelas Shelly kalah dalam perkelahian tersebut karena kalah jumlah. Kantin pun mulai dipenuhi oleh pengunjung, bukan untuk membeli tapi hanya untuk menonton keributan. Beberapa murid mencoba memisahkan mereka bertiga tetapi malah terkena imbasnya ada yang terkena pukulan dan cakaran. Memang benar, betina kalau sudah marah, susah dijinakkan.

Pertengkaran mereka akhirnya terhenti ketika salah satu murid memanggil guru BK.

Kini mereka bertiga berdiri diruang BK. Mereka dimarahi dan dinasehati secara habis-habisan. Akibatnya mereka bertiga dijemur dilapangan bendera dan juga selama seminggu mereka bakal membersihkan seluruh toilet di sekolah. Untuk Shelly diberi surat pemanggilan orang tua karena setiap yang berkelahi dengannya pasti akar permasalahan berawal dari dirinya sendiri, tak hanya itu ia juga langsung diberi surat peringatan kedua (SP 2) karena terlalu sering berkelahi dengan temannya, guru-guru juga sering menerima keluhan dari beberapa murid karena kelakuan Shelly.

***

"Aw sakit Kila. Pelan-pelan ih!" Keluh Nindy, ia memegangi pipinya yang terkena cakaran.

"Kalian ini udah kaya preman pasar aja, lihat tuh muka kalian hancur." dengus Kila.

Kila menggelengkan kepala, kini ia sudah seperti dokter dadakan bagi keduanya. Kondisi kedua sahabatnya sungguh memprihatinkan, rambut berantakan, penuh dengan luka cakar, kancing baju ada yang hilang, tangan ada yang membiru, muka mereka dipenuhi dengan plester.

"Ck, muka kalian mengenaskan banget sih. Untung aja orang tua kalian gak ikutan dipanggil, kalau di kasih surat peringatan bagaimana!" Gerutu Kila sembari mengobati luka-luka sahabatnya. Kedua sahabatnya hanya diam mendengar omelan Kila yang tak ada habis-habisnya. Seperti anak kecil yang dimarahi oleh ibunya.

"Maaf ya Nin gara-gara gue, lo jadi ikut terlibat." Kata Rena menyesal

"Santai aja kali, gue memang udah gatal pengen nabok tuh nenek lampir. Tapi gile ya kekuatan nenek lampir super banget. Dia sepertinya sudah terlatih akibat keseringan baku hantam."

"Jangan muji-muji dia, gue gedeg. Yang penting muka dia lebih parah." Ucap Rena tak mau kalah

"Hahaha bener banget, sebelumnya kan dia kelahi sama Ira, lukanya belum pada sembuh malah sekarang nambah banyak."

"Ternyata berantem seru juga ya, hati gue rasanya puas banget." Nindy langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Kila.

"Hehe ampun Bunda Kila. Gak lagi deh."

Become the ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang