04

6 3 0
                                    

Kemarin pertikaian antara Ira dan Shelly berakhir di ruang BK. Mereka berdua mendapat hukuman masing-masing, meskipun sebenarnya Ira tak salah namun ia tetap diberi hukuman karena berkelahi dengan teman sekelasnya. Shelly membersihkan toilet sedangkan Ira hanya menyapu halaman sekolah yang tidak terlalu kotor.

Hahh lupakan saja permasalahan mereka berdua. Pagi ini adalah pagi paling sial di hidup Rena, bagaimana tidak? Ban motor Rena tiba-tiba saja kempes ditengah jalan, mana jarak ke sekolahnya masih jauh, ditambah 15 menit lagi Pak Ujang, satpam sekolah pasti bakal menutup gerbang.
Mana keadaan daerah tersebut lumayan sepi, mau tak mau Rena mendorong sepeda motornya yang kempes tersebut.

Ni motor nape pake nyusahin sih, gerutu Rena.

"Ya Tuhan, datangkanlah pangeran tampan untuk menyelamatkan ku." Ucap Rena seraya menengadahkan tanganya ke atas.

Baru saja berucap seperti itu, tiba-tiba dari arah belakang Rena terdengar suara deru motor. Makin lama makin mendekat ke arahnya. Motor tersebut berhenti disamping Rena.

Pengendara motor itu melepas helmnya. Entah mengapa dimata Rena gerakan pengendara motor itu melepas helmnya seperti slow motion. Disamping Rena tampak seorang laki-laki remaja dengan kulit hitam kecoklatan, berlesung pipi, memiliki tinggi badan sekitar 186 cm, hidungnya mancung, pipinya tirus, yang terpenting tampan. Bisa dibilang hitam manis + tampan.

Ampun manis pisan euy, Rena mengerjapkan matanya beberapa kali, setelah sadar siapa orang di hadapannya.

"Bang Doni?"

"Ban motor Lo bocor?" Mata Doni terarah pada ban belakang motor Rena.

"Ah, kempes doang bang."

Doni berjalan memeriksa keadaan ban Rena.

"Ban lo kayanya gak kempes tapi bocor."

"Masa bang? Pantes kok berat banget motornya, berasa diduduki makhluk halus."

Candaan Rena ternyata tak mempan membuat laki-laki tampan di depannya tertawa. Rena berdehem segera mengalihkan pembicaraan.

"Terus ini gimana bang?"

"Harus di bawa ke bengkel. Gue nelfon mang Udin dulu."

Doni nampak menelpon seseorang, sepertinya mang Udin sesuai perkataannya tadi. Setelah selesai berbicara ia memutus sambungan teleponnya.

"Nanti mang Udin ke sini buat urus motor lo. Kita tunggu aja dulu mang Udin."

"Iya bang makasih banyak ya Bang." Rena melirik jam tangannya.

"Bang sudah mau masuk, Bang Doni duluan aja."

"Diem aja, tunggu mang Udin datang."

Rena langsung mengatupkan mulutnya. Entah mengapa suasananya menjadi awkward, Rena dan Doni tak banyak bicara mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak berapa lama mang Udin pun datang bersama temannya memakai motor. Fyi, mang Udin ini sopirnya Tante Sindy.

"Mang bawa ke bengkel ya." Doni mengeluarkan dua lembar uang 100 rb.

Gile duitnya banyak banget, gimana gue gantinya. Rena menggaruk tengkuknya.

"Makasih ya bang. Nanti uangnya Rena ganti." Rena membungkuk sebagai tanda terima kasih, iapun berjalan mengikuti mang Udin.

"Mau kemana Lo?" tanya Doni

"Ke bengkel sama mang Udin, Bang."

"Lo gak sekolah?"

"Terus motor Rena gimana bang?"

Become the ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang