Marionette Shop

89 6 4
                                    

Sudah beberapa kali Annabel menatap kertas lusuh dengan angka empat puluh lima bertinta merah di tangannya. Dan sudah beberapa kali juga helaan nafas mengiringinya. Kakinya melangkah walau dia tak ingin. Dia ingin cepat pulang, fisik dan otaknya lelah. Tapi dia takut. Takut menghadapi apa yang akan didapatkannya jika ia tiba di rumah nanti. Ia tidak siap menghadapi sesorang yang kali ini tidak ingin dia temui.

Ia mendapat nilai buruk lagi di pelajaran Matematika. Tidak, bukan hanya pelajaran Matematika saja. Tapi ia mendapat nilai yang tidak jauh berbeda dari nilai tadi di beberapa pelajarannya. Ia takut, takut untuk menghadapi ibunya. Annabel tidak bisa membayangkan betapa marah ibunya jika beliau tahu kalau anaknya  mendapat nilai jelek hampir seluruh mata pelajaran.

Ibunya membuat Annabel selalu tertekan.Tidak pernah menerima kelemahan Annabel, terus menuntut agar Annabel pintar dalam akademik. Ibunya tidak pernah tahu kalau Annabel lemah dalam hal ini. Dan ibunya tidak pernah setuju kalau Annabel lebih suka mendalami seni dibanding akademik. Bagi ibunya, seni tidak akan membawa kesuksesan.

Langkah Annabel semakin melambat, dia tidak ingin cepat pulang. Ingin rasanya ia kabur, tapi kemana? Andai saja ia tidak mempunyai ibu yang seperti itu. Andai saja ia mempunyai ibu yang akan mengerti akan dirinya dan tidak mengatur seperti ini. Namun semua itu hanya andai saja...

Annabel meremas dan membuang kertas hasil ujiannya ke jalanannya. Ia terlihat kesal entah pada siapa. Dirinya? Ibunya? Atau takdirnya?

Annabel terdiam. Ia mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Sekarang ia berada di trotoar yang tidak pernah ia lalui sebelumnya. Sepertinya karena ia melamun sejak tadi, ia jadi tersesat.

"Ck, sial...," desisnya saat menyadari tidak ada satu orangpun di jalan ini untuk ditanyai.

Ia berbalik berniat menyusuri jalan yang sebelumnya ia lalui. Namun langkahnya terhenti sektika melihat tembok di sampingnya.  Awalnya tembok itu terlihat biasa, tapi entah kenapa ada hal menarik di tembok itu. Tembok itu dipenuhi banyak coretan-coretan tangan manusia dengan kata-kata aneh.

Annabel membaca tulisan paling atas yang bertinta merah. Ia mengira tulisan itu seperti judul dengan coretan-coretan manusia dibawahnya  adalah isinya, " 'Apa yang ada dihatimu'? Hmm, judul yang aneh."

Dan ia membaca salah satu coretan itu.

Kenapa tidak aku mati saja? Hidup ini melelahkan. Oleh: Raynold

Annabel menaikan sebelah alisnya. Ia merasa tertarik untuk mencoba sesuatu. Ia segera membuka tasnya dan mengambil pulpen. Lalu menulis sesuatu di tembok itu.

Hidup ini sangat membosankan. Adakah yang mau menggantikanku menjalani hidup ini? Oleh: Annabel Berleyn

TOK!

Sebuah suara yang mirip ketukan dari kaca membuat Annabel menoleh kebelakang ---tepat setelah ia menyelesaikan coretan pertama di tembok itu. Suara itu berasal dari sebuah toko  boneka bertulisan Marionette Shop. Maniknya melebar tak kala ia melihat sesuatu dari balik kaca toko tersebut.

Annabel segera mendekati sesuatu yang membuat ia terkejut tadi. Sebagian dari dinding toko itu dilapisi kaca. Dan yang membuat ia terkejut, dibalik kaca itu terdapat sebuah pajangan boneka marionette yang sangat mirip... 

dirinya.

Wajahnya, rambutnya, bahkan seragamnya benar-benar mirip dirinya. Hanya saja yang berbeda adalah tatapan boneka itu. Tatapannya terlihat kosong. Marionette itu sangat cantik, dengan rambut dark chocolate curly panjang membingkai wajahnya. 

Annabel tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Annabel tersenyum. Ia ingin memiliki boneka itu. Annabel mengintip ke dalam kaca, memastikan apakah di dalamnya ada orang atau tidak. Senyumnya mengembang karena toko itu kosong.

Dengan perlahan ia membuka pintu toko dan masuk tanpa suara. Annabel terpana melihat apa yang ada di dalam toko itu. Toko itu berisi ratusan boneka marionette yang diletakan di lemari-lemari besar. Suasana mencekam tiba-tiba terasa. Entah kenapa semakin ia memasuki toko itu lebih dalam, ia seperti diawasi oleh ratusan pasang mata dari boneka-boneka marionette itu. 

Tatapan dari mata boneka-boneka marionette itu membuatnya merinding. Seperti sebuah peringatan untuknya. Berusaha menepis ketakutannya, Annabel segera berjalan cepat menuju boneka incarannya yang terletak tepat dibelakang kaca. 

Tapi, tunggu!

Boneka itu menghilang! Padahal Annabel sangat yakin, boneka yang mirip dirinya itu dipajang tepat di balik kaca. Ia yang panik ingin mengurungkan niat jahatnya, namun manik hitamnya menemukan boneka yang mirip dirinya pada salah satu lemari. Hanya sayang, boneka itu terletak dibagian atas lemari. 

"What?! Kenapa kau bisa pindah ke situ?"  Walau sedikit bingung, Annabel tetap mendekati lemari itu. "Okay, you can do it, Annabel! Cepat ambil boneka itu lalu pulang."

Annabel menemukan sebuah kursi  dan naik ke kursi itu untuk mengambil boneka marionettenya. Agak kesulitan karena tangannya tidak menjangkau boneka incarannya.

Krek... Krek...

Annabel segera menoleh ke sumber suara. Di bawahnya terdapat boneka marionette berwujud anak laki-laki yang duduk menyandar di bawah kursi yang dipijakinya. Mata boneka itu menatap dirinya dengan tangan terulur menyentuh betis Annabel.

Sejak kapan boneka itu ada di sana?

Berusaha tak peduli, ia kembali meraih boneka marionettenya. Dan hap! Ia berhasil mengambil tangannya. Akibat tarikannya, boneka itu sedikit menunduk dan menatap tepat ke dalam manik Annabel.

Tatapan mereka bertemu...

Dan saat itu juga Annabel merasa jiwanya tersedot dalam dimensi mata boneka itu. Kepalanya berat berakhir dengan pandangannya gelap.

Kedip... kedip...

Annabel membuka matanya perlahan. Dia merasa bingung dengan keadaan di sekitarnya. Ia masih berada di dalam toko marionette tadi. Apakah tadi ia pingsan? Sudah jam berapa sekarang? Ia ingin melihat jam tangannya. Tapi tiba-tiba ia terkejut. Tangannya tidak dapat di gerakkan!

Bukan hanya tangannya, tapi seluruh badannya tidak dapat digerakkan. Bahkan menolehpun ia tidak bisa. Ia hanya bisa menggerakan bola matanya. Ia melirik kesampingnya dan menyadari bahwa ia berada di tengah-tengah boneka marionette lainnya. Ia melirik ke bawah tepat ke badannya. Oh tidak... Ini pasti mimpi!

Mata yang membelalak itu menatap takut ke depannya. Ratusan pasang mata boneka marionette di depannya menatap ia sendu. Tatapan sedih? Mereka sama seperti dirinya, tidak dapat bergerak. Akhirnya, Annabel paham. Dimulai dari tembok di depan toko, lalu boneka marionette yang mirip dirinya, hingga ia yang berakhir disini.

Semua ini berawal dari coretan di tembok itu:

Hidup ini sangat membosankan. Adakah yang mau menggantikanku menjalani hidup ini? Oleh: Annabel Berleyn

'Tidak mungkin... Ini mustahil... Aku... Aku terjebak dalam tubuh marionette?!'

Tatapan itu tidak kosong

Dia melihatmu

Dia menatapmu

Dan dia memperhatikanmu

Hanya saja kau tidak menyadarinya

Dia bergerak jika kau gerakan

Dia diam jika dirinya hanya kau letakan

Dia lelah... bosan...

Fisik diukir sempurna tapi terkukung dalam kekakuan

Dia ingin keluar dari tubuh kayu dingin ini

Jika ada yang mau menggantikan jiwanya

Dia pasti bahagia

Marionette punya jiwa, percayakah kau?

End

Marionette: merupakan permainan boneka asal Prancis yang cara memaikannya dengan digerakan melalui  benang atau kabel.

Marionette Shop [ONESHOOT HORROR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang