Pembunuhan

47 9 21
                                    

Jangan terpuruk terlalu lama. Itu tidak membuat semua yang sudah pergi akan kembali seperti semula.

- Prince

***

Sudah seminggu ini, El menjadi yatim piatu. El sempat tidak berangkat sekolah 3 hari. Sebenarnya, El sudah tidak ada semangat untuk sekolah. Tapi karena dibujuk abang dan juga sahabatnya, akhirnya El melanjutkan sekolahnya lagi.

Saat disekolah, gadis itu tidak terlihat terpuruk. Masih sama seperti dulu saat orang tuanya masih ada. Ia masih memperlihatkan senyum manisnya.

El sangat pintar bersandiwara. Saat disekolah gadis itu terlihat baik-baik saja. Tapi berbeda lagi saat berada dirumah.

Sifatnya seperti anak kecil. Periang, ramah, dan juga murah senyum membuat orang yang melihatnya akan jatuh cinta dengan gadis SMA yang masih terlihat imut itu.

Saat ini, SMA Erlangga waktunya istirahat. El, Prince, Kiano, dan Ivy sedang berada di kantin.

"Udah dong jangan bikin ketawa lagi, perut aku sakit nih," ucap El sambil memegangi perutnya.
Dari tadi, gadis itu tertawa karena cerita Ivy. Padahal, menurut mereka, cerita Ivy tidak selucu itu sampai membuat orang lain tertawa terpingkal-pingkal.

"Humor lo yang terlalu receh El," Ivy menggelengkan kepalanya pelan.

"Nanti jalan-jalan mau nggak?" Kiano menatap sahabatnya satu persatu yang kini mereka menatap pria itu.

"Mau,"

"Oke," Prince dan Ivy menjawab secara bersamaan.

"Aku-" sebelum El menyelesaikan ucapannya, Kiano lebih dulu memotong ucapan gadis itu.

"Nggak ada alesan nggak bisa!"

"Loh, kok gitu," gadis itu mengerucutkan bibirnya, membuat kesan tambah imut pada wajahnya.

"Mereka setuju, tiga lawan satu,"

"Dihh,, mainnya keroyokan,"

"Bukan keroyokan, tapi-" kali ini ucapan Kiano yang terpotong.

"Ck. Diem," ujar pria yang bernama Prince.

"El, ikut!" lanjut Prince.

El menghembuskan nafasnya pasrah.
"Oke."

***

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Membuat siswa-siswi gaduh karena merasa senang. Akhirnya mereka terbebas dari sekolah. Meskipun besok kembali lagi.

Siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Begitu juga dengan dua gadis cantik penghuni kelas sebelas IPA A tersebut.

Siapa lagi kalo bukan Elzafira, gadis yang sudah SMA tetapi sifat masih seperti anak kecil. Dan juga sahabatnya, Ivy. Gadis yang selalu menemani El. Tidak pernah membeda-bedakan hanya karena materi.

El dan Ivy berjalan kearah parkiran. Mencari Prince dan Kiano. Mereka sebenarnya satu kelas. Hanya saja, keluarnya berbeda.

Dua pria itu lebih dulu keluar dengan alasan pergi ke toilet. Tapi sebelum keluar kelas, mereka melempar tas nya terlebih dahulu lewat jendela kelas mereka tanpa disadari sang guru.

Prince dan Kiano ternyata menunggu diparkiran. El yang melihat dua pria tampan yang merupakan sahabatnya sedang duduk di bagian depan mobil itu segera  berjalan menghampiri mereka. Begitu juga dengan Ivy.

Elzafira (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang