Rindu...
Satu kata yang menimbulkan lara. Selalu datang kepada orang yang memang mempunyai rasa. Entah rasa sayang atau cinta.- Ivy
***
Sepi. Satu kata yang menggambarkan perasaan seorang gadis SMA yang bernama El. El tengah duduk sendirian di kursi yang berada di halaman belakang rumahnya.
Dipangkuannya, terdapat buku diary yang sudah lama tidak ia isi. Perlahan-lahan, tangan El menari-nari diatas kertas. Menorehkan tinta hitam diatas kertas putih.
El menuliskan beberapa kata sehingga menjadi sebuah kalimat. Sesak dihatinya begitu terasa.
El mengingat kembali kenangan-kenangannya bersama mereka yang kini sudah beda dunia. Kenangan-kenangan itu, berputar seperti kaset rusak. Tetes demi tetes kristal bening itu kini terjatuh dari mata indahnya.
Lalu, tangan itu membuka lembaran-lembaran. Mencari halaman yang terdapat foto mereka bersama. Setelah menemukannya, tangan itu kembali menari diatas kertas. Lebih tepatnya dibawah foto mereka.
Setelah puas, El segera memeluk buku itu. El rindu dengan mereka. Mereka yang tidak mungkin bisa untuk kembali bersama. El memejamkan matanya sejenak. Kemudian membukanya kembali dan manatap kosong ke depan.
"Kenapa ayah sama ibu tega ninggalin El sendiri? El kangen sama ayah dan ibu. El rindu makan bareng, nonton TV bareng, belajar ditemenin ibu. Sekarang, El merasa nggak ada tujuan untuk hidup. Nggak ada alasan lain untuk El berjuang. Nggak ada orang yang harus El banggakan.
Semenjak ayah dan ibu pergi, bang Nata jadi tambah sibuk karena harus mikirin kebutuhan El. Apa ayah sama ibu pergi karena El nyusahin? Apa suatu saat, bang Nata juga akan ninggalin El? Sekarang El nggak punya siapa-siapa. El nggak tau Prince kemana. Kiano, Ivy dan bang Nata sibuk. El pengen bantuin bang Nata, tapi nggak tau bantuin apa," El sudah tidak tahan lagi untuk berbicara.
Malam ini terasa begitu sunyi. Hanya suara tangisnya yang terdengar. Tanpa El sadari, ada seseorang yang mendengarnya saat tadi ia berbicara sendiri. Dia adalah Nata.
Nata sempat meneteskan air matanya ketika mendengar suara parau adiknya. Betapa rindunya gadis itu dengan ayah dan ibunya. Nata juga merasakan hal yang sama.
Pria itu rindu kebersamaan. Kebersamaan bersama keluarga. Nata berjalan menghampiri adiknya. Nata berdiri tepat dibelakang El. Ia sedikit membungkukkan badannya. Sikunya ia tumpukan pada senderan kursi yang El duduki.
"Jangan buat mereka sedih El," tanpa El menoleh pun, El sudah tau siapa orang itu.
"Kapan abang pulang?" tanyanya tanpa mengalihkan tatapannya. Tak lupa, El menghapus jejak air matanya.
"Daritadi abang udah pulang, makanya jangan ngelamun mulu," Nata duduk disamping adiknya.
"El rindu mereka bang," lirihnya.
"Abang juga rindu mereka,"
"Abang sayang El kan?"
Nata yang tadinya menatap lurus kini menolehkan kepalanya ke arah El.
"Kenapa nanya gitu? Abang sudah pasti sayang sama kamu,""Abang nggak akan ninggalin El kan?"
Nata segera memeluk El, mengelus surai rambut gadis itu dan dibalas El dengan sangat erat.
"Abang bakalan tetep disini, disamping kamu,""Waktu itu, Prince juga bilang gitu. Tapi sekarang Prince pergi ninggalin El," El mengingat ucapan Prince waktu itu.
Nata melepaskan pelukannya.
"Pergi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Elzafira (Completed)
Teen FictionIni adalah cerita tentang seorang Gadis dengan tingkahnya yang masih kekanakan. Dia bukan dari keluarga yang kaya raya. Ayahnya saja bahkan hanya seorang supir. Tapi dia merasa beruntung dan selalu bersyukur. Hingga sepercik masalah menghancurkan s...