“Jangan di ladeni ntar lo gila.” Bisik Ani yang sudah mulai paham akan sifat Edo yang…seperti itulah.
Lisa yang memakai lipglossnya menoleh pada Dayu.
“Day, lo tau kenapa si Edo di buli Wolfie? Waktu acara MOS, si Edo nyengol Wolfie. Tuh anak kan berandal, tentu aja dia ga terima dan menarik seragam si Edo. Eh pas ada kakak panitia datang, Edo berkata seolah-olah kek teraniaya banget. Jadi si Wolfie kena hukuman deh. Aku pengen banget ngakak waktu itu. Tapi ga berani dong ya..secara panitia nya galak-galak.” Kikik Lisa.
Dayu menyandarkan tubuhnya ke kursi. Berusaha menenangkan diri. Baru kali ini dia menghadapi anak polos tapi bikin emosi.
Edo menyentuh pundak Nathan yang telungkup di meja. Tiba-tiba matanya membulat dan segera menjauh. Nathan yang merasa terusik membuka mata dan melihat Edo yang terlihat ketakutan.
“Ngapain lo liatin gue kek gitu?” Tanya Nathan. Sesaat Nathan melirik ke samping nya. Kosong.
“Ah anu.. tadi ada cewek seram yang melotot di samping kamu. Tapi sekarang udah ga ada.” Kata Edo sedikit gugup.
Perempuan yang dilihatnya tadi sangat menyeramkan. Mata nya bolong sebelah dengan seragam sekolah yang bersimbah darah. Edo tidak bodoh untuk tau bahwa yang di lihatnya bukan manusia.
Nathan menyeringai. Mengerjai seseorang pasti akan sangat seru di waktu yang membosankan seperti ini. Nathan mendekati Edo yang masih terlihat takut.
“Do, ke kantin. Gue belum tau kantin di sini.” Nathan menyentuh bahu Edo.
“Eh..bel masuk sudah berbunyi.” Edo kembali bisa melihat perempuan itu.
Menyeringai ke arahnya. Rahangnya terlihat hampir lepas. Mata nya kembali melebar.
“I-itu..itu.. cewek ta-tadi..di-di belakang..” Nathan tertawa keras membuat yang lain melihat ke arahnya.
“Astaga.. tampan sekali.” Kata Lisa dengan mata bersinar.
“Baru kali ini si murid baru ketawa.” Kata Dayu meremat tangan Fha.
“Eh anjir sakit tau ah..” Fha berusaha melepas cengkraman Dayu yang tak main-main. Ani yang melihat teman-temannya hanya menggelengkan kepala. Menurut Ani Wolfie tetaplah yang tertampan.
Nathan melepas tangannya dan Edo bernafas lega.“I-itu tadi apa? Kenapa dia mengikuti mu? Apa kau membunuhnya?” Tanya Edo polos.
“Ya. Selanjutnya giliranmu.” Nathan menakut-nakuti Edo. Edo pucat pasi.
“Bercanda. Sekarang ikut gue. Gue mau cari makan di kantin.”
“Eh tapi..”
“Guru bahasa ga ada.” Nathan berjalan keluar di ekori Edo.
Sesampainya di kantin. Suasana agak sepi karena ini jam pelajaran. Yang mereka lakukan adalah hati-hati agar bu Yani tidak mendapati mereka. Ternyata di sana ada Wolfie dan temannya duduk santai memakan bakso.
Edo yang selalu kena buli mereka bersembunyi di samping Nathan.
“Bakso nya masih ada ga?” Tanya Nathan pada bu kantin yang tengah berdandan.
“Eh.. ada kok ganteng. Berapa porsi?”
“Satu.” Jawab Nathan singkat.
“Oh lupa, es teh satu.”
“Asiap ganteng. Eh temannya ga pesan?”
“Saya sudah makan di rumah. Tidak usah.” Kata Edo halus.
“Oke. Bakso sama es teh satu. Silahkan menunggu.”
Nathan dan Edo duduk di bangku yang tidak jauh dari Wolfie. Di sana Wolfie mengancam Edo dengan garpu yang di pegangnya. Edo dengan gugup menutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Hunt
Bí ẩn / Giật gân"Mereka ada di mana-mana. Samping, atas, bawah, dan belakangmu." "Jangan menakutiku bodoh!" "Stt.. Nanti mereka muncul."