Bagian 5

8 2 0
                                    

Cermin yang tadi telah di buang muncul di depannya. Liang terbatuk-batuk karena merasa nafasnya semakin sesak. Pemuda itu terduduk di lantai dan batuk terus-menerus. Edo melepas bola di tangannya dan mendekati Liang.

“Kamu kenapa sih? Di sini berdebu ayo keluar.”

“Percuma.” Kata Nathan.

“Uhuk..ugh..kayak ada yang nyekik gue ugh..”

Nathan mengambil cermin itu dan merematnya. Seketika Liang merasa terbebas. Nafasnya kembali normal. Nathan menatap cermin itu dan melihat sosok perempuan dengan rantai di lehernya menatap penuh dendam. Aura perempuan itu terlihat semakin pekat. Bahkan, hantu-hantu yang biasa mengekori Nathan hilang entah kemana.

“Kita harus menyelidiki ini di rumah lo.” Kata Nathan memasukan cermin itu kedalam sapu tangan putihnya.

“Ugh..kenapa kerumah gue? Lo ga bisa musnahin tuh makhluk apa?”

“Yah... Kalo lo mau mati ga apa juga sih. Rambut perempuan itu udah menjalar ketubuh lo_”

“Oke!! Gue setuju.” Potong Liang.

“Edo, lo bisa kan bolos?” Edo menggigit kukunya. Merasa bimbang. Selama ini dia selalu menghindari masalah. Di sisi lain, teman barunya dalam bahaya. Selama ini Edo tidak punya teman.

“Ga usah Nath. Dia penakut.” Ejek Liang.

“GA! Aku ikut.. tapi, kenapa harus bolos? Apa ga bisa nanti sepulang sekolah? Kalau bu Yani tau kita ga beresin gudang nanti hukuman bisa di tambah. Kita selesaikan ini dulu ya..” pinta Edo dengan memelas.

“Ya udah. Gue juga bantu beres-beres biar lebih cepat.” Nathan merapikan kardus-kardus yang berserakan di depannya.

Edo sendiri langsung merapikan alat-alat olahraga yang berhamburan. Liang tersenyum tipis dan pergi mengambil sapu yang sudah penuh debu di pojokan.

“Kalian bisa cepetan ga? Di sini tidak nyaman.” Keluh Nathan.

Nathan merasakan atmosfir berat di ruangan itu semakin mencengkam. Liang dan Edo segera mempercepat kerja mereka.

Tak terasa bel pulang sudah berbunyi tepat saat pekerjaan terakhir mereka selesai.

Ketiga nya berjalan keluar dan mengunci pintu kembali. Di luar sana, ternyata Bu Yani sudah menunggu.

“Kerja bagus anak-anak. Sekarang pulanglah.” Kata Yani.

Liang merenggangkan tubuhnya.
“Kerja capek-capek begini kaga di traktir bu? Haus loh..!”

Edo menutup mulut Liang dan menyeretnya.

“Jangan di dengarkan bu. Dia hanya bercanda. Nah sekarang kita pulang.”

“Mmhhmmfh.. puah.. tangan lo penuh abu Do. Mau bikin gue mati ya?” Edo menggaruk kepalanya dan tersenyum lebar.

“Ya maap hehe..”

“Sekarang kita langsung terus kerumah gue apa pulang dulu?” Nathan menghentikan langkahnya.

“Terus aja. Di rumah ga ada orang. Gue bosan.” Kata Edo. Liang menatap takjub pada pemuda pendek itu.

“Lo ga pakek aku kamu lagi Do?” Tanya Liang membuat  wajah Edo memerah malu.

“Itu karena kalian berdua sering bilang lo gue. Aku kan jadi ke ikut..” Liang tertawa dan merangkul Edo yang jauh lebih pendek darinya.

“Etdah lu kan tadi pakek kata gue. Napa jadi aku kamu lagi. Hahahaha..”

Edo ikut tertawa. Keduanya sudah saling akrab.

Ghost HuntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang