Bagian 7

7 2 0
                                    

"Nathan, kamu baik-baik aja?" Edo menghampiri Nathan dan menyerahkan sebuah foto.

"Nath, apakah ada dua hantu di sini?"

"Ugh. Dari mana lo tau itu?"

"Tadi aku bermimpi melihat 3 orang. Seorang lelaki dewasa, wanita, dan seorang gadis kecil. Wanita itu memakai rantai di lehernya. Dan..gadis kecil itu, d-di perkosa. Dan.. mulutnya di robek paksa dengan pisau ka-karena berisik. O-oh..ada juga seseorang di sana tapi..aku lupa..siapa." Edo meremas jemarinya.

"Aku..terbangun saat di periksa dokter dan ada Bi Nem. Aku cerita sebagian tentang mimpiku. Tidak ku sangka Bi Nem terkejut dan menyuruhku ke sini segera." Edo bercerita dengan lirih. Nathan menatap Liang yang masih senantiasa menempel di sudut ruangan.

"Nak. Ini ibu." Bi Nem menangis dan memegangi kalungnya. Nathan mengambil catatan usang yang tadi di dapat oleh Liang. Ternyata sudah terbuka. Di sana tertulis sebuah catatan kecil dengan nama Anggraeni dan foto Bi Nem yang tersobek.

"Bi..ini bibi kan?" Nathan menyerahkan kertas itu. Seketika Bi Nem menangis saat membacanya.

"Dek. Tolong" Pak Abdi memanggil membuat Nathan dan Edo menoleh.
Ternyata Liang sudah berada di lantai dalam keadaan pingsan. Pak Abdi memeriksa denyut nadi Liang.

"Dia baik-baik saja. Saya perlu memeriksanya lebih lanjut." Kata pak Abdi. Nathan dan Edo membawa Liang ke kamarnya.








Liang bersandar pada tempat tidur dengan secangkir teh di tangannya.

"Kok lo bisa langsung sehat sih Do?" Edo cemberut.

"Jadi kamu mau aku sakit terus? Kamu sendiri juga masih sehat. Padahal tadi merayap seperti cicak" Liang tertawa keras dan meminum teh nya.

"Gue pikir gue bakalan mampus. Ternyata masih hidup." Edo menggeplak kepala Liang karena berbicara seenaknya. Liang yang tidak terima menarik rambut Edo.

Keduanya terus bertengkar hingga terdengar teriakan Liang karena teh miliknya tumpah ke baju.

Nathan mulai jengah dengan pertengkaran keduanya dan melempar bantal sofa kea rah mereka berdua.

"Kalian berdua mau ku lempar ke luar jendela hah??!"

Liang dan Edo bungkam dan mulai bersungut-sungut. Nathan memijat pelipisnya dan mulai memikirkan masalah yang mereka alami.

"Den.. ini cemilannya." Bi Nem memberikan sepiring penuh martabak keju dan kacang membuat Liang dan Edo berebutan untuk turun memakannya.
Bi Nem mendekati Nathan dan duduk di sebelahnya.

"Maafin bibi ya. Bibi ga tau kalau masalahnya jadi seperti ini." Bi Nem menunduk sedih.

"Ini juga kesalahan kita bi. Oh ya, apa boleh kita berkunjung ke rumah bibi utnuk menyelidiki hal ini? Mereka berdua dalam bahaya jika masalah ini di biarkan." Bi Nem sedikit terkejut. Tak lama wanita paruh baya itu mengangguk setuju.

"Boleh den. Tapi..kalian kan sekolah den."

"Libur bi.."

"Oh iya bibi lupa."

"Bagaimana jika kita berangkat nya pagi-pagi sekali? Sekalian aku ingin liburan." Kata Nathan. "Hahaha iya den." Bi Nem terlihat gelisah seolah menyembunyikan sesuatu.

"Ah aku juga mau.."

"Bwee.. ini kan rumah gue. Siapa suruh tadi nonjok tuan rumah huh?" Liang mengangkat tinggi-tinggi piring martabaknya membuat Edo yang memiliki tinggi minus tidak bisa mencapainya.

"Ih pelit banget. Bagiii..tamu adalah raja." Sanggah Edo.

"Ga mau. Peraturan kek gitu ga berlaku di sini. Mendingan lo cium dulu ketek gue.. ni..nih.."

"Ih gamau kamu bau..belum mandi."

"Tapi gue tetap ganteng, cebol." Ejek Liang membuat Edo semakin kesal.

"Ih..dasar preman jelek."

"Muahahaha makan tuh ketek gue.."
Nathan menepuk jidatnya. Dua orang itu masih saja bertengkar hanya karena masalah kecil.

"Kalian berdua diamlah. Cepat bersihkan diri dan cepat tidur. Besok kita ke Malang kerumah Bi Nem." Titah Nathan dengan pandangan super creepy. Kedua pemuda tadi dengan cepat mematuhinya.

"Hihihi..bibi tidak pernah melihat den Liang sangat akrab seperti ini dengan temannya." Nathan membuang nafas.

"Bi..mereka selalu bertengkar. Padahal belum lama berteman."

Bi Nem tertawa lagi.

"Bibi senang melihat kalian sangat akrab dan slaing peduli satu sama lain. Den Edo sewaktu bangun tadi sangat panic dan selalu bilang nama anak bibi yang sudah meninggal."

"Maaf sebelumnya Bi..bagaimana kronologi meninggalnya anak bibi.." Tanya Nathan hati-hati. Bi Nem tersenyum.

"Waktu itu Anggi tidak pulang kerumah selama enam hari. Dia bertengkar dengan bibi mengenai uang spp sekolah adiknya yang masih TK. Saat itu ibu telat membayarnya dan Anggi ingin berhenti sekolah untuk membantu bibi. Bibi memarahinya saat dia keras kepala ingin keluar dari bangku sekolah. Setelahnya Anggi tidak pulang lagi. Enam hari kemudian, seorang warga menemukan mayat di kebun miliknya. Tertutup daun-daunan." Bi Nem menghapus air mata nya.

"Dia adalah anak bibi. Anggraeni Sekar Dwi. Dia.. hiks..dia meninggal dengan keadaan mengenaskan. Polisi berusaha mencari pembunuhnya. Namun sampai saat ini pelakunya tidak di temukan. Mereka menutup kasusnya karena sudah lewat tujuh tahun."

"Hiks..Anggi pasti sangat tersiksa hiks.." Kata Edo.

"Waaah.." Nathan sangat terkejut saat Edo dan Liang sudah duduk melantai dekat kakinya dan terisak-isak. Entah sejak kapan keduanya ada di sana.

"L-lalu bagaimana kelanjutannya Bi?" Tanya Liang yang menyeka air matanya. Bi Nem mencoba terlihat tegar.

"Ternyata anak tetangga sebelah juga menghilang bersamaan dengan Anggi. Anak tetangga sebelah sedikit gila. Dia di rantai oleh ayahnya karena selalu mencoba menyakiti orang."

"TIDAK!" kesemuanya terperanjat mendengar teriakan Edo. Mata Edo berubah ketakutan.

"Orang itu, orang itu pelakunya. Ayah dari perempuan malang itu. Dia pembunuhnya. Dia pembunuh keji." Edo memegang tangan Bi Nem dan meremasnya.

"Percaya padaku Bi..aku..aku melihatnya. Dalam mimpiku. Perempuan itu yang menunjukannya padaku. Percaya aku."
Bi Nem terdiam syok tak dapat berkata apa-apa.

"Sudahlah. Besok kita akan berangkat pagi-pagi sekali. Kalian cepat istirahat. Jangan lupa sikat gigi." Kata Nathan.

"Eh.. gue masih penasaran Nath. Lagian kita udah selesai sikat gigi tadi." Rengek Liang.

"Kalau begitu cepat tidur."

"Tapi gue.."

"Di belakang kalian menunggu dua hantu itu." Bisik Nathan membuat Liang dan Edo menjerit ketakutan. Sungguh tidak mencerminkan jiwa jantan sama sekali. Keduanya saling dorong-mendorong untuk keluar kamar.

"Nath lo tidur di sini ya.. gue di kamar tamu aja." Teriak Liang.

"Bibi juga istirahat ya." Bi Nem tersenyum lembut.

"Baik den Nathan."

Setelah kamar itu senyap. Nathan memandangi dua bayangan di sudut kamar yang mulai menghilang.






"Lo tidur di kamar tamu sebelah." Kata Liang pada Edo. Edo menggelengkan kepalanya tidak mau. Sungguh dia ketakutan. Liang tertawa meremehkan.

"Huh. Dasar penakut."

Clang..

"UWAAAAH" Liang melompat ke arah Edo saat mendengar bunyi gelas terjatuh. Lehernya berputar patah-patah untuk mencari sumber tertawa. Edo tergelak melihat tingkah temannya itu.

"HAHAHAHA.. lihat siapa yang penakut."
Liang memukul kepala Edo dengan bantal guling miliknya.

"Berisik!!" pada akhirnya mereka berdua tidur bersama.

Ghost HuntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang