Bagian 6

7 2 0
                                    

“Mau sih. Tapi kita nginep ya. Mumpung besok dan lusa libur.” Pinta Diana. Liang memberikan jempol tanda setuju.

“Eh. Kok temen lo ganteng sih?” Tanya Diana yang menoleh pada Nathan.

“Maksud lo apaan?” Tanya Liang kesal.

“Ya.. secara kan lo jelek. Ga minder lo temenan sama mereka.” Diana menghampiri Edo yang masih diam.

“Eh.. kamu tomboy banget sih. Aku pikir kamu laki-laki tadi.” Liang menarik tangan Diana sebelum adiknya itu bicara yang tidak-tidak pada arwah cermin di tubuh Edo. Liang takut jika arwah itu menyakiti adik-adiknya

“Cepetan sana pergi.” Usir Liang.

“Ya..ya.. ayo dek. Kita bisa makan icecream sepuasnya kalok di rumah bibi.” Diana menggandeng Dwi keluar rumah.

“Pak Set, anterin kita ke rumah bibi ya..”

“Baik non.”





Liang menghela nafas.

“Sekarang kita mulai dari mana? Lo ga tau di mana jasad lo? Ya kali di rumah gue ada mayat sih.”

Edo menggelengkan kepalanya.

“Dimana gudang tempat lo ambil cermin itu?” Tanya Nathan to the point.

‘Gudang bawah tanah. Ayok ikut gue.”

Liang membawa keduanya menyusuri rumah. Di belakang, mereka memasuki ruangan bercat putih di mana banyak barang-barang antic di sana. Edo menunjuk sebuah lemari besar berwarna hitam dengan ukiran rumit.

“Oh itu lemari milik nyokap. Dari Bandung. Dalemnya Cuma buku-buku bokap gue. Dia suka ngoleksi novel.”

Edo menggeleng. Pemuda pendek itu menarik tangan Liang dan Nathan untuk membukanya.

“Lo kenapa sih? Ga bisa ngomong kah? Perasaan kalau arwah merasuki orang tuh bisa ngomong.” Liang menatap penuh selidik pada Edo.

“Tubuh Edo terlalu lemah. Energinya ga banyak. Makanya arwah tu cewek ga bisa apa-apa.” Jelas Nathan.

Edo mencoba membuka lemari itu sendiri tetapi terkunci. Liang kembali mengingat ngingat di mana ibunya menyimpan kunci lemari itu.

“Kenapa lemari sebagus ini di biarin di gudang?”  Nathan memeriksa bagian luar lemari itu.

“Oh itu karena nyokap gue selalu keganggu sama tikus-tikus yang selalu berhasil masuk di dalamnya dan berisik tiap malam. Mungkin mereka doyan kertas. Jadi bokap nyaranin buat naro lemarinya di sini. Biar ga keganggu.”

“Lemari ini ga punya kerusakan apa-apa. Ga ada lecet sama sekali. Dan..” Nathan menyentuh lemari itu. Jari jemarinya menyusuri ukiran-ukiran di pintu hingga ke gagangnya yang berlapis emas. 

“Terbuat dari kayu mahoni hitam. Mustahil tikus masuk dengan mudahnya.”

“Bentar-bentar. Kita kan mau nyari jasad nih arwah cewek. Bukan ngomongin lemari”

Nathan menatap malas Liang. Entah sampai di mana IQ anak itu.

“Kita ga bisa dapetin bukti  kalo ga nelusuri asal nya dodol. Lagian si Edo maksudku si arwah, narik kita buat liatin lemari ini pasti ada apa-apanya.” Liang tertawa canggung mendengar perkataan Nathan yang ada benarnya.

“Huft..gue sebenernya paling malas ngecalling Bonyok. Tapi mau gimana lagi. Kalian tunggu di sini. Gue mau keatas mau nelpon mereka.”

Liang yang memegang telpon menoleh ke belakang saat mendengar rantai besi yang diseret menuju arahnya. Nyatanya tidak ada siapa-siapa di sana.

“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah untuk beberapa saat lagi..”

Liang terus mencoba menelpon ayah dan ibunya sekali lagi. Namun hanya suara wanita operator yang terus berbicara. Teriakan Nathan memanggil terdengar membuat Liang bergegas kembali.

“Gimana kondisinya Bi? Temen Liang baik-baik aja kan?”

Bi Nem yang memasang selimut pada Edo menggelengkan kepala.

“Aden perlu memanggil dokter. Badannya panas sekali. Takutnya kenapa-napa.”

Liang mengusap wajahnya kasar sedangkan Nathan bersandar di daun pintu mengamati leher Edo yang mulai menghitam.

“Yaudah bi. Bibi telpon saja dr.Abdi. Jagain temen Liang dulu ya. Kalo ada apa-apa aku di ruang antic bonyok.”

“Iya den.”

Nathan dan Liang kembali ke ruangan antic tadi dengan linggis.

“Lo aja yang hancurin Nath. Lo kan kuat.”

“Siniin linggisnya.”

Nathan memukul mukul gagang pintu lemari itu hingga terlepas. Pintu terbuka. Mereka berdua di sambut partikel-partikel debu yang langsung menyeruak keluar.

“Uhuk-uhuk… elah ni debu kayak mau perang aja. Uhuk..”

Keduanya mencoba mencari sesuatu yang aneh. Namun di sana hanya ada tumpukan novel biasa.

Liang yang penasaran  mengambil salah satu novel yang berjudul “yOUre LosE” dan mulai membacanya.

“Ah isinya membosankan.” Liang yang baru saja akan meletakkannya kembali mendapati sebuah kertas usang yang nyaris keluar dari lembaran novel itu.

“Eh Nath, liat ini.” Nathan menarik kertas itu dan hendak membacanya. Namun kertas itu tertempel begitu erat yang jika di paksa akan langsung sobek. Nathan merasakan ada aura berat yang tiba-tiba mengelilingi mereka.

“Awas!!” Nathan mendorong Liang yang tengah asik memilah milah novel membuat nya terjerembab.

Di tempat Liang berdiri, terjatuh sebuah globe besar yang tersimpan di atas lemari. Nathan menatap gadis kecil yang tengah terkikik di atasnya. Gadis berumuran sekitar 7 tahun itu melayang dan menempel di langit-langit rumah. Rahang gadis itu seperti hancur menampakan lidahnya yang hampir terputus. Hantu itu berjalan cepat dan melompat ke sudut sudut ruangan. Liang mengusap kepalanya yang sedikit sakit karena terantuk kaki meja.

“Bisa ga lo ga pake acara dorong-dorong?. Kebiasaan banget deh.” Liang menghindari sebuah guci kecil yang mengarah padanya. Matanya menatap horror guci yang berserakan di antara kedua kakinya. Nathan memasang sikap siaga.

“Lo siapa lagi sih??! Ngapain gangguin kita huh?”

Gadis itu terkikik lagi. Kali ini linggis yang digunakan Nathan melayang ke udara bersiap untuk menghantam apa saja di depannya. Liang kembali mendengar suara rantai terseret. Beberapa saat kemudian arwah cermin muncul di balik pintu. Rambut menutupi seluruh wajahnya membuat Liang hampir menjerit seperti seorang gadis.

“K-kenapa gu-gue bisa liat itu..” Bisik Liang ketakutan. Nathan melirik Liang yang memucat. Mungkin saja setelah ini Liang dan Edo tidak mau lagi berteman dengannya. Dan ia akan kehilangan teman nya lagi.

“Bro..to-tolongin gue.” Nathan terkejut saat melihat tubuh Liang terselubung aura hitam. Matanya mendelik ke atas.

“Woe lo kenapa??!” Nathan memegang bahu Liang dan mengguncang-guncangkannya. Tubuh Liang mengejang. Pintu ruangan tertutup dengan kencang seolah tidak mengijinkan siapapun untuk masuk atau keluar dari sana.

DOK DOK

“Nathan!! Liang!! Ini Edo. Buka pintunya!!”

Nathan menggeram kesal. Arwah cermin itu berdiri menghalangi pintu. Sedangkan hantu gadis di atas telah menghilang. Nathan memutar kepala mencari nya. Matanya bergerak ke sudut-sudut ruangan. Namun nihil. Tidak ada apapun. Nathan terkejut saat Liang sudah berada di atas lemari membelakanginya.

“Nathan!!! Kamu harus menjauh dari anak kecil di situ.” Teriak Edo lagi. Suara pintu di dobrak paksa dari luar.

“Nak! Jangan nak. Ini ibu nak.” Suara Bi Nem terdengar dari luar seperti sedang menahan tangis.

“Permisi. Biar saya saja.” Pak Abdi mendobrak pintu hingga terbuka. Di sana, Nathan di cekik oleh Liang yang tidak sadar. Liang yang telah dirasuki itu mendadak memanjat dinding dan tertawa terkikik-kikik. Nathan terjatuh dan terbatuk keras.

Ghost HuntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang