[4] Kau Tak Bisa Ceritakan!!

1.1K 226 36
                                    

"Terima kasih, Khun benar-benar orang yang baik." Ujar Baam dengan suara pelan hampir menyerupai bisikan.

Khun menghentikan gerakan tangannya sejenak, menatap Baam sekilas sebelum kembali merawat luka yang ada. "Aku bukan orang baik, kau terlalu naif dan menganggap semua orang yang memperlakukan mu dengan lunak adalah orang baik."

Baam berguman sebagai jawaban. Tidak membantah ataupun menyetujui. Menatap Khun dia bisa dengan jelas melihat bulu mata yang berwarna senada dengan rambut biru itu tampak sedikit bergetar saat dihembus angin yang lewat. Bulu mata itu panjang dan lentik, Baam bahkan mencatat bahwa bulu mata milik Khun lebih panjang dan tebal jika dibandingkan dengan Rachel.

Memikirkan ini membuat Baam terkejut sendiri. Ibu nya dulu selalu berkata bahwa wanita pasti akan selalu menjadi makhluk tercantik di dunia. Tapi sekarang Baam melihat dengan jelas, bahkan seorang pria bisa lebih cantik dibandingkan wanita.

"Siapa yang melakukan ini?" tanya Khun memasang perban di pergelangan tangan Baam.

Terkejut, Baam kembali pada pikirannya sendiri. Melirik kearah lain tidak mau menjawab.

Khun membuat simpul dan selesai. Mengangkat pandangannya untuk melihat Baam yang menghindar untuk menjawab. "Aku tahu kau takut, tapi jika ini terus berlanjut, nama baik Akademi akan tercoreng. Sebagai ketua dewan aku ingin mencegah hal itu terjadi."

Alis tipis Baam bertaut, tampak tidak senang akan sesuatu. Khun tidak peduli akan wajah Baam yang bermasalah, dia hanya tidak ingin munafik dan membuat bocah ini percaya pada kebaikan semu lagi. Menarik agar Baam kembali menghadapnya, Khun kemudian kembali merawat luka yang membuat buruk wajah bayi di depannya.

Baam sedikit tegang, jarak wajahnya dengan Khun terlalu dekat, terlalu dekat hingga dia bahkan bisa menghitung berapa banyak bulu mata milik Khun. Tapi ketika Khun mulai merawat lukanya, Baam kembali tenang lagi. Mengajukan pertanyaan dengan hati-hati, "Apa nama Akademi sangat penting?"

Mata kobalt yang fokus pada luka di wajah Baam langsung beralih menatap mata emas Baam. Hampir membuat Baam lupa cara bernafas karena terkejut. Khun sama sekali tidak sopan saat dia menjelaskan, "Itu sangat penting, apa kau tahu apa yang mungkin akan di lakukan Akademi jika sampai kasus mu terbongkar keluar?"

"... aku tidak tahu."

"Mereka tidak akan membantumu mendapatkan keadilan, mereka hanya akan mengubur masalah ini jauh-jauh dan kau akan menderita tanpa ada yang tahu." Khun mencoba melihat reaksi Baam, jelas melihat bahwa Baam terkejut dan tak percaya padanya. "Nama baik Akademi sudah bertahan selama bertahun-tahun, mereka tidak akan membiarkannya rusak hanya karena seorang siswa yang keluarga nya sudah jatuh seperti mu."

"Itu,..." tatapan terluka melintas di mata emas itu.

"Aku hanya mengatakan fakta, kau tidak akan bisa mengelak darinya." Ujar Khun acuh, dia adalah orang yang tak berperasaan, dia bisa menjadi kejam dan mengabaikan semua hal bahkan saudaranya sendiri. Dia tidak pernah sekalipun merasa menyesal bahkan setelah apa yang menimpa Maria karena dia.

Tapi saat melihat mata emas bundar itu menatapnya dengan sinar yang sedih dan terluka, Khun tidak bisa untuk tidak mengakui bahwa dia memang merasa ada sedikit penyesalan di hatinya. Tidak, itu bahkan bukan sedikit.

Batuk pelan untuk membersihkan tenggorokannya, Khun kemudian memasang plester terakhir di luka samping wajah Baam yang terluka. "Aku tidak akan memaksa mu, tapi aku sarankan agar kau tidak hanya diam dan mau membuka mulut. Sekarang ini kau masih bisa mendapatkan hari-hari sekolah yang baik jika kau mau mendengarkan. Aku akan membantu."

Baam menundukkan kepalanya, tidak memberi satupun tanggapan selain diam. Khun menghela nafas, sepertinya dia terlalu keras, hal-hal seperti ini seharusnya dia biarkan saja Shibisu yang menyelesaikannya.

[BL] Thriller Academy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang