Chapter 6

18 8 1
                                    

Eliana baru pulang ke rumah tepat pukul dua belas malam. Ia berjalan gontai membuka pintu utama.

"Elin pulang" ucapnya lesu. Seperti biasanya rumahnya gelap gulita, Bi Ida sudah pulang dan mamanya sudah tidur. Namun saat ia melangkahkan kakinya menuju tangga, lampu yang tadinya mati kini menyala.

Menyalanya lampu dan suara Rida menghentikan langkah Eliana, ia berbalik ke belakang ke arah mamanya.

"Tahu sekarang jam berapa? Jadi jalang kamu pulang jam segini?" Rida melipat kedua tangannya di depan dada, menatap tajam ke arah Eliana.

"E-elin baru pulang kerja ma" jawab Eliana dengan menundukkan kepalanya. Ia sungguh takut mamanya kembali menyiksanya.

"Iya tahu, kerja jadi jalang kan? Kamu sudah rebut suami saya, JALANG SIALAN!!" Rida berjalan mendekat ke arah Eliana.

Sedangkan Eliana sudah menduga bahwa mamanya sedang tak baik-baik saja sekarang, mamanya pasti sakit saat mengingat kejadian-kejadian kelam tersebut.

Rida mencengkeram tangan Eliana dan menggeret Eliana menuju kamar mandi, lalu ia di hempaskan begitu saja ke lantai. Rida menghidupkan kran air dingin untuk mengguyur tubuh Eliana. Sungguh Eliana merasa sakit sekarang, ia sudah lelah bekerja dan sekarang mamanya memukulinya dengan rotan sambil mengguyur tubuhnya dengan air dingin yang terasa semakin dingin saat malam hari.

Seperti biasa Eliana tidak akan melawan, ia hanya menahan rasa sakit di tubuhnya dan menangis.

"Ma sudah ma! Elin sakit hiks hiks!" Eliana mencoba berbicara dengan mamanya meski mamanya tak menggubrisnya sama sekali.

"MANA BISA SAYA BERHENTI MENYIKSA KAMU KALAU KAMU YANG MEREBUT SUAMI SAYA!!!" teriak Rida di depan wajah Eliana, dan membuat Eliana memejamkan matanya.

"Sudah ma!! sakit hiks hiks, a-aku hiks anak mama hiks. Aku Elin ma, bukan dia" Eliana mencoba bangun dari duduknya.

Plakk

"Apa kamu bilang? Kamu anak saya? Anak saya cuma satu yaitu Eliana. Dan kamu!? kamu mengaku anak saya?. Memang gila kamu, setelah merebut suami saya kamu mengaku anak saya?!"

"Arrgghhh!!!" Rida melepaskan rotan yang di pegangnya lalu mengacak rambutnya frustasi. Setelah itu

Bruk, Rida jatuh pingsan.

Eliana masih dalam keadaan menangis dengan baju yang basah kuyup. Ia bangun dari duduknya dan memapah mamanya menuju kamar.

Setelah ia menidurkan mamanya di ranjang, Eliana duduk di tepi ranjang mamanya. Menatap mamanya penuh cinta. Meskipun ia selalu di siksa, tidak ada rasa benci sedikit pun di hatinya.

"Elin sayang mama, Elin tahu kok mama juga sebenarnya sayang sama Elin, cuma mama lagi sakit saja kan, makanya mama kayak tadi?" Eliana tersenyum penuh luka lalu mengecup kening mamanya lembut, lalu berjalan keluar kamar mamanya menuju kamarnya.

Setelah membuka pintu kamarnya Eliana langsung menuju kamar mandi, menanggalkan semua pakaiannya. Ia menatap tubuhnya di depan cermin, hampir di seluruh tubuhnya ada luka.

Ia menatap wajahnya sendiri di cermin, lalu tersenyum. "Gw kuat" ucapnya lalu berlalu untuk segera membersihkan tubuhnya dan mengobati luka lukanya.

Setelah dua puluh menit di kamar mandi, Eliana keluar dengan menggunakan tanktop dan juga hotpants, ia memakai pakaian seperti itu agar mudah mengobati tubuhnya. Ia segera mengolesi tubuhnya dengan minyak kayu putih agar tidak kedinginan, lalu ia lanjut dengan mengoleskan salep pada luka memar-memarnya. Setelah itu ia merangkak ke tengah ranjang dan merebahkan tubuhnya untuk menuju alam mimpi, mengingat ia besok masih harus ke sekolah.

ElianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang