Chapter 8

18 7 4
                                    

HAPPY READING!

HAPPY READING!!

HAPPY READING!!!

Perasaan itu muncul tanpa kita minta

Tanpa kita memilih

Bahkan tanpa kita tahu pada siapa

Terkadang kita bingung

Perasaan apakah itu sebenarnya

Perasaan yang membuat dunia kita terpusat padanya

Perasaan yang membuat kita merasakan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya

Entahlah, sangat sulit untuk mendeskripsikan perasaan itu

Eliana berjalan gontai di koridor, waktu istirahatnya ia gunakan untuk menemui kepala sekolah seperti janjinya kemarin.

Tok Tok Tok

"Permisi pak" Eliana membuka pintu.

"Masuk" Eliana mengangguk kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk. "Duduk" titah Rayan pada Eliana.

"Bagaimana? Kamu sudah memutuskan sesuatu?" tanya Rayan seraya menopang dagu dengan sebelah tangannya di atas meja.

Eliana menarik napas panjang kemudian mengangguk "sudah pak, saya sudah memikirkannya semalam. Saya mau membantu adik bapak saja, saya lebih butuh itu sekarang pak"

Rayan tersenyum, "pilihan yang tepat" gumamnya lirih.

"Bapak ngomong sesuatu?" Eliana bertanya ketika sedikit mendengar gumaman.

Rayan menggeleng, "tidak, oke berarti nanti kamu pulang sekolah langsung ke ruangan saya"

"Baik pak, saya permisi" Eliana menunduk sopan lalu berjalan keluar ruangan.

Kring Kring Kring

Bel masuk sudah berbunyi, Eliana segera melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Eliana duduk di bangkunya seraya mengeluarkan buku yang akan di pelajari, tanpa di sadari Alardo sudah duduk manis di sampingnya. Eliana yang merasa ada yang aneh pun lantas menoleh.

"Lah, napa lo di sini?" tanya Eliana.

"Pengen duduk depan" jawabnya acuh.

Eliana pun sama, ia hanya mengedikkan bahunya tak peduli, "mau di depan ya sana sama si cupu, sini mah belakang, dasar ogeb!" gumamnya pelan. Hal itu sudah di dengar oleh Alardo namun ia tidak peduli karena guru mata pelajaran kali ini sudah masuk ke dalam kelas.

Lagi dan lagi, Alardo merasa aneh dengan dirinya. Mengapa jika ia cuek dan dingin bersama Eliana jadi merasa bersalah? sungguh itu bukan dirinya. Tiba-tiba pusing menyerang kepalanya, pandangannya mulai kabur, sedikit demi sedikit menghilang lalu gelap. Ya dia pingsan.

Alardo membuka matanya yang sedikit berat, entah kenapa selalu seperti ini. Kepalanya terasa sakit saat mencoba mengingat sesuatu di masa kecilnya. Ia menoleh ke samping, hal pertama yang ia lihat adalah wajah damai Eliana yang tertidur dengan kepala bersandar menghadap ke arahnya. Tanpa ia sadari bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

"El?" panggil Alardo mencoba membangunkan Eliana.

"Ellll?" panggilnya sedikit keras karena sedari tadi yang ia panggil tidak memberikan respon apapun. Alardo menghela napas, ia sudah tak lagi memanggil Eliana. Ia memilih diam dan mengamati wajah damai Eliana yang pulas.

Dua jam berlalu, Alardo benar-benar merasa bosan, segala media sosial sudah ia jelajahi. Ia menoleh ketika mendengar suara Eliana.

"Eghhh" Eliana mengucek-ucek matanya, lalu ia menoleh pada Alardo.

ElianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang