07. Kehilangan....

118 20 14
                                    

🌷🌷🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷
🌷
🌷

"Kapan Lexa bisa pulang, Wid?"

Pertanyaan Axel membuat dokter wanita yang baru saja memeriksa Alexa mengalihkan atensinya pada pria itu. "Besok dia sudah boleh pulang, Xel" Jawab perempuan itu tersenyum. "Aku tahu Alexa pasti sudah tidak betah disini, dan juga anak-anak kalian pasti merindukan kalian"

Axel menghembuskan nafas pelan. Dia baru ingat tentang kedua anaknya yang dia titipkan pada Irisya, karena mau tidak mau dia harus berada di sisi Alexa selama istrinya di rumah sakit.

Setelah operasi karena keguguran yang dia alami, Alexa selalu terlihat murung, sedih dan itu semua membuat kondisi kesehatannya tidak stabil. Mau tidak mau, sang dokter, Widiana meminta agar membiarkan Alexa mendapat perawatan beberapa hari lagi di rumah sakit.

Sulit dipercaya memang, saat mereka sedang bahagia menunggu kehadiran anggota keluarga baru, tetapi takdir berkata lain.

Tentu saja Axel sebagai suami kecewa dan juga sedih, tapi dia tidak ingin menyalahkan siapapun. Mungkin memang harus begini jalannya, pikirnya saat itu.

Pasca operasi, ayah Axel memang turut serta ke rumah sakit, dan Axel juga tidak tahu apa alasannya. Dia tidak ingin membuka suara untuk menanyakan hal itu.

Tapi hanya hari itu saja. Hari-hari setelahnya, pemuda itu tidak lagi melihat batang hidung pria paruh baya itu. Entahlah, Axel juga tidak mau ambil pusing.

"Kita akan pulang besok, anak-anak pasti akan sangat senang" Ucap Axel duduk di bangku yang berada di samping ranjang Alexa yang tengah duduk termenung setelah Widiana sudah beranjak keluar, meninggalkan keduanya.

Ia tersenyum tipis menatap wajah sendu istrinya, lalu perlahan membawa kedua tangannya menggenggam tangan Alexa. Wanita itu mengalihkan atensinya pada Axel, masih tanpa ekspresi. "Kita kehilangan anak kita, Axel" Ucap Alexa berbisik.

"Tidak apa-apa" Balas Axel membawa satu tangannya mengelus lembut pipi Alexa sambil tersenyum. "Kau tidak boleh terus bersedih seperti ini. Kau membuatku takut" Dahinya berkerut dalam, menunjukan betapa khawatir dan takutnya dia mengingat saat Alexa menangis tanpa henti mengetahui kenyataan pahit tersebut.

"Maaf"

"Jangan minta maaf. Kau tidak salah apapun"

Axel menangkup wajah Alexa dan mendekatkan wajah mereka. Dengan sangat pelan ia mengecup dahi sang istri dengan penuh kelembutan dan rasa sayang.

"Semuanya akan baik-baik saja"

🌷🌷🌷

"Alexa!"

Suara Axel terdengar berkumandang di kediaman mewah keluarga Adrian.

Begitu mendapat info dari Irisya bahwa istri dan anak-anaknya dijemput oleh kakek mereka, atau Ayahnya, panik menyelimuti dirinya seketika dan ia pun meminta ijin pada atasannya untuk pulang saat itu juga.

"Alexa!"

"Ribut-ribut apa ini? Siapa yang berteriak itu?" Nenek Axel bertanya dari lantai atas rumah itu. Ia memicingkan matanya yang sudah kurang awas kepada cucunya. "Axel? Akhirnya kau kembali"

Axel membuang nafas kasar, "Aku tidak ada waktu, nek. Dimana Alexa dan anak-anakku?"

"Kenapa terburu-buru? Dia......"

"Axel?" Suara lembut seorang wanita paruh baya yang sangat ia rindukan, terdengar dari lantai atas rumah itu. Ibu Axel, bersama disampingnya berdiri seorang pria berjas dokter, Stefan, sahabatnya waktu kuliah dulu.

"Ibu...." Sorot mata Axel melembut saat menatap wajah sang ibu yang tersenyum hangat padanya. Stefan pun dengan sigap menuntun Nyonya Adrian menuruni tangga ke lantai bawah untuk menemui putranya. "Ibu? Ibu sudah baikan?" Tanya Axel pada ibunya saat keduanya sudah saling berhadapan.

Melihat kondisi ibunya yang akhirnya sehat kembali membuat dirinya bahagia dan langsung memeluk sang ibu. "Putraku, kau kembali. Kau sudah pulang, nak......"

Axel pun melonggarkan pelukannya dari sang ibu dan menatap manik wanita itu dengan raut wajah yang tidak bisa tergambarkan. Ia senang ibunya sudah kembali sehat seperti sedia kala, wajahnya sudah tidak sepucat saat terakhir kali ia datang untuk menengok. Wanita kesayangannya yang selalu tampak cantik baginya, sebelum istrinya.

"Tidak bu" Ibunya menatapnya bingung dan tidak mengerti. "Aku tidak pulang kesini, kalau itu maksud ibu" Axel pun membuang tatapannya ke bawah saat melirik wajah ibunya yang menyendu, "Aku hanya menjemput istri dan anak-anakku bu..... Maaf"

"Jangan meminta maaf, nak. Ibu paham, sangat paham" Jawab wanita itu sambil mengelus pelan rambut putranya yang dirasa sudah sangat lama ia melakukan hal itu pada Axel. Dia menatap putranya agak lama, menyadari kalau anaknya dirawat dengan baik oleh menantunya.

"Perempuan itu ada di ruang keluarga di taman belakang..... bersama ayahmu" Ujar sang nenek yang sedang menuruni tangga.

Rahang Axel mengeras mendengar bagaimana nenek nya itu memanggil istrinya. Terus saja seperti ini.... Entah sampai kapan si nenek akan berubah. Tapi saat menyadari perkataan barusan kalau Alexa sedang bersama ayahnya, Axel mulai tampak takut dan juga marah. Ya, mengingat hal-hal yang selalu membuat istrinya cemas sampai akhirnya kehilangan anak ketiga mereka....

🌷
🌷
🌷

TBC

05/08/2020

*Widiana

*Widiana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr. picture : Pinterest (owner)

~iamback~

⚘Nothing Ever Changes - BaekHera (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang