11 . sacrifice

7K 1K 213
                                    

――――――――――――――――――

ACOSADOR

――――――――――――――――――

chapter 11

[ aku bukan tipe penulis yang menyenangkan pembacanya, lebih mengutamakan feel daripada hal tersebut. ini tertuju kepada 'Mpreg' , dimana pembaca antusias ketika mendapati suatu cerita dengan plot tersebut, tanpa tahu maksud terselubung penulisnya.]

.

I need your support and criticism, so I hope you can give these things if you like my work, thank you.

.

Pandangan memuja Jeno terkunci pada objek favoritnya, wajah tidur Renjun. Mengingat semalam wajah yang indah ini merem melek menerima segala kenikmatan yang ia berikan.

Ngomong-ngomong mereka sudah berada di apartemen, apartemen Jeno tepatnya. Seperti dugaan Jeno tadi malam, kampus digegerkan dengan bekas seretan darah yang berasal dari jalan raya menuju laboratorium.

Dan berakhir menemukan tulang yang telah mengapung nyaris hancur karena cairan asam yang menggerogoti tulang itu. Polisi segera datang untuk mengecek tulang dan serpihan serpihan daging jenazah yang masih tersisa dan ditemukanlah DNA Hangyul tanpa DNA orang lain.

Jeno bermain bersih.

Cukup kaos tangan dan sepatunya yang dilapisi kaus kaki , itu takkan meninggalkan jejak. Entah pada krowbar maupun tubuh Hangyul sendiri. Kemudian ia membakar sarung tangan dan kakinya di api unggun.

Lagi pun tidak ada CCTV di gerbang Timur.

Perkemahan di bubarkan dari pukul 8 pagi dan Renjun sama sekali tidak terbangun atas keramaian yang terjadi. Ya , kalian tahu alasannya.

Belum puas Jeno menatap wajah itu, Renjun mengucek matanya memberi tanda bahwa ia akan terbangun.

"Morning." sapanya parau, khas orang bangun tidur. Kalian tahu betapa bahagianya Jeno ketika mendengar itu ? Inilah yang ia impikan dari dulu , bangun dari ranjang yang sama dan mendapatkan ucapan selamat pagi yang manis dari Renjun nya, kehidupan pasutri sekali.

"Morning too, babe. " Renjun memejamkan matanya ketika Jeno mengecup bibirnya sekilas.

"Kau berhutang satu cerita padaku, Renjun." Jeno bangun dari lesehannya yang disusul Renjun yang pelan-pelan mulai sadar.

"Apa?"

"Ceritakan apa yang terjadi saat kau bersama Hangyul. " Jeno menatap Renjun lamat-lamat meminta kejujuran di sana. Renjun yang awalnya masih terangguk-angguk langsung sadar sepenuhnya.

Tapi respon Renjun yang dapat Jeno tangkap hanyalah kekasihnya yang refleks menggigit pipi dalamnya hingga cekung.

"Kenapa sayang? Apa yang terjadi?" walaupun terdengar biasa saja tapi Renjun merasa didesak, ia tidak mungkin memberikan informasi ini kepada Jeno atau... nyawa seseorang akan terancam lagi, bahkan ketika orang itu tidak melakukan apapun.

"A-aku dan dia... Membicarakan suatu... Hal?" bahasa tubuhnya tidak bisa menyembunyikan kegugupannya , jarinya bergerak acak saling memijit.

Salah satu alis Jeno naik dan membuat Renjun gugup.

"Ceritakan dulu apa yang kau dengar dari alat ini. " Renjun menyentuh leher belakangnya, dimana alat sebesar biji beras itu bersarang di tubugnya beberapa hari ini.

ACOSADOR¦NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang