Ø6 . benign

9.9K 1.2K 574
                                    

Tiga hari berturut-turut Jeno rajin mendatangi apartemen Renjun hanya untuk mengobati luka di belakang leher anak itu agar cepat sembuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari berturut-turut Jeno rajin mendatangi apartemen Renjun hanya untuk mengobati luka di belakang leher anak itu agar cepat sembuh. Ia tidak akan membiarkan Renjun bangun dan merasakan sakit.

Sweet but psycho.

Saking niatnya Jeno bahkan membeli salep dari Jerman, yang di mana bisa menyembuhkan luka dengan cepat tanpa bekas. Dan sore ini adalah hari terakhirnya ia harus merawat Renjun, mungkin besok atau nanti malam Renjun akan bangun.

Tentu saja di saat terakhir seperti ini Jeno dan Camera nya telah siap untuk mengabadikan wajah manisnya.

70 foto telah ia potret dari berbagai sisi, Renjun merubah posisi tidur saja ia abadikan.

Begitu cintanya pemuda Lee ini pada si pemabuk Moomin, selama 3 hari itu juga bahkan pemuda Lee menemani Huang tidur. Tapi tak ada yang kelewat batas, mungkin hanya menganggur-anggur.

( Read: grepe grepe )

Ngomong-ngomong, Jeno tidak sabar untuk melihat binar mata yang ia agung-agungkan selama ini, dan yang paling Jeno nantikan adalah ketika mata Renjun terbuka dan ia akan menggoreskan namanya di lengan itu, meninggalkan bekas yang mungkin bertahan dan tidak akan hilang bertahun-tahun karena ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menggoresnya dengan dalam.

Memastikan jika ia tidak bisa bersama Renjun esoknya, maka Renjun akan tetap mengingat namanya.

Tenggorokannya tiba-tiba haus. Ia pun berinisiatif untuk pergi ke dapur apartemen Renjun dan membuat teh di sana.

Jeno berdiri dari duduknya, menuang air panas yang baru saja ia didihkan, sambil berfikir apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

Membawa Renjun kedekapannya? Haruskah ia menyingkirkan Mark dkk?

"Hhh, tunggu sebentar lagi saja. Harus kupersiap一Urghh!!!?" Jeno berbalik, melihat siapa yang baru saja menusuk pinggangnya dari belakang dengan dalam.

Jeno melihat si mungilnya menodong pisau yang ia berikan, matanya sembab, anak itu menangis. Belum lagi tangannya yang terus bergetar.

"Ah, sudah bangun? Sssh.." ringis Jeno memegang perut bagian pinggir, sambil berusaha tersenyum menatap Renjun. Meletakan teko yang berisikan didihan air.

"P-pergi.. jangan ganggu hiks aku, k-kumohon ..." lirihnya parau, astaga, Renjunnya imut sekali.

"Kenapa, heum?" tanya Jeno sambil menghempit tubuh Renjun diantara dirinya dan meja makan. Renjun memang takut, tapi tak berarti ia menjatuhkan pisaunya, justru Renjun menodongkan pisau itu tepat didepan wajah Jeno.

"K-kau jahat! K-kau melukaiku..."

Jeno mengangkat alis, "Itu karena aku mencintaimu一"

"Tidak! Kau tidak pernah mencintaiku! Ss-selama ini kau mengganggu diriku, merugikan aku一mmhh..."

ACOSADOR¦NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang