Ø7 . knit a deal

9.7K 1.2K 166
                                    

.

一一一一一一一一一一一一

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

一一一一一一一一一一一一

"Setuju."

"Setuju apanya?"

Renjun berdecak, "Aku setuju untuk selalu menurut padamu! Jadi, kembalikan jariku, oke?" desak Renjun memaksa, kedua tangannya telah dibalut perban hingga menyerupai kepompong oleh Jeno.

Jeno bukannya langsung menuruti keinginan Renjun malah berlutut didepan anak itu yang duduk di sofa, menatap Renjun remeh. "Untuk apa? Untuk kabur dari ku lagi?" tanyanya.

'Untuk menyelesaikan lukisan kak Mark yang belum selesai.'

"Untuk melakukan segala sesuatu. Aku tidak ingin disuapi tangan kotormu terus menerus, terlebih ketika kau mencuri kesempatan saat memandikanku." tutur Renjun sinis.

Jeno tersenyum hingga bulan sabit terbit dari matanya, "Aku tidak memiliki jari yang pas untuk tangan mungilmu, sejauh ini aku hanya 'mencari' jari dari para jalang dan pria tua mabuk. Bagaimana kalau kita ke suatu tempat?"

Renjun mengangkat alis, "Kemana? Jauh?"

"Kenapa? Takut temanmu tidak bisa mencari mu?"

"Ung! Bukan! Yasudah ayo!" Senyum tipis namun tulus terbit dari Jeno ketika Renjun merajuk.

Kemudian mereka merapikan pakaian masing-masing, Jeno tak lupa memakai masker dan topi hitamnya. Itu membuat Renjun bertanya-tanya.

"Kenapa pakai masker? Kau bahkan sudah menunjukkan wajah mu padaku." Jeno mengusak rambut Renjun dan tersenyum lagi dibalik maskernya.

"Aku menggunakan masker tidak bermaksud untuk menyembunyikan wajahku darimu, karena jika aku menyukai seseorang, maka aku akan terang-terangan menunjukkan sifat maupun wajahku." Perkataan itu ambigu, lalu Renjun bertanya lagi.

"Itu artinya kau menyembunyikan wajahmu dari seseorang?"

Jeno mengangguk .

"Siapa?"

Walau wajah Jeno hampir sepenuhnya tertutup, tapi Renjun tahu bahwa air muka orang di hadapannya ini sedang menggambarkan wajah orang yang tidak suka atau benci.

"Kau tak perlu tahu," ujar Jeno kemudian berjongkok di hadapan Renjun.

Baru saja Renjun akan bertanya tetapi seolah tahu, Jeno langsung menyela. "Naik atau aku tidak akan mengembalikan jari-jari mu." Dengan terpaksa Renjun menaiki punggung kokoh itu dan mengalungkan lengannya, mengunci pada leher jenjang sang dominan.

Lalu setelahnya apartemen Renjun kosong.

"Jen."

"Hm."

"Bukankah kita terlalu mencolok untuk menyembunyikan mu?"

Ah, benar. Laki-laki tinggi dengan keseluruhan tubuh berwarna hitam, menggunakan masker dan topi tanpa menunjukkan wajahnya , tengah menggendong lelaki mungil 一dengan tangan di perban 一di punggung. Mencolok memang.

ACOSADOR¦NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang