(3) Ache

245 26 13
                                    

Seohyun menatap hasil laboratorium biopsi di depan dokter. Ia sampai tidak bisa berkata apa-apa karena hasilnya tidak sesuai harapan.

"Apa mungkin hasilnya tertukar?" Seohyun mencoba memastikan kembali.

"Bagaimana mungkin bisa tertukar? Gejalanya sama. Ada benjolan di lenganmu, dan kau juga susah mengatur gerakan. Jika kau ragu, kau bisa mendaftar lagi untuk tes kembali atau kau bisa memeriksanya di rumah sakit lain."

Rhabdomyosarcoma,

Seohyun membacanya berulang kali. Kemudian beralih pada hasil X-ray di bagian leher sampai perut termasuk lengan, yang memperlihatkan ada benjolan.

"Kau bisa mendaftar untuk dilakukan kemoterapi. Dilakukan selama 3 minggu sekali. Tapi sebelumnya, tumor itu harus segera diangkat dengan operasi pembedahan."

"Tidak mungkin." Lirih Seohyun.

"Tidak apa, selama kau rutin melakukan pengobatan, kau pasti bisa sembuh." Seohyun hanya mengangguk. Lantas ia berdiri dan keluar dari ruangan dokter itu.

Melangkah gontai. Terpikir masa depan. Bagaimana jika dirinya mati? Apa harus secepat ini?

Firasat Seohyun memang benar. Selama ini, dirinya begitu takut hanya untuk pergi ke rumah sakit. Dan semuanya terbukti ketika pada akhirnya Seohyun memberanikan diri untuk memeriksakannya.

Ketakutannya semakin bertambah ketika mendengar penjelasan dari dokter itu.

Ia sudah tidak lagi kuat berjalan. Mendudukkan dirinya di kursi tunggu rumah sakit. Air matanya turun begitu saja. Dadanya sesak. Potret-potret Daniel, terngiang di kepalanya.

Daniel-nya masih sangat kecil. Bagaimana bisa Seohyun meninggalkannya? Ia tidak tega.

"Seohyun?"

Seohyun yang semula menunduk, seketika mendongakkan kepalanya. Ia langsung membulatkan mata ketika tahu siapa yang memanggilnya.

Dia adalah Kim Young-al, ibunya Seohyun. Orang yang paling disegani Seohyun. Yang tidak suka melihat Seohyun menderita.

"Ibu?"

Seohyun buru-buru menghapus air matanya. Kemudian langsung tersenyum. Menyembunyikan lembaran hasil lab nya di belakang punggungnya.

"Kau menangis?"

"Apa yang ibu lakukan disini?"

"Jawab aku! Apa kau menangis?"

"Kenapa kau ada di rumah sakit? Apa kau disakiti oleh pria itu? Ibu sudah punya perasangka buruk pada suamimu. Kau tidak bahagia kan?"

"Tidak ibu."

"Lantas apa?!"

Seohyun menelan ludahnya. Sangat tidak mungkin jika dirinya mengatakan sakit yang ia derita.

"Kau sakit?"

"Duduklah dulu ibu, akan kujelaskan semuanya."

Young-al menurut. Duduk disebelah Seohyun.

"Apa yang ingin kau jelaskan? Pulang saja ke rumah jika kau tidak bahagia. Setiap hari aku memikirkanmu,"

"Ibu dengarkan aku dulu."

Ibunya mengalah. Kemudian menghela nafas panjang.

"Ini tidak seperti yang ibu fikirkan. Aku bahagia. Sangat bahagia. Apalagi bersama Daniel, aku bahagia ibu."

"Aku menangis karena, aku belum bisa memberikan adik untuk Daniel. Ya, aku sedih karena hal itu."

Gila. Sangat gila. Itu adalah ide terburuk bagi Seohyun. Tapi Seohyun tidak lagi punya pilihan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIVORCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang