G.4

5.6K 1K 106
                                    



Sorry for typo(s)






Saat tubuhnya diangkat oleh seseorang, Jaemin masih bertahan untuk memejamkan mata. Alat pendengarnya masih terpasang di telinga, suara-suara dari para polisi dan lenguhan orang-orang yang kesakitan terdengar jelas.




"Jaemin!"




Tubuhnya sedikit tersentak ketika mendengar suara sang ibu, ia ingin membuka mata. Namun, sebelum pergi dari lokasi, Jaemin tidak bisa melakukannya. Posisinya beralih pada sebuah brankar yang mungkin telah berada di dalam ambulans.



"Aku ingin ikut! Dia putraku!"



Terdengar suara keras yang dilakukan oleh sang ibu untuk memasuki ambulans. Jemarinya digenggam, Jaemin merasakan tangan beliau yang bergemetar ketakutan.



Selama perjalanan, yang didengarnya hanyalah tangisan sang ibu. Ingin sekali Jaemin menenangkan beliau, tetapi salah satu perawat di sana telah melakukan terlebih dahulu.



"Anak Nyonya mungkin hanya syok, tidak ada luka serius pada tubuhnya."




Tentu saja terkejut, bertemu dengan sang kakak yang bertahun-tahun menghilang tanpa jejak dan meninggalkannya di keluarga asing.







***




Tidak seratus persen Jaemin bisa meninggalkan rumah sakit dengan mudah, sebelum pergi salah satu petugas di sana menahan dirinya dan sang ibu. Belum lagi Haechan yang justru semangat mengikuti kesaksian ini padahal dirinya sama sekali tidak terlibat.




Sekitar tigapuluh menit kemudian, pintu ruangan terbuka. Jaemin yang sedang duduk sembari menggenggam tangan sang ibu di sana. Langkah sepatu terdengar mendekati dan karena keadaannya seperti ini, berbohong jauh lebih mudah seperti yang diperintahkan oleh kakaknya.




"Selamat siang. Saya Detektif Ahn, senang melihat bahwa Nyonya dan putra Anda baik-baik saja."



"Terima kasih, Detektif."



"Apa yang terjadi, Detektif? Perampokan, ya? Tapi kenapa pelakunya justru terluka semua?"




"Haechan!"



Bibir Jaemin terukir mendengar pertanyaan antusias kakak angkatnya tersebut, tetapi tampaknya situasi memang sangat serius kali ini. Sang detektif saja hanya berdeham menanggapi.



Dengan berusaha keras, Jaemin menenangkan diri. Pertanyaan apa yang akan didapatkannya nanti membuatnya khawatir jika mengatakan sesuatu yang aneh dan menjurus pada kemunculan sang kakak.




"Tadi saya sudah melakukan pertanyaan pada Nyonya Kwon, terima kasih atas kerja sama Anda."



Kalimat sang detektif berhenti sejenak, Jaemin bisa merasakan bahwa sekarang adalah gilirannya. Bibir bawah itu digigit karena gugup.




"Namanya Jaemin, ya?"



Sentuhan pada lengan membuat Jaemin sedikit tersentak, tetapi ia berhasil menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan tersebut.



"Maaf, jika pertanyaan ini nanti sedikit menyinggung perasaanmu. Apakah mendengar sesuatu di sana? Selain suara tembakan?"



Dengan perlahan, ia menggelengkan kepala, "A-aku keluar karena mendengar suara teriakan seperti Ibu ke-kemudian tembakan da-dan saat berjalan a-ada seseorang yang menahanku."




Gacaliye✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang