Sorry for typo(s)
Minggu memang menjadi hari yang paling tepat untuk menyegarkan pikiran dengan berjalan-jalan atau menghabiskan waktu untuk diri sendiri, tetapi hal tersebut tak berlaku bagi seorang siswa seperti Haechan yang suka menunda mengerjakan tugas-tugasnya. Berakhir dengan keluhan yang dilontarkan karena suasana sangat gaduh ketika tetangga sebelah memilih untuk merenovasi rumah.
Maka dari itu, ia memohon pada sang Ibu supaya mengijinkannya keluar untuk beralih ke sebuah kafe yang menjadi tempat andalan teman-temannya juga saat tak ingin mengerjakan tugas di rumah.
"Jauh, tidak? Ibu antar saja, nanti kalau sudah selesai Ibu jemput lagi."
"Aih! Tidak usah, Ibu. Tugas Ibu juga menumpuk itu, nanti jam empat sore aku pulang!" ada jeda sejenak di sana Jaemin mendengar. Ia masih berdiri di ambang pintu menunggu sang kakak.
"Ya sudah, hati-hati. Jangan terlibat apapun ya, Haechan."
"Siap, Ibu Negara!"
Setelahnya, jemari Jaemin digenggam oleh sang kakak untuk keluar dari rumah. Dengan menggunakan sepeda, mereka menyusuri jalanan, sesekali Haechan bernyanyi sampai membuat adiknya tertawa karena nada suara tinggi yang dicapai.
Mungkin sekarang, mereka menjadi pusat perhatian. Namun, dengan keadaan Jaemin dan Haechan yang tak peduli ini sangat menyenangkan.
"Di sana itu nyaman sekali, Jaemin! Kopinya juga enak, nanti kau bisa request musik juga," celoteh sang kakak sembari mengayuh sepeda.
Di belakang, Jaemin melingkarkan lengannya pada perut sang kakak hanya tertawa menanggapi, "Iya, aku ingin minum kopi saja, Haechan."
Setelah beberapa menit perjalanan, Jaemin merasa laju sepeda mereka berhenti. Dengan dituntun oleh Haechan, ia turun kemudian berjalan. Suara lonceng terdengar, tidak seperti restoran pada umumnya yang ada ucapan selamat datang. Alunan musik yang pelan memenuhi kafe tersebut dan sayup-sayup didengar percakapan para pengunjung di sana.
Jemari Jaemin menyentuh sebuah meja yang terbuat dari kayu dan merabanya sejenak, "Awas!" tubuhnya tersentak kala merasakan pergelangan tangannya dipegang oleh Haechan.
"Ada tanaman bunga di setiap atas meja, aku dulu pernah merusaknya. Manager di sini galak!" bisik Haechan di sana yang membuat Jaemin gugup dan menjaga tangannya untuk tidak melakukan apapun.
Duduk diam, Jaemin menautkan jemarinya di bawah meja. Sampai ia mendengar seseorang memanggil nama Haechan dengan ramah.
"Loh, Hyung di sini? Tumben?" tanya Haechan di sana.
"Aku mampir saja tadi, sekalian mengecek pendapatan satu bulan terakhir."
Suara laki-laki menyahuti, dari tempatnya Jaemin hanya menyunggingkan senyum tanpa tahu apakah dia dilihat atau tidak.
"Oh, kenalkan dia adikku, Hyung! Namanya Jaemin."
Ada jeda sejenak di sana, Jaemin mencoba mengulurkan tangan dan dibantu oleh sang kakak untuk mengarahkannya. Sentuhan itu terjadi, ia masih menyunggingkan senyum untuk terlihat sopan di sana.
"Jaemin, Hyung."
"Mark, Lee Mark. Nice to meet you, Jaemin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gacaliye✓
FanfictionSetiap orang memiliki kekurangan. Setiap orang memiliki kelebihan. Setiap orang itu unik. Mereka masih sama, hanya saja cara hidupnya yang berbeda. ©piyelur, Juli 2020.