Sorry for typo(s)
Sekitar satu jam perjalanan, Jaehyun menempuhnya dan berakhir pada bangunan tua yang tidak terawat. Rumput-rumput yang sudah meninggi hampir menutupi rumah mewah tersebut. Maniknya mengamati daerah sekitar, dulu mereka tinggal jauh dari kawasan ramai. Semua masih tampak sama dalam ingatan termasuk bekas garis polisi yang lusuh.
Kilas balik kenangan seakan ditampilkan begitu saja kala kakinya menginjak tanah yang menjadi tempat tinggal sejak dari lahir, Jaehyun merasakan dejavu berkali-kali di sana. Semua kenangan manis dan indah berakhir oleh tragis dengan adanya kematian yang terjadi.
Maniknya terpejam, mencoba menarik kembali pada ingatan masa lalu.
"Di taman belakang, Jaemin kan tidak boleh bermain di depan, Hyung."
Tangan Jaehyun terulur menyingkirkan rumput-rumput liar yang menghalangi jalannya, taman belakang yang menjadi tempat bermain adiknya serta koleksi tanaman sang Ibu.
"Di sana kan luas, Jaemin! Mana bisa Hyung menemukannya? Coba berikan satu petunjuk."
"Harum!"
Kening Jaehyun berkerut dan langkahnya berhenti di tengah taman belakang rumah. Tubuh itu memutar mencari lokasi tanaman bunga milik sang ibu dulu. Kepalanya mendongak ke atas pada balkon, tempat di mana ia mengobrol dengan Jaemin dulu.
Dengan berusaha keras, ia mengingat posisi bunga-bunga itu ditanam. Jaehyun berjalan menuju pada pohon besar yang sudah mati itu, tangannya bergerak menyingkirkan ranting-ranting yang cukup besar di sana.
Bisa dilihat ada beberapa pot bunga yang sudah hancur, Jaehyun menyingkirkannya dan menyentuh tanah. Keningnya berkerut merasakan sesuatu yang keras di sana, segera ia gali dengan tangan.
Earpiece-nya berbunyi tak membuat Jaehyun menghentikan aksi penggalian.
"Aku tidak tahu apakah ini kabar buruk atau bukan, tapi aku tahu siapa pelaku di restoran kemarin. Kau tahu? Hari ini aku tidak tidur -
- simpan ceritamu itu untuk nanti. Siapa pelakunya, Bi?"
Helaan napas panjang berhembus ketika Jaehyun bisa melihat kotak hitam di sana, senyumnya mengembang kemudian menarik benda yang cukup berat tersebut ke permukaan. Lebih baik baju dan celananya kotor di tanah tersebut, karena terlalu beresiko jika tadi mengajak Jaemin untuk mencari tahu lokasi ini.
"Sang pelaku seharusnya sudah tewas pada kecelakaan mobil lima tahun yang lalu."
Kening Jaehyun berkerut, terduduk di tanah tersebut dengan tatapan terkejut, "Maksudnya?"
"Aku berhasil menangkap wajah pelaku yang menyamar menjadi pelayan kemarin. Saat membantu pelayan lain yang kau jatuhkan, dia menancapkan benda tersebut dengan suatu alat. Identitas anak itu muncul sekaligus berita kematiannya yang mana justru tidak terungkap di media. Aksi pembunuhannya baru dilakukan dua kali dengan cara yang sama, dia pintar tidak meninggalkan jejak yang menuju pada dirinya."
"Kau bilang anak? Dia masih muda?"
"Baru menginjak usia dua puluh pada tahun kemarin. Dalam kecelakaan tersebut, dua orang anak tewas termasuk si pelaku itu. Lima bulan kemarin, orang tua anak itu tewas dengan cara yang sama dengan target kemarin. Dan sialnya, target itu juga memiliki hubungan dengan keluarga si pelaku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gacaliye✓
FanfictionSetiap orang memiliki kekurangan. Setiap orang memiliki kelebihan. Setiap orang itu unik. Mereka masih sama, hanya saja cara hidupnya yang berbeda. ©piyelur, Juli 2020.