Sorry for typo(s)
Sejak hari itu, Jaemin tidak menyukai hari ulang tahunnya. Di mana ia harus kehilangan kedua orang tua sekaligus berpisah dengan kakaknya.
Entah bagaimana anak itu berakhir di rumah sakit dengan perban melingkar pada kepala, maniknya terpejam merasakan sakit pada kedua telinganya. Jaemin menangis meraung-raung karena tidak bisa mendengar apapun padahal sudah jelas ia menyentuh kemudian menjatuhkan gelas yang dirabanya pada nakas kecil.
Berteriak sekeras mungkin memanggil Ayah, Ibu dan kakaknya. Namun, tak ada yang mendekat. Sampai kedua lengan Jaemin seakan ditekan di atas ranjang dan tubuhnya lemas lalu kembali tak sadarkan diri.
Keesokan harinya, Jaemin bangun dengan keadaan yang lebih tenang. Walaupun sering ia masih menangis. Ada sebuah tangan yang menyentuhnya untuk menenangkan, tetapi anak itu seakan tak mempedulikannya.
Saat itu juga, ia menyesal kenapa tidak sekalian saja nyawanya dicabut. Jaemin sudah kehilangan penglihatan lalu ditambah dengan pendengarannya juga.
Fakta bahwa Jaehyun tak ada di sana semakin membuatnya terpuruk, apakah dia sudah sendirian di dunia ini?
Setelah beberapa hari di rumah sakit, Jaemin mendapat alat pendengar untuk memudahkan berkomunikasi di sana. Segala pertanyaan dari seorang psikolog tak dijawab olehnya.
Karena Jaemin sama sekali tak membuka mulutnya, sang dokter tiba-tiba memanggil seseorang. Dia tidak tahu siapa wanita yang menghampirinya ke kamar, satu kalimat yang berhasil membuat anak itu bersuara.
"Suamiku yang menyelamatkanmu, dia salah satu polisi yang bertugas patroli lalu menemukan kau pingsan di tepi jalan dengan luka di kepala."
Tubuh Jaemin bergerak dari ranjang sampai membuat dirinya hampir terjatuh, tetapi ada sebuah lengan kecil juga yang menahannya di sana.
"A-aku?" tangannya mencengkeram lengan yang memegang tubuh Jaemin di sana, "Di-di mana Hyung?"
"Kau hanya sendirian di jalanan itu, Nak."
Ketidaktahuan Jaemin dalam hidupnya sendiri membuat anak itu frustasi, ia sudah tahu bahwa kedua orangnya mungkin telah tiada. Orang-orang jahat kemarin sudah menghabisi siapapun yang menyelamatkan dirinya dan Jaehyun.
Sang kakak membiarkan dirinya ditolong orang membuat Jaemin marah, dia tidak ingin ditinggal sendirian seperti ini.
"Menangis saja, aku peluk ya?"
Suara anak kecil di sana membuat pertahanan Jaemin runtuh, lengan pendek itu memeluk tubuhnya yang bergetar menangis.
***
Jika kematian sepuluh tahun untuk dirinya datang, mungkin Jaemin akan siap. Namun, untuk saat ini justru ia tidak ingin meninggalkan dunia ini secara tiba-tiba. Pikirannya langsung tertuju pada Yuri dan Haechan yang selama ini telah membangkitkannya dari keterpurukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gacaliye✓
FanfictionSetiap orang memiliki kekurangan. Setiap orang memiliki kelebihan. Setiap orang itu unik. Mereka masih sama, hanya saja cara hidupnya yang berbeda. ©piyelur, Juli 2020.