Sorry for typo(s)
Berdiam diri dalam mobil tak membuat kepanikan Jaemin mereda, kedua tangan itu bertaut dengan gugup. Maniknya melirik pada sosok laki-laki jangkung yang duduk di depan kemudi dengan kedua pistol pada masing-masing tangannya.
Kepala Jaemin tertunduk ketika menyadari teman dari sang kakak itu menoleh pada dirinya, ia berbalik menatap si bungsu Choi sembari menyunggingkan senyum.
"Tenang, Jaemin. Semua akan baik-baik saja," ujarnya.
Namun, anak itu hanya menggelengkan kepala. Perasaannya tidak tenang saat ini. Melihat keadaan adik dari temannya, Johnny menekan satu tombol pada alat yang berada di dashboard mobil.
Kedua tangan Jaemin sontak terangkat ketika suara tembakan terdengar dari alat tersebut, bagaimana suara teriakan Jaehyun pada Mark dan Jeno juga tercampur di sana. Setelahnya, Johnny kembali mematikan saluran tersebut ketika melihat raut wajah yang ketakutan dari si bungsu Choi.
"Sengaja tidak kunyalakan, Jaehyun sudah cerita kalau kau trauma dengan suara seperti itu," jelas laki-laki jangkung tersebut.
Kedua tangan Jaemin mengusap wajah dengan diikuti helaan napas panjang, tubuhnya bersandar pada kursi sembari menatap jendela ke arah luar. Mobil mereka berhenti di sebuah gedung yang seperti akan dibangun, tumpukan kayu dan pasir mengelilingi mereka.
Pandangannya kembali pada Johnny yang masih mengamati keadaan sekitar. Jika diam seperti ini membuat Jaemin takut, ia memilih untuk membuka suara guna mencairkan suasana sedikit.
Dehamannya menarik perhatian laki-laki jangkung tersebut sampai menoleh.
"Johnny Hyung sudah lama berteman dengan Jaehyun Hyung?
Pertanyaan tersebut terlontar tiba-tiba membuat kening laki-laki itu berkerut seakan mencoba mengingatnya kembali, kepala Johnny terangguk mengiyakan, "Delapan tahun mungkin, termasuk pelatihan. Kalau pekerjaan kami, baru berjalan dua hampir tiga tahun," jelasnya.
Namun, penjelasan tersebut belum membuat Jaemin puas. Tubuhnya miring menghadap pada laki-laki jangkung itu sembari meletakkan dagunya di lutut yang diangkat ke atas kursi.
"Apa pekerjaan kalian?"
Sejenak, Johnny tampak berpikir. Deskripsi pekerjaan mereka membutuhkan kalimat yang tepat supaya tidak membuat si bungsu Choi salah paham. Walaupun nyatanya memang mereka melakukan tindakan ilegal.
Dengan situasi yang dialami oleh Jaehyun kala itu tidak memungkinkan untuk menjalani kehidupan normal. Seakan kehadiran mereka menjadi bom yang sulit dijinakkan bagi para musuh.
"Seseorang meminta bantuan, kami melakukannya kemudian mendapatkan bayaran. Tidak peduli dampak yang terkena pada orang lain, yang terpenting klien kami merasa puas."
"Sekalipun itu nyawa kalian sendiri?"
Seulas senyum terukir di bibir Johnny, melirik sekilas pada si bungsu Choi di sana, "Tapi, kami tak sebodoh itu, Jaemin."
Bibir Jaemin mengerucut, kepalanya terangguk paham atas pernyataan laki-laki tersebut. Tubuhnya kembali menghadap ke depan sembari menghela napas panjang. Masing-masing mereka memiliki kesulitan hidup, sampai sekarang masih menghirup udara adalah pencapaian yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gacaliye✓
FanfictionSetiap orang memiliki kekurangan. Setiap orang memiliki kelebihan. Setiap orang itu unik. Mereka masih sama, hanya saja cara hidupnya yang berbeda. ©piyelur, Juli 2020.