11. Penyelamatan

68 6 12
                                    

Ketika kamu memaafkan orang lain, kamu memulihkan dua hati sekaligus. Satu hati untuk dia yang meminta maaf, satu lagi untuk kamu yang rela memaafkan.
—Princess in the theater (Daud antonious)

"Kita mau kemana?" Lentera meneguk ludah dengan susah payah. Dibonceng oleh Mars seperti akan digiring menuju akhirat. Tadi dia bilang ke kayangan? Mana ada! Boro-boro, kayangan kan surga. Ini lebih mirip dibawa menuju neraka. Tapi, surga dan neraka sama-sama di akhirat kan?

Sepanjang perjalanan, Lentera terus berperang dengan logika dan hatinya. Logika lebih mengutamakan keselamatan, tapi hati malah bersorak ria karena menganggap 'diselamatkan' oleh cowok ini.

"Rumah Lo dimana?" Mars sedikit meninggikan intonasinya karena bising kendaraan.

"Jangan!" Tukas Lentera. Mira ada di rumah, bisa dimarahi Lentera karena bolos syuting. Apalagi bersama orang yang mungkin Mira tak kenal.

"Terus kemana?"

"Ya... Gak tahu." Kepala gadis itu tertunduk. Wajahnya tertutupi pelindung kepala, matanya terlihat sendu. Seolah iris coklat terang itu memiliki beban yang berusaha untuk ia sembunyikan. Tak apa, Mars tidak mungkin melihatnya. Dan yang Lentera tidak tahu, Mars sedang mengamatinya dari kaca spion.

"Eh, Lo izin dulu deh sama Rama." Bagaimanapun, Lentera masih berstatus sebagai pacar Rama. Dan 'menculik' Lentera tanpa sepengetahuannya tentu membuat Mars merasa bersalah.

"Gue kira Lo gak suka gosip, Mars." Kepala Lentera yang semula terangkat kini kembali menunduk.

Mars merasa serba salah. Tak mungkin dia mengaku menonton acara gosip hanya untuk melihat cewek ini. "Ya, pokoknya izin dulu. Nanti dia nyariin, kasihan."

"Gak papa Mars, Rama gak bakal nyariin kok."

"Terserah sih, tapi gue gak mau dianggap sebagai orang ketiga di hubungan kalian!"

Lentera tertawa pelan, "Gimana mau jadi orang ketiga kalau..." Ucapannya terhenti. Tawa nya juga perlahan memudar.

"Kalau apa?" Mars membelokkan motornya, setelah itu menginjak rem, lalu turun dari motor.

Lentera menggeleng, memilih tidak melanjutkan ucapannya tadi.

"Gue gak suka ya, sama orang yang kalau ngomong gak diterusin." Celetuk Mars. Cowok itu menepuk-nepuk bagian jaketnya yang terkena debu di jalan.

Tangan Lentera refleks terangkat untuk membantu Mars. Namun sebuah pikiran menghentikannya, Yakin Lo bersihin bulu serigala? Lentera tertawa karenanya.

"Apa?!" Mars terlihat santai, tapi sepertinya tanda seru selalu nyempil di belakang setiap perkataan Mars.

Lengan Lentera yang terlanjur terangkat, lebih di condong kan ke hadapan Mars. Berpura-pura ingin menjabat tangan. "Makasih udah nyelamatin gue hari ini." Gigi rapinya terlihat kala gadis itu tersenyum, apalagi lesung yang menekuk di sebelah pipinya.

Mars mengalihkan pandangan sekejap. Tangan Lentera yang terjulur di tepuk pelan. "Gak usah alay," Kini cowok itu mengambil topi dari Tote bag yang tadi digunakan untuk menyimpan kostum penyamaran Lentera. Setelah itu, memakaikannya pada Lentera.

Lentera bersungut-sungut karena rambutnya yang di kuncir kuda memakai pita menjadi kusut karena Mars. Setelah merapikan rambutnya, Mars kembali menarik Lentera memasuki kios pedagang kerang. "Jangan lelet!"

_o0o_

Melihat keramaian di dalam kios pedagang, Lentera menyembunyikan wajahnya dibalik lembaran majalah. Takut dikenali.

Princess In The Theater [ ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang