12. Tentang Ayra

37 6 9
                                    

Mars mengantar Lentera pada sebuah tempat. Hari sudah menjelang sore, bukannya meminta pulang, gadis itu malah memintanya untuk mengantar pada tempat yang menurut Mars, aneh.

Mars diam saja, sepanjang jalan hanya terdengar suara motor dan angin yang menerpa pohon-pohon tinggi ditepi jalan.

Hingga saat sampai, kening cowok itu mengerut. Lentera memimpin jalan, hingga langkahnya terhenti didepan sebuah gundukan tanah. Mata coklatnya memandang sendu sebuah nisan dengan nama 'Ayra Jovanka Carissa'.

Sedangkan Mars ikut berjongkok ketika Lentera mulai menekuk lututnya. Gadis itu tak banyak bicara, mencabut rumput-rumput, diam, setelah itu berdoa.

Hingga tiba-tiba Mira datang, memanggil nama Lentera dengan keras. Tangannya ditarik kasar, dan yang membuat Mars semakin heran, Mira membicarakan soal berobat.

Mars berada di kamarnya. Duduk didepan monitor dengan layar penuh tugas karya ilmiah. Matanya menatap monitor, tapi otaknya memikirkan kejadian sore tadi. Saat Lentera menatap nisan dengan nama Ayra, dan mama Lentera yang tiba-tiba datang membawanya pergi dengan alasan 'Berobat'?

Bibirnya mengeluarkan suara napas panjang, mulai menekuk wajah. Apakah dia harus menyesal karena tidak pernah nonton gosip? Karena mendadak ingin tahu tentang Lentera. Apa urusannya sama gue sih! Meski beberapa kali telah menyangkal, Mars tak bisa menahan jarinya untuk mengetuk logo browser dari laptop.

Hal pertama yang dicarinya adalah 'Ayra Lentera'. Tidak ada yang berbeda, hanya berisi artikel tentang Lentera dari beberapa situs web. Lalu jemarinya kembali menekan keyboard, kali ini Mars menelusuri 'Ayra Jovanka Carissa'.

Tapi, tidak ada situs web yang memuat tentang nama itu. Setelah hampir tidak ada situs web yang memuat tentang Ayra Jovanka Carissa, Mars menemukan sebuah situs yang berbeda dari yang lain.

'Apakah Ayra Lentera anak tunggal?'

Terlihat dari topiknya, menurut Mars itu tidak penting bagi masyarakat. Semua orang jelas tahu bahwa Lentera adalah anak tunggal. Tapi, Mars menekan situs web itu. Barangkali ada pentunjuk, bukan?

Ting!

Perhatian Mars kini beralih pada ponsel. Yang pertama dilihatnya adalah gelembung chat dari sebuah nomor WhatsApp. Lentera. Ya, nyatanya Mars menyimpan nomor gadis itu.

Lentera:
'Hai Mars, save no gue ya?:b'

Cowok itu menelan ludah. Entah kenapa, hal yang dilakukan oleh Lentera selalu membuatnya gugup. Berpikir keras. Gadis itu terlalu banyak teka-teki.

Lentera:
'Terimakasih, untuk hari ini:)'

Otak Mars tak mampu berpikir cepat. Yang dilakukannya hanya menatap kontak Lentera dengan dua pesan. Dan yang bisa dia lakukan kali ini, hanyalah membalas pesannya dengan menanyakan keadaan Lentera.

Marsndra:
'Lo kenapa?'

Tak ada balasan. Mata Mars kembali terfokus pada layar monitor. Membaca artikel yang memuat tentang Lentera.

'Tidak sedikit masyarakat yang tidak akan peduli dengan artikel ini. Ini hanyalah artikel yang tidak penting bagi semua orang. Iya, saya tahu. Semua orang juga pasti tahu bahwa artis muda bernama Ayra Lentera memanglah anak tunggal. Tapi, menurut saya tidak. Saya mengumpulkan beberapa bukti, tapi tetap, ini bukti yang buram. Bukti yang bisa di sebut tidak diketahui kebenarannya.

Ya, waktu itu saya sedang menunggu ibu saya berobat di salah satu rumah sakit. Saya bermain ponsel agar tidak terlalu bosan, tapi tanpa sengaja seseorang menyenggol tanganku. Dia minta maaf, suaranya begitu lembut, tapi seperti sedang menahan tangis. Aku mendongak, kulihat mata caramelnya begitu sama persis dengan milik Ayra Lentera. Gadis itu memakai masker hitam, terburu-buru menuju satu ruangan. Diam-diam aku mengikutinya, gadis itu masuk dengan mata yang bercucuran air. Pintu ruangan tertutup, tapi aku bisa melihat semua kejadian didalamnya melalu jendela buram.

Aku memotretnya, sekalian merekam video didalam ruangan itu. Terdengar suara tangis yang begitu hebat, sang gadis menyebut nama 'Ayra' terus menerus. Aku semakin penasaran. Apalagi ketika gadis itu mengucapkan bahwa 'Kakak ku belum meninggal. Dia tidak pernah meninggalkanku.' Hei, apa maksudnya?

Ketika gadis itu berlari mengikuti para suster yang membawa sebuah jenazah menuju kamar jenazah, aku menghampiri sang dokter. Masih dengan ponsel yang merekam. Aku bertanya, siapa dia? Dokter hanya menjawab, 'Ayra Jovanka Carissa. Gadis malang yang mengalami kecelakaan.'

*Video

Mungkin, hanya itu yang bisa aku jadikan bukti. Entahlah, aku juga merasa ini hanya kekonyolan ku. Terserah kalian yang membaca website ini untuk percaya atau tidak.'

Dan menurutnya, kali ini Mars yakin bahwa inilah alasan mengapa Lentera tak suka di panggil Ayra.

Lentera:
'Gue suka drama Mars'

_o0o_

Bel istirahat sudah berbunyi. Mars menyenderkan punggungnya pada dinding luar kelas. Dengan tangan menyilang di depan dada, cowok itu memperhatikan air hujan yang turun dari genteng sekolah.

Lalu terdengar suara langkah sepatu yang mendekat. Sontak matanya menatap sang pemilik asal suara. Kening Mars berkerut. "Ngapain lo ke kelas gue?"

Lentera dengan tangan memeluk tas berwarna hijau nya melirik Mars dengan sinis. "Gak usah kepedean deh," seperti biasa, Lentera berani pada serigala ini jika ada orang di sekitarnya. "Lo tahu kan kelas gue satu lorong sama kelas lo?"

"Gue kira SMA kita gak buka kelas sore deh. Lo baru dateng?" Mars tak mau kalah.

Lentera menggigit bibirnya, menghentakkan kaki dan berlalu di hadapan Mars. "Bodo, bye!"

"Eh tunggu," tangan Mars menahan bahu Lentera. Lantas meletakkan sesuatu pada genggaman Lentera. "Di buka, di baca! Setiap hari lo baca skenario kan? Gak mungkin baca ginian aja gak bisa. Tapi bacanya nanti."

"Apaan ini?" Lentera tetap mencoba mengintip, tapi Mars menahannya.

"Nan-ti! Lo denger?"

"Iya tapi ini apaan?"

"Tagihan kemarin makan kerang. Jangan di pikir kemarin gue traktir lo ya!" Mars membalikkan badannya. Memasuki kelas yang sudah riuh.

Lentera mendengkus. Memasukkan kertas 'tagihan' dari serigala gila itu pada tas nya. Meninggalkan lorong yang di penuhi beberapa tatapan pasang mata yang ingin tahu.

Apapun yang terjadi, Mars tetaplah menjadi sosok yang menyebalkan bagi Lentera. Sebuah pengakuan bahwa dirinya menyukai drama seharusnya menjadikan Mars lebih lembut kepadanya. Tapi ternyata tidak, cowok itu masih mempertahankan sifat ketus dan galaknya.

"Wuih gila bro, sekarang mainnya sama artis!"

"Jangan bilang lo mau pelet Lentera, Mars!"

"Pansos dulu ya gak Mars?"

Mars tidak ambil pusing mendengar seruan heboh mereka. Dia hanya membalas pertanyaan satu orang.

"Lo ngasih apaan Mars?"

"Potongan koran bekas Mang Koko." Celetuknya. Padahal, Mars tahu Mang Koko suka membaca koran saja tidak.

_o0o_

Halloo semua, ya ampun maaf baru update lagi:(( bulan bulan kemarin wattpad aku sering error, di tambah aku kehabisan ide juga sih hahahaha

Btw, hari ini rayain national boyfriend day? Aku sih nggak masih mempertahankan kejombloan jrbrosowp😔💔

JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL BINTANG NYAAA BIAR AKU TTP SEMANGAT BUAT LANJUTIN CERITA INI🥺

Tengkyuuu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Princess In The Theater [ ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang