005 ¦¦ JISUNG

18 2 0
                                    

Cast :

Jisung
• Wendy

• Jisung• Wendy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌜

Pernah enggak, lo ketemu sama seseorang yang enggak cukup dijelasin satu kali, atau dia baru paham ketika semua orang sudah kembali normal. Seperti ada sesuatu yang lucu, dan dia baru tertawa ketika orang-orang sudah biasa. Lemot? Be*go? Atau polos? Entahlah, tapi di antara ketiga itu sama-sama beda tipis.

Dan gue sendiri, enggak hanya pernah, tapi hampir setiap hari berhadapan dengan seseorang yang polosnya nyaris ke lemot dan be*go itu. Sebenarnya pengin banget karungin dia, terus gue buang ke laut sekalian ketika kepolosannya itu kumat. Penginnya sih gitu, untung gue masih cukup waras untuk mengingat bahwa bagaimana pun, dia sahabat gue satu-satunya. Apalagi ketika mengingat bagaimana kebaikan dia, atau perhatiannya ketika gue tengah sakit. Seperti saat ini misalnya.

"Lo istirahat dulu, biar gue yang nyiapin buburnya. Oh iya, lo mau minum apa?"

Gue menjawab seraya menyandarkan tubuh, mencari posisi yang nyaman. "Teh manis hangat aja."

"Oke, tunggu, ya."

Gue hanya berdeham, membiarkan Jisung pergi ke dapur untuk membuatkan gue minum juga menyiapkan bubur yang tadi kita beli di perjalanan pulang. Gue baru saja kembali dari klinik, yang pasti di antar Jisung karena hanya dia yang bersedia. Kedua orang tua gue sibuk dengan pekerjaan mereka, dan gue enggak punya kakak atau adik. Asisten rumah tangga pun hanya datang dari pukul delapan sampai jam dua siang. Jadi selain pada jam itu, gue sendiri di rumah. Papah dan mamah berangkat pagi-pagi buta dan pulang ketika gue sudah tertidur. Hal yang gue tahu kenapa mereka seperti itu, karena gue sering mendapati mereka bertengkar. Jadi bisa dibilang, hubungan antara mamah dan papah tidak baik.

Tak berapa lama Jisung kembali dengan tangan kosong. "Wendy, ini teh nya pakai gula atau enggak?"

Gue berdecak dengan mata yang berotasi. "Menurut lo, teh manis pakai gula atau enggak, Icung?" tanya gue dengan nada greget sekaligus kesal.

Jisung hanya menyengir, kemudian berbalik menuju dapur.

Kalau lo yang ada di posisi gue, mau lo apain makhluk macam Park Jisung itu?

🌜


"Lo yakin mau sekolah, Wen? Udah sembuh emang?"

Gue hanya berdecak, keluar dari mobil, menutup pintu dengan cukup keras. Langkah gue menuju kelas santai, toh bel juga baru akan berbunyi sekitar lima belas menit lagi.

"Kok gue ditinggal, sih."

Ya siapa lagi, itu suara Icung yang sudah seperti nyamuk. Berisik, pengin banget gue gaplok.

Halu (FF/NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang