kesalahan terbesar.
[]
Aku membiarkan diriku terpaku sejauh belasan meter dari Direktur Kim. Mengamati sang direktur dengan khidmat. Wanita itu tampak seperti ingin melompat ke Sungai Han sewaktu-waktu. Jadi, untuk berjaga-jaga, kupikir seseorang—aku—harus mengawasi sang direktur.
Sudah lewat jam sepuluh malam. Sepertinya beberapa hari ini ini suhu udara juga sedang dingin-dinginnya. Aku teringat kalau Direktur Kim tidak tahan dengan udara dingin. Ia pernah mengatakannya padaku bertahun-tahun yang lalu, sewaktu kami masih duduk di bangku menengah atas.
Kemudian, ternyata kakiku bergerak mendekati sang direktur, mempersempit jarak. Lima meter, tiga meter, dua meter. Aku mendengarnya bergumam.
"Tunggu di mobil sebentar lagi," ujarnya di tengah-tengah tangis.
Ah, sepertinya aku disangka sebagai sekretarisnya.
Lima puluh sentimeter, aku mengalungkan mantel di pundaknya seraya berkata, "Dingin."
Aku dapat melihat tubuhnya seketika menjadi kaku. Sepertinya, ia tidak menduga bahwa akulah yang menghampiri dirinya. Ia tidak merespon apa-apa. Bahkan, tangisnya juga berhenti. Aku bertaruh, di dalam kepala kecilnya itu, ia sedang memilah-milah kalimat apa yang ingin ia lontarkan kepadaku.
Dalam keheningan itu, ponselku berbunyi. Bukan, bukan panggilan masuk. Itu hanya suara dari aplikasi pengingat agenda untuk esok hari. Hanya saja, aku memilih membual. Mengatakan aku harus segera kembali ke kantor.
Betapa aku senang memperumit keadaan, bahkan setelah bertahun-tahun lamanya aku membiarkan diriku tenggelam dalam pesona sang direktur.
• • • • • • • •
A/N
Sumpah, cringe bangeeeet!
Padahal ini cuma another PoV dari chapter sebelumnya, hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Body's Chemical Messengers
Short StoryBuku ketiga dari 30DWC, kali ini kita akan bermain dengan hormon tubuh! Available in July.